bernalar berdaya bahas masa depan pendidikan indonesia bangun jembatan inovasi dan karakter pancasila - News | Good News From Indonesia 2025

Bernalar Berdaya: Bahas Masa Depan Pendidikan Indonesia, Bangun Jembatan Inovasi dan Karakter Pancasila

Bernalar Berdaya: Bahas Masa Depan Pendidikan Indonesia, Bangun Jembatan Inovasi dan Karakter Pancasila
images info

Bernalar Berdaya: Bahas Masa Depan Pendidikan Indonesia, Bangun Jembatan Inovasi dan Karakter Pancasila


Pada hari Sabtu, 18 Januari 2025 pukul 13.00-17.30 WIB, MudaBerdaya mengadakan sebuah seminar dan diskusi dengan judul “Bernalar Berdaya, Gelap Terang Masa Depan Pendidikan Indonesia” yang dipandu oleh Stevie Thomas Ramos sebagai Pendiri MudaBerkarya di PIC Creative, Wisma Staco, Kasablanka, Jakarta Selatan, Indonesia.

MudaBerdaya mengangkat judul tersebut dilatarbelakangi oleh sistem pendidikan di Indonesia masih mengutamakan hafalan, belum terlalu menekankan pada nalar atau logika, roadmap masih tidak jelas, dan hanya fokus pada industri saja.

Seminar dan diskusi ini dihadiri oleh beberapa komunitas dari berbagai macam latar belakang. Adapun, komunitas yang hadir dalam acara MudaBerdaya, antara lain Komunitas Satu Persen (komunitas yang memberikan pelajaran yang tidak diajarkan di sekolah termasuk leadership, mental health, dan time management melalui webinar dan workshop); Genpintar id (komunitas yang fokus pada volunteer sosial); Sakola Kita (komunitas yang fokus pada beasiswa ke luar negeri); Hutanituid (komunitas yang fokus pada edukasi untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan pelestarian lingkungan alam); thinkpolicyid (komunitas yang fokus pada edukasi politik); dan masih banyak lagi.

Jihan selaku Perwakilan Muda Berdaya mengatakan bahwa harapan utama adanya MudaBerdaya agar tempat ini menjadi perkumpulan di mana bukan hanya sekedar mendengarkan materi dari pemateri, tetapi juga menambah relasi termasuk membuat acara bersama dan memfasilitasi yang dirasa kurang bagi organisasi/komunitas anak muda.

Sesi Pembuka: Mengapa Kita Harus Belajar?

Sesi Pembuka: Mengapa Kita Harus Belajar
info gambar

Sesi Pembuka: Mengapa Kita Harus Belajar


Pada sesi pembuka, seminar tersebut dengan tema “Mengapa Kita Harus Belajar?” yang dibawakan oleh Fransisco Budiman Hardiman sebagai Dosen Filsafat Universitas Pelita Harapan. Sesi ini lebih mengarah pada pemaparan materi.

Beliau mengatakan bahwa di dalam kehidupan, semuanya belajar, termasuk mulai dari kecil belajar berjalan dan belajar makan, ketika masuk fase anak belajar berteman, ketika masuk fase remaja belajar mencari jodoh, dan ketika masuk fase dewasa belajar mencari nafkah.

“Negara modern mengatur proses kegiatan untuk mempermudah proses belajar dan mengendalikan sekolah yaitu departemen pendidikan, tetapi kalau tidak hati-hati ada sayap kedua, sayap pertama yang mempermudah dan sayap kedua mencekik kita sehingga kita hanya mau hasil saja, bukan proses,” kata Fransisco Budiman Hardiman.

Ada dua model belajar di dalam kehidupan manusia menurut Fransisco Budiman Hardiman, antara lain:

  • Model mekanis: masyarakat modern harus dianggap sebuah mesin di mana sekolah dipisahkan dari masyarakat dan pasar kerja juga dipisahkan dari masyarakat maupun sekolah sehingga inputnya adalah masyarakat dijinakkan di sekolah untuk membentuk karakter yang lebih baik dan ketika lulus, bisa berfungsi di dunia kerja.
  • Model organis: masyarakat dan sekolah ibaratnya seperti taman di Kebun Raya Bogor di mana sekolah adalah bagian integral dari masyarakat sehingga tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat. Sebab, sekolah harus belajar dari masyarakat dan masyarakat punya wisdom untuk bertumbuh.

Fransisco Budiman Hardiman juga mengatakan bahwa proses belajar seperti bagaimana kita keluar dari gua yang gelap menuju ke tempat yang terang untuk mendapatkan kebenaran.

Sesi Kedua: Dekonstruksi Pendidikan di Indonesia

Sesi Kedua: Dekonstruksi Pendidikan di Indonesia
info gambar

Sesi Kedua: Dekonstruksi Pendidikan di Indonesia


Pada sesi kedua ini, pembicaranya juga tidak kalah menarik, yaitu Nisa Felicia Faridz selaku Executive Director PSPK, Ina Liem selaku Founder & CEO Jurusanku, Marsaria Primadonna selaku Ketua Kampus Guru Cikal, Yayasan Guru Belajar dan Muhammad Faisal selaku Executive Director Youth Laboratory Indonesia.

Sesi kedua ini membahas tentang visi dan misi pendidikan di Indonesia yang masih terjadi kesenjangan antarsekolah maupun antar daerah. Kemudian, sesinya mengarah pada tanya jawab.

Menurut Nisa, kalau jadi pembuat kebijakan, harus pikirkan negara di mana negara memiliki peran untuk membantu bagaimana negara hadir dalam pendidikan yaitu seharusnya pendidikan tidak usah diseleksi demi mewujudkan kesejahteraan umum sebagaimana amanah dalam Pasal 28C Ayat (1) UUD 1945.

baca juga

Menurut Faisal, sebagaimana kata Ki Hajar Dewantara pendidikan itu taman surga artinya ketika pulang sekolah, anak-anak tidak perlu bawa buku alias PR. Sistem pendidikan di Indonesia masih terdapat kesenjangan dan tidak ada feedback. Seharusnya, pendidikan yang benar seperti di Prancis yang lebih santai dan pelajarannya tidak sulit.

Menurut Marsaria, negara bisa men-trigger sistem pendidikan, yaitu dengan membantu pelatihan terhadap guru yang menunjang kurikulum di mana harus mengutamakan profil pelajar Pancasila. Dengan demikian, diharapkan bagi generasi penerus mampu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, inovatif, berpendidikan global, dan berpikir kritis.

Kemudian, beliau juga menambahkan bahwa project-based learning sangat berguna karena lebih mudah dipahami bisa dalam bentuk kelompok maupun individu, misalnya permainan badminton agar lebih jauh dengan cara dipraktikkan dan diukur.

Sesi Penutup: Feodalisme dalam Pendidikan

Sesi Penutup: Feodalisme dalam Pendidikan
info gambar

Sesi Penutup: Feodalisme dalam Pendidikan


Pada sesi penutup ini dibawakan oleh seorang content creator, Guru Gembul. Sesi ini dikemas mirip stand-up comedy show.

Guru Gembul mengatakan bahwa sistem pendidikan saat ini masih salah di Indonesia. Sebab, ada 120-an pejabat tinggi di Indonesia ternyata ijazahnya palsu. Akhirnya, 12 kampus ditutup karena mengesahkan ijazah palsu.

Beliau juga menambahkan bahwa ijazah di Indonesia sering disalahgunakan yaitu dijadikan bisnis yang laku keras.

Oleh karena itu, orang dalam sudah menjadi budaya di Indonesia sehingga hal tersebut merusak akhlak bangsa Indonesia.

baca juga

“Hapuskan feodalisme. Sistem pendidikan di Finlandia sangat maju karena Finland tidak mengubah kurikulum, melainkan membangun Undang-Undang Ketenagakerjaan di mana wanita yang baru punya anak, bisa cuti 2 tahun dan mendapatkan gaji sehingga bisa menjadi ibu maupun pengajar ke anaknya sendiri dengan baik. Oleh karena itu, sejak kecil mereka bisa berpikir kritis dan ketika masuk ke sekolah, mereka langsung banyak bertanya ketika ditanya oleh guru,” ilustrasi dari pengalaman Guru Gembul ketika menetap di Finlandia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AG
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.