Kota Tegal, Jawa Tengah pernah disesaki dengan belasan bioskop pada tahun 1950-an hingga 1970-an. Bahkan Tegal menjadi salah satu daerah yang bioskopnya tergolong tua.
Dimuat dari Radar Semarang, bila ditelusuri ada 15 gedung bioskop yang tersebar di Kota dan Kabupaten Tegal. Tetapi 9 gedung bioskop ini terbagi untuk kelas menengah atas hingga bawah.
Bila orang kaya atau kelas atas ingin menonton film, mereka akan datang ke Bioskop Dewi atau Riang. Sedangkan kelas bawah menikmati film pada bioskop yang lebih kecil seperti bioskop Dewa, Duta, Maya.
“Perbedaan kelas ini juga mempengaruhi film yang diputar, pada bioskop kelas atas menyajikan film yang relatif lebih baru.
Sedangkan bioskop kecil memutar film-film yang sudah lama tayang sebelumnya di bioskop kelas atas,” tulis Muchammad Nachirul Ichsan.
Beragam film
Pada masa itu, warga Tegal menjadikan bioskop sebagai pusat hiburan mereka. Apalagi ketika itu film-film impor membuat masyarakat di setiap malam berbondong-bondong mengunjungi bioskop-biokop.
Di bioskop Dewi dan Riang, dua bioskop ini banyak dikunjungi oleh orang-orang berkantong tebal. Pasalnya dua bioskop ini memutar film-film Bollywood dan film-film nasional.
Perbedaan kelas ini juga mempengaruhi film yang diputar, pada bioskop kelas atas menyajikan film yang relatif lebih baru. Sedangkan bioskop kecil memutar film-film yang sudah lama tayang sebelumnya di bioskop kelas atas.
Memudar
Tetapi masa kejayaan hiburan ini mulai memudar pada awal 90an, karena meredupnya industri perfilman dan krisis moneter yang terjadi. Hal ini karena menurunnya minat masyarakat hingga akhirnya bioskop menjadi sepi dan mulai berguguran satu per satu.
Kini beberapa bangunannya peninggalannya sudah berubah fungsi, sebagian lagi berakhir terbengkalai. Terakhir gedung bioskop yang telah dibongkar di wilayah Slawi yakni, Bioskop Intan dan Bioskop Singa.
Permasalahan yang mendasari kebangkrutan usaha bisnis bioskop bermula ketika kemudian membanjirnya video compact disc (VCD) bajakan murah meriah merebak menyebabkan pebisnis hiburan rakyat ini gulung tikar.
Puncaknya di tahun-tahun munculnya hiburan orgen tunggal yang secara sporadis membanjiri di perhelatan-perhelatan hajatan di kampung-kampung. Lengkap sudah kebangkrutan gedung-gedung bioskop digerus perubahan teknologi dan zaman.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News