jaga kesehatan mental ibu ruang aman lebih penting daripada kesempurnaan - News | Good News From Indonesia 2025

Jaga Kesehatan Mental Ibu: Ruang Aman Lebih Penting daripada Kesempurnaan

Jaga Kesehatan Mental Ibu: Ruang Aman Lebih Penting daripada Kesempurnaan
images info

Jaga Kesehatan Mental Ibu: Ruang Aman Lebih Penting daripada Kesempurnaan


Perempuan masih menanggung beban ganda. Ia dituntut menjadi istri yang pengertian, ibu yang penyayang, sekaligus perempuan yang mandiri secara finansial.

Beban tersebut kerapkali membuat perempuan, khususnya ibu merasa kelelahan secara fisik maupun mental. Akibatnya, ia bisa saja kesulitan mengendalikan emosi karena kurangnya ruang untuk diri sendiri.

Faktanya, menurut survei Gerakan Binar, 1 dari 3 ibu pernah melakukan kekerasan verbal maupun fisik terhadap anak. Bentuknya bisa berupa bentakan, pengabaian, bahkan hukuman fisik.

baca juga

Apakah ini artinya, ibu adalah sosok yang buruk? Sama sekali tidak. Ini justru menandakan bahwa ibu kerap kelelahan tanpa memiliki ruang untuk memulihkan diri.

Nani Nurhasanah, S.S., Founder Gerakan Binar, dalam Webinar Good Movement x KBTG - Merawat Mental Ibu, Menyemai Masa Depan Anak membagikan bahwa kesehatan mental ibu bukan melulu tentang menjadi sempurna, melainkan tentang kesadaran untuk mengenali dan mengelola emosi diri sendiri.

Gerakan Binar, yang telah mendampingi lebih dari 2.000 ibu sejak 2019, hadir sebagai pengingat bahwa ibu juga berhak untuk merasakan lelah, berhak untuk marah, dan berhak meminta bantuan.

baca juga

Komunitas ini membantu para ibu mempraktikkan positive parenting sekaligus merawat kesehatan mental mereka.

"Kami diinisiasi 2019, sampai sekarang sudah ada 2.000 member lebih, dan juga mendokumentasikan 50.000 lebih kegiatan bermain ibu dan anak di rumah,” kata Nani.

Lalu, bagaimana seharusnya kita memandang kesehatan mental ibu?

Artikel ini akan mengupas tuntas percakapan bersama Nani Nurhasanah untuk memberikan perspektif baru tentang pentingnya merawat diri sebelum merawat orang lain.

baca juga

Kesehatan Mental Ibu: Tentang Kesadaran Diri

"Secara sederhananya ya, kesehatan mental itu bagaimana kemampuan ibu bisa menyadari, mengenali, menamai, mengelola emosi yang dia rasakan. Sehingga dia bisa tahu apa yang dilakukannya itu tepat atau belum," ungkap Nani.

Kesehatan mental sering kali dianggap tabu, terutama bagi ibu yang terbiasa bahkan tertanam di pikirannya untuk selalu menjadi kuat dan sempurna. Padahal, menurut Nani, kesehatan mental justru dimulai dari kesadaran diri, seperti mengenali emosi, memahami pemicunya, dan mengambil langkah tepat untuk mengelolanya. Misalnya, ketika lelah, istirahat sejenak jauh lebih baik daripada memaksakan diri hingga akhirnya keluar amarah yang meledak-ledak.

Penting bagi ibu untuk memahami bahwa tidak apa-apa merasa lelah, marah, atau kecewa. Yang terpenting adalah bagaimana kita merespons emosi tersebut tanpa merugikan diri sendiri maupun orang lain.

baca juga

Marah Itu Manusiawi, Tapi Bagaimana Agar Tidak Destruktif?

"Emosi marah itu adalah di luar kendali ibu tersebut ketika sudah di ubun-ubun, banyak kondisi yang tidak bisa dikendalikan oleh dirinya," terang Nani.

Marah adalah emosi alami, tetapi sering kali ibu merasa bersalah setelah memarahi anak. Nani menjelaskan bahwa marah biasanya muncul karena adanya akumulasi kelelahan, tekanan, atau rasa tidak berdaya.

Survei online yang dilakukan Gerakan Binar kepada 110 member dan juga umum mengungkap fakta bahwa mayoritas ibu pernah secara sadar maupun tidak, melakukan kekerasan terhadap anak.

baca juga

"Ternyata satu dari tiga ibu itu pernah melakukan kekerasan terhadap anak. Itu salah satunya marah, bentuknya pengabaian verbal dan juga fisik."

Yang jelas, Nani menambahkan, sebisa mungkin ibu tidak meluapkan kemarahan yang bersifat destruktif.

"Marah yang destruktif itu tentu marah yang merusak. Apakah itu merusak perasaan anak atau misalnya merusak barang-barang di sekitar, ada piring terbang dan lain-lain."

Untuk itu, Nani membagikan teknik STOP untuk mengelola amarah:

baca juga

  • S = Stop (berhenti sejenak)
  • T = Tarik napas (gunakan teknik pernapasan lima jari)
  • O = Observasi (apa penyebab emosi ini?)
  • P = Pilih respons yang tepat (apakah perlu waktu jeda atau diskusi dengan anak?)

Dengan teknik ini, ibu bisa lebih tenang sebelum bereaksi. Dan yang terpenting, setelah marah, ada proses meminta maaf dan berdiskusi dengan anak.

baca juga

Apa itu Ruang Aman untuk Ibu? Bagaimana Menciptakannya?

Setiap orang butuh ruang aman, tentu tidak terkecuali seorang ibu. Tanpa adanya ruang aman, tekanan harian bisa memicu stres, depresi, bahkan berdampak pada hubungan dengan anak dan pasangan.

"Jika tidak ada ruang aman, ibu akan mudah sekali merasa lelah, marah, dan menyalahkan diri sendiri karena tidak punya tempat untuk menenangkan dan memulihkan diri," jelas Nani.

Ruang aman yang dimaksud Nani adalah teman bercerita. Bisa saja suami, teman, atau bahkan anggota dalam komunitas. Misalnya, di Gerakan Binar, hadir grup bernama Ruang Nyaman Bunda, tempat para ibu saling berbagi tanpa takut akan dihakimi.

"Kami mengajak supaya ibu pun merasa, ‘kamu tidak sendirian loh, masih ada orang lain, masih ada ibu-ibu yang lain.’"

baca juga

Jika ruang aman tercipta, ibu akan lebih mudah memulihkan diri, mengurangi risiko burnout, dan akhirnya menjadi lebih bahagia, yang pada ujungnya menguntungkan seluruh keluarga.

"Anak itu tidak butuh ibu yang sempurna, yang anak butuhkan adalah ibu yang bahagia, yang hadir dengan tulus, dan mau belajar untuk pulih dan mencintai dirinya apa adanya," tegas Nani.

Seperti kata Nani, "Happy mom, happy family." Ketika ibu sehat mentalnya, seluruh keluarga merasakan dampak positifnya.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.