5 pemenang astra awards 2023 pencetus teknologi desa wisata hingga pendidik di daerah 3t - News | Good News From Indonesia 2025

5 Pemenang Astra Awards 2023, Pencetus Teknologi Desa Wisata hingga Pendidik di Daerah 3T

5 Pemenang Astra Awards 2023, Pencetus Teknologi Desa Wisata hingga Pendidik di Daerah 3T
images info

5 Pemenang Astra Awards 2023, Pencetus Teknologi Desa Wisata hingga Pendidik di Daerah 3T


Di tengah hiruk-pikuk berita tentang masalah sosial dan ekonomi, selalu ada cerita yang menyalakan harapan. Cerita tentang mereka yang tidak menunggu perubahan datang, Kawan, melainkan memilih menjadi bagian dari perubahan itu sendiri.

Di tahun 2023, Astra kembali memberikan penghargaan SATU Indonesia Awards 2023 kepada 5 anak muda inspiratif, mereka adalah Theresia Dwiaudina Sari Putri, Diana Christiana Dacosta Ati, Alan Efendhi, Reza Permadi, dan Rengkuh Banyu Mahandaru.

Mereka datang dari latar dan concern yang berbeda, kesehatan, pendidikan, kewirausahaan, teknologi, hingga lingkungan. Namun, tentu saja, yang dilakukan tujuannya sama, sama-sama keberanian untuk bertindak nyata demi masyarakat dan bumi yang lebih baik. Apa yang mereka lakukan?

Theresia Dwiaudina Sari Putri (Bidan di NTT untuk Daerah Terpencil)

Theresia, yang akrab dipanggil Dini, memulai perjalanan profesionalnya sebagai bidan di Desa Kekandere, Nangapanda, Nusa Tenggara Timur. Selain karena merupakan kampung halamannya, Kekandere adalah sebuah desa yang sejak lama mengalami ketiadaan tenaga kesehatan. Tak lama, ia juga melebarkan sayap kemanusiaannya ke Desa Uzuzozo yang juga nyaris tak terjamah.

Ketika banyak orang memilih kota untuk mengabdi di bidang kesehatan, ia memilih sebaliknya. Tinggal di desa terpencil, masuk ke rumah-rumah ibu hamil, mendidik orang tua akan pola makan, nutrisi anak, dan pentingnya pemeriksaan kehamilan.

Hasilnya, situs Astra mewartakan bahwa angka stunting menurun di Desa Uzuzozo, di samping kepercayaan ibu hamil terhadap fasilitas kesehatan meningkat. Ini semua berkat literasi yang diberikan Dini.

Theresia ‘Dini’ mengingatkan kita bahwa “kehadiran” bukan sekadar fisik, tetapi hadir dengan empati, konsistensi, dan pengabdian yang tulus. Apakah kamu juga tergerak setelah membaca ini, Kawan GNFI?

baca juga

Diana Cristiana Dacosta Ati (Guru untuk Daerah Terpencil di Papua Selatan)

Diana adalah tenaga pendidik dari kampung terpencil di Kabupaten Mappi, Papua Selatan. Sejak 2018, ia bersama ratusan guru lainnya mendapat kontrak sebagai guru dari program Bupati Mappi yang kala itu menjabat.

Tadinya, Diana ditugaskan di kampung lain, Kawan. Ketika COVID-19 merebak, kegiatan belajar mengajar terhenti dan ia pun pulang kampung selepas kontrak habis.

Di tahun 2021, dia kembali menjadi guru yang ditempatkan di Kampung Atti, Kabupaten Atti, di mana semangat sekolah di sana terhenti karena kurangnya guru dan anak-anak banyak yang membantu orang tua di hutan.

Dengan metode yang sederhana nan tepat guna, Diana mendampingi anak dari huruf pertama, membaca, menulis, dan berhitung. Lambat laun, perjuangannya membangkitkan harapan masyarakat di sana untuk naik jenjang sekolah. Bahkan, beberapa anak didiknya sudah berhasil naik tingkat sekolah hingga SMP seperti anak pada umumnya.

Kisah Diana menunjukkan bahwa pendidikan bukan soal mewahnya fasilitas, Kawan GNFI. Sebab, ia pun berjuang di tengah kondisi yang naik turun. Namun, dengan konsistensi seorang guru, ia menumbuhkan keyakinan dan harapan bahwa setiap anak, di kota besar ataupun di ujung negeri, layak mengenyam pendidikan dan mendapatkan perhatian.

Alan Efendhi (Wirausaha ‘Rasane Vera’ untuk Masyarakat yang Lebih Sehat)

Alan datang dari Gunungkidul, Yogyakarta. Ia melihat sebuah kenyataan, makin banyak kasus kesehatan berat, termasuk ginjal dan diabetes di sekitarnya. Ini menggugah rasa prihatinnya untuk bertindak lewat ‘Rasane Vera’. Alan memproduksi minuman berbahan aloe vera (lidah buaya) dengan pemanis alami daun stevia.

Tak hanya menciptakan produk, ia juga memberdayakan petani lokal, hingga lebih dari 125 mitra petani binaan di Gunungkidul, Klaten, Bantul, dan Sleman serta memproduksi hingga ratusan botol kreasinya setiap hari.

Cerita Alan mengingatkan kita bahwa wirausaha sosial tak harus besar dari awal. Yang paling penting, kita punya keberanian melihat masalah, kemudian melibatkan orang-lain dalam solusinya.

baca juga

Reza Permadi (Autorin, Teknologi untuk Desa Wisata di Indonesia) 

Karya anak Indonesia di bidang teknologi terus menunjukkan tren positifnya loh, Kawan GNFI! Inilah Reza, sosok anak muda yang kembangkan sistem bernama Atourin Visitor Management System (AVMS). Tujuannya untuk membantu desa wisata memasarkan paket, mencatat pengunjung, hingga mengelola data.

Dengan teknologi, Reza memfasilitasi koneksi antara desa wisata (yang selama ini mungkin terisolasi) dengan pasar dan pengunjung.

Dalam situs Astra, ratusan desa wisata sudah memanfaatkan sistemnya dan akan terus berkembang. Reza juga rajin menggelar pelatihan untuk pegiat destinasi wiata di Indonesia.

Ini mengajarkan bahwa teknologi bukan sekadar gadget atau aplikasi mewah, tetapi alat pemberdayaan yang bisa menjangkau siapa saja, bahkan di pelosok.

Rengkuh Banyu Mahandaru (Solusi Ramah Lingkungan dari Pelepah Daun Pinang)

Rengkuh memandang bahwa plastik dan styrofoam bukan hanya sampah yang harus diolah, melainkan akar masalahnya adalah penggunaan bahan yang tidak lestari. Alih-alih mencari cara mendaur ulang, dirinya mendirikan startup bernama Pelepah, yang mana memproduksi kontainer makanan ramah lingkungan dari bahan baku pelepah daun pinang.

baca juga

Produksinya telah menyuplai hingga lebih dari 100 000 kontainer makanan per bulan. Rengkuh menunjukkan bahwa langkah hijau bisa sangat praktis dan berdampak luas. Bukan hanya kita yang tersentuh, melainkan rantai produksi dan lingkungan pun ikut terjaga.

Kawan GNFI, kisah mereka mengajarkan kita bahwa tidak harus menunggu menjadi besar dan sempurna untuk memulai. Yang penting, mulailah dengan baik, rawat konsistensinya, dan perluas jangkauan. Bagaimana denganmu?

#kabarbaiksatuIndonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AJ
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.