Setiap tahun, tepatnya di penghujung bulan Oktober, Indonesia rutin memperingati momen Sumpah Pemuda. Sebuah momen yang rutin jadi pengingat, betapa hebat dampak positif semangat muda, jika mampu dibimbing ke arah positif.
Di era kekinian, semangat muda itu juga masih rutin hadir lewat ide-ide kreatif dan upaya bertujuan positif bagi masyarakat. Salah satunya bisa kita jumpai dari Hat Rangers Aceh Youth Action. Gerakan dinamis ini lahir dari semangat anak muda Tanah Rencong, untuk dapat turut serta dalam mendorong hadirnya perubahan sosial dan pembangunan yang inklusif.
Organisasi ini didirikan oleh Bayu Satria, seorang pemuda asal Kabupaten Simeulue. Meski sejak kecil bergelut dengan kondisinya sebagai penyandang disabilitas, ia justru mampu menjadikannya sebagai motivasi kuat untuk mewujudkan inklusivitas.
Dari sinilah, Aceh Youth Action lalu hadir sebagai wadah formal bagi generasi muda Aceh untuk berkreasi, bersuara, dan bergerak bersama dalam berbagai bidang seperti kesehatan, gizi, pendidikan, inklusi disabilitas, dan pembangunan berkelanjutan. Berkat pendekatan positif dan kolaboratif, Aceh Youth Action telah ikut berperan aktif di masyarakat Aceh.
Lebih jauh, Organisasi yang dirintis tahun 2020 ini telah secara aktif menjalankan program-program yang mengajak pemuda untuk, menggali potensi mereka, dan memberi dukungan saat dibutuhkan. Sebagai contoh, mereka ikut aktif dalam program pelatihan serta advokasi yang melibatkan kelompok muda, termasuk mereka yang berasal dari latar belakang sosial tertentu, atau menghadapi tantangan seperti disabilitas.
Melalui Aceh Youth Action, Bayu Satria mengembangkan gagasan, anak muda dapat ikut berperan aktif. Dengan memberi ruang, dukungan, dan bekal keterampilan yang tepat, generasi muda Aceh dapat menjadi pendorong transformasi positif di berbagai aspek, seperti lingkungan, kesehatan, dan inklusi sosial. Dari gagasan inilah, Aceh Youth Action mendapat keberanian untuk membuka dialog dan tindakan atas isu sensitif, yang ironisnya sering terpinggirkan, seperti inklusi disabilitas, kesetaraan gender, dan partisipasi sosial.
Dari Aceh Youth Action juga muncul program-program seperti “Sehari Menjadi Pemimpin” yang mempertemukan anak muda dengan kesempatan untuk belajar, memimpin, dan menyusun proyek perubahan nyata di komunitas mereka sendiri. Lewat program-program semacam ini, organisasi memperkuat komitmen bahwa perubahan sejati lahir dari pengalaman langsung, kolaborasi lintas generasi, serta dari pemahaman bahwa setiap anak muda memiliki potensi untuk menjadi pembawa perubahan.
Dalam konteks sosial masyarakat Aceh yang terus berkembang, Aceh Youth Action telah menghadirkan angin segar buat generasi muda, karena mampu membangun kesadaran positif. Generasi muda dapat berperan aktif dalam pembangunan, siapapun mereka, karena pembangunan adalah sebuah proses dinamis yang selalu mengharapkan adanya progresi positif.
Jadi, ini bukan sebuah momen "serah terima tongkat estafet" yang statis. Ada pemberdayaan yang bersifat inklusif, karena setiap perbedaan yang ada dilihat sebagai bagian dari sebuah kekuatan unik bernama keberagaman.
Dalam konteks Aceh Youth Action, mereka menjadi satu jawaban nyata, mengapa momen Sumpah Pemuda selalu diperingati setiap tahun dan semangatnya selalu relevan, tak lekang oleh waktu. Mereka membuktikan, seberapa besar dampak positif yang bisa dihadirkan generasi muda, ketika mereka diberi kesempatan berpartisipasi.
Mungkin, energi dan potensi dampak positif luar biasa inilah, yang sampai membuat tokoh sekaliber Bung Karno dahulu sampai berani berkata,
"Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Kedengarannya, ini hiperbolis, tapi dari masa ke masa, generasi muda selalu bisa menjadi penggerak. Potensi besar ini sudah pasti akan sangat bermanfaat, jika mampu dibimbing ke arah positif.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
