Jauh sebelum anomali tung tung sahur merajai media sosial, tanah Bengkulu sudah terlebih dulu punya suara tung tung khasnya tersendiri. Suara tung tung itu dihasilkan dari alat yang disebut perikai, pemukul yang biasa digunakan untuk memipihkan kulit kayu yang nantinya akan dijadikan bahan baku produk fashion unggulan Semilir Ecoprint.
Ini dia kisah Semilir Ecoprint, brand fashion berkelanjutan dan ramah lingkungan yang didirikan oleh seorang mompreneur muda bernama Alfira Oktaviani. Yuk, simak selengkapnya!
Semilir Ecoprint dan Tung Tung Kayu Lantung Khas Bengkulu

Produk Semilir Ecoprint, Tas dari Kulit Kayu Lantung Khas Bengkulu | Sumber: Instagram @semilir_ecoprint
Kulit kayu lantung adalah sebutan untuk salah satu bahan baku produk unggulan Semilir Ecoprint. Melalui Instagram resminya, mereka menerangkan bahwa nama kayu “lantung” terinspirasi dari suara tung tung yang dihasilkan saat pemukul perikai beradu dengan kulit kayu dan alas balok kayu gadis.
Kulit kayu lantung ini sendiri diperoleh dari pengrajin lokal di Bengkulu, salah satunya bernama pak Bambang. Dalam salah satu postingannya tim Semilir bercerita bahwa mereka sempat diajak menelusuri hutan untuk mencari pohon terap atau Artocarpus elasticus yang memang tumbuh subur di hutan Sumatra. Kulit lapisan ke dua dari pohon itu kemudian diambil dengan hati-hati supaya tidak rusak, lalu dibawa kembali untuk dipipihkan oleh ibu-ibu yang bertugas.
Nenek Nuraini, salah satu ibu-ibu yang bertugas melakukan pemipihan sampai kulit kayu itu berubah warna dan ukurannya mencapai lebar 1 meter, menceritakan bahwa pada zaman dahulu lantung sering digunakannya sebagai kain basahan untuk mandi. Zaman ini terdapat perbedaan di mana lantung digunakan sebagai tali kinjagh atau keranjang dari bambu.
Kepada ASTRA, Alfira berbagi bahwa dirinya ingin memperkenalkan pesona kulit lantung pada dunia. Hal ini senada dengan keinginan Alfira yang berharap dapat mengeksplorasi kekayaan flora Indonesia melalui Semilir Ecoprint sebagai wujud lain pelestarian budaya dan alam.
Bicara tentang Semilir Ecoprint, brand fashion berkelanjutan ini resmi berdiri pada tahun 2018. Melalui produknya yang beraneka ragam mulai dari aksesori dan kerajinan berbahan dasar kulit lantung sampai dengan baju bermotif daun dan bunga, Alfira ingin memperkenalkan fashion ramah lingkungan yang ia bersama timnya buat dengan cara mentransfer bentuk dan warna daun asli ke media kain melalui kontak langsung.
Selain tas dan kemudian baju, Semilir Ecoprint juga memproduksi kain ecoprint hingga homedecor dengan tema ecoprint pula. Produk mereka dikembangkan seiring dengan perkembangan permintaan di pasar.
Bisnis yang berhasil memberdayakan banyak perempuan ini juga memiliki target market yang jelas yakni menyasar perempuan perkotaan berusia di atas 25 tahun dengan kelas ekonomi A serta memiliki ketertarikan tinggi pada produk handmade lokal dan menganut green natural life style.
Membahas bisnisnya yang kini sudah berkembang bahkan dianugerahi penghargaan bergengsi SATU Indonesia Awards, rasanya tak lengkap jika tak membahas awal mula Alfira menekuni bisnisnya.
Kala itu 2016, seni ecoprint saat itu baru masuk ke Indonesia. Alfira yang memang pada dasarnya mencintai fashion dan seni memutuskan untuk mempelajarinya. Kemudian dengan bekal tekad yang tumbuh dari keterampilannya serta uang Rp500.000,00, Alfira mulai merajut mimpinya.
Pengetahuan yang didapatkan semasa kuliah di jurusan Apoteker, misalnya dari mata kuliah manajemen bisnis, morfologi tumbuhan hingga teknik kimia juga turut berkontribusi menyumbang benang-benang yang kelak diuntainya sampai menjadi Semilir Ecoprint.
Semilir Ecoprint dan SATU Indonesia Awards
Kisah Alfira Oktaviani seorang ibu rumah tangga yang mencoba menguntai mimpi dengan berwirausaha hingga berhasil memberdayakan banyak perempuan melalui Semilir Ecoprint, serta ketulusannya untuk memelihara alam kemudian membuatnya dianugerahi penghargaan SATU Indonesia Awards pada tahun 2022.
Penghargaan SATU Indonesia Awards sendiri merupakan sebuah apresiasi yang diberikan oleh ASTRA Indonesia setiap tahunnya kepada pemuda-pemudi serta kelompok muda yang turut berkontribusi untuk memajukan serta membawa lebih banyak kabar baik untuk Nusantara.
Pasca menerima penghargaan ini, Semilir Ecoprint sendiri juga merentangkan sayapnya dengan membuat workshop atau pelatihan seputar pembuatan ecoprint yang dilakukan bersama para ibu anggota PKK setempat hingga kawan penyandang disabilitas di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta.
Sebagai founder Semilir, Alfira pun tampaknya turut mengembangkan diri dengan menjajal peran sebagai mentor untuk sesama pengusaha muda.
Itu dia kisah Semilir Ecoprint dan Alfira Oktaviani, mompreneur muda yang mengawali mimpinya dari kecintaan pada fashion dan seni serta kepeduliannya pada alam. Semoga cerita ini menginspirasi dan turut memantik Kawan sekalian untuk turut berkontribusi menyumbang #kabarbaiksatuindonesia!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News