menanam harapan di tanah loha petani vanili dan desa sejahtera astra di manggarai barat - News | Good News From Indonesia 2025

Menanam Harapan di Tanah Loha, Petani Vanili dan Desa Sejahtera Astra di Manggarai Barat

Menanam Harapan di Tanah Loha, Petani Vanili dan Desa Sejahtera Astra di Manggarai Barat
images info

Menanam Harapan di Tanah Loha, Petani Vanili dan Desa Sejahtera Astra di Manggarai Barat


Di antara perbukitan hijau Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, seorang petani bernama Leonardus Tama tampak tekun di bawah rindangnya daun vanili.

Setiap pagi, sejak matahari baru menembus kabut, tangannya lincah menjangkau kuncup bunga vanili yang hanya sebesar dua ruas jari orang dewasa. Ia menggunakan kayu kecil berujung tajam untuk membantu proses polinasi, agar serbuk sari bisa bertemu dengan putik bunga.

Vanili termasuk tanaman yang bergantung penuh pada manusia untuk proses perkawinannya. Setiap pagi, Tama melakukan polinasi dengan hati-hati agar bunga tidak gagal berbuah. Ia mengatakan, jika tidak dilakukan dengan sepenuh hati, putik bunga bisa jatuh dan gagal menghasilkan polong.

Emas Hijau dari Ujung Timur Indonesia 

Bagi warga Desa Loha, vanili bukan sekadar tanaman, melainkan “emas hijau” yang menjadi sumber penghidupan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, luas lahan vanili di NTT mencapai 2.404 hektare, menjadikannya salah satu dari sepuluh daerah penghasil vanili terbesar di Indonesia.

Di desa Loha, puluhan petani tergabung dalam kelompok petani vanili yang mengelola tanaman mulai dari polinasi, panen, hingga pengeringan. Dijelaskan bahwa setelah panen, vanili dijemur selama sepekan dan diangin-anginkan hingga sebulan. 

Vanili dianggap kering ketika kulitnya mulai tampak berminyak. Harga vanili kering kualitas super kini menembus Rp1,2 juta per kilogram, membuat semangat petani kembali tumbuh setelah masa-masa sulit.

baca juga

Perjuangan di Balik Harumnya Vanili

Dibalik tingginy nilai jual, menanam vanili bukan hal mudah. Prosesnya panjang, dari masa tanam hingga panen pertama membutuhkan waktu dua hingga tiga tahun. Setelah itu, perawatan intensif tetap diperlukan agar tanaman tetap sehat. 

Matius, Salah satu petani vanili di Desa Loha mengatakan bahwa saat musim bunga tiba, seluruh anggota keluarga harus turun tangan membantu polinasi agar bunga tidak layu sebelum sempat dikawinkan. Dari ribuan bunga, tidak semuanya berhasil menjadi polong. Setelah proses polinasi berhasil, butuh waktu sekitar delapan bulan hingga vanili siap panen.

Cuaca yang tidak menentu kini menjadi tantangan baru. Matius menyebut, daya tahan tanaman vanili yang diolah secara konvensional semakin berkurang. Biasanya, vanili hanya bisa dipanen dua hingga tiga kali setelah panen pertama. Harga pun bervariasi tergantung kualitas, di mana hanya grade A yang mampu menembus jutaan rupiah per kilogram. Sementara vanili basah, biasanya dijual ke tengkulak seharga Rp100 ribu per kilogram.

Pendampingan Astra hingga ke Pasar Dunia

Melihat besarnya potensi vanili di Desa Loha, Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) Manggarai Barat binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) turun tangan memberikan pendampingan sejak tiga tahun lalu. Pelatihan yang diberikan tidak hanya berfokus pada budidaya, tetapi juga mencakup manajemen pascapanen dan pengelolaan usaha. Program pelatihan ini meliputi manajemen jarak tanam, pemangkasan daun dan ranting, serta penanganan penyakit seperti busuk batang.

Selain itu, LPB juga membantu membuka akses pasar yang lebih luas. Vanili kering dari Loha bahkan pernah dijadikan oleh-oleh resmi pada KTT G20 dan KTT ASEAN, serta dikirim untuk ekspor sebanyak 55 kilogram, dengan target mencapai 250 kilogram. Berkat pendampingan ini, harga vanili kering meningkat dari Rp400 ribu menjadi Rp1,3 juta per kilogram.

Menurut Yunita Nursan Hasanah Loilatu, Pendamping LPB Manggarai Barat menjelaskan bahwa pendapatan petani kini lebih stabil karena mereka memahami standar kualitas internasional. Petani juga lebih semangat menjaga mutu produk sesuai permintaan pasar.

Dampak dari pendampingan ini terasa langsung di kehidupan warga. Pendapatan puluhan juta rupiah dari hasil panen vanili membuat ekonomi desa semakin bergerak. Banyak keluarga yang mampu memperbaiki rumah, membiayai pendidikan anak, hingga membuka ladang baru.

Sebelum ada pendampingan dari Astra, para petani hanya tahu memetik dan menjual hasil panen dengan harga rendah. Kini, mereka memahami seluruh proses dari penanaman hingga pengolahan pascapanen sesuai standar ekspor.

baca juga

Kendati begitu, tantangan pemasaran masih menjadi pekerjaan rumah utama. Para petani berharap Astra dan YDBA dapat terus membantu mencarikan mitra pasar, terlebih dengan rencana perluasan lahan vanili seluas 2,5 hektare dari total 4,2 hektare yang ada saat ini. Tahun lalu, Desa Loha menghasilkan 1,9 ton vanili basah dan 289 kilogram vanili kering.

Bagi warga Loha, vanili adalah warisan turun-temurun. Sejak tahun 1990-an, desa ini dikenal sebagai kampung vanili di Manggarai Barat. Kini, sekitar 400 kelapa keluarga sudah menanam vanili, meski tidak semuanya tergabung dalam kelompok binaan Astra.

Diharapkan kolaborasi antara YDBA dan Pemerintah Desa Loha dapat menjadikan kelompok UMKM Vanili Loha sebagai pusat bagi petani lain, dan menjadi contoh transformasi ekonomi di Kawasan super prioritas Manggarai Barat.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mona Lestari Utami lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mona Lestari Utami.

ML
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.