Berjarak sekitar tiga jam dari Kabupaten Solok, ada sebuah desa di lereng bukit yang menawarkan ketenangan dan keindahan khas Ranah Minang. Namanya Desa Wisata Tabek Talang Babungo, sebuah kampung kecil di kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. yang kini tumbuh menjadi desa wisata inspiratif berkat semangat gotong royong warganya.
Sejak tahun 2016, desa ini menjadi bagian dari Kampung Berseri Astra (KBA), program kolaborasi antara masyarakat dan PT Astra International yang fokus pada pengembangan ekonomi, pendidikan, lingkungan, dan kesehatan di tingkat desa.
Perjalanan menuju Tabek Talang Babungo memang cukup panjang. Namun, rasa lelah seolah terbayar begitu sampai di sana. Hamparan bunga, pohon tebu, dan pohon aren menyambut setiap pengunjung yang datang. Udara sejuk di ketinggian sekitar 1.500 mdpl membuat siapa pun betah berlama-lama.
Di desa yang berpenduduk lebih dari 2.000 jiwa ini, setiap sudutnya terasa hidup. Alam yang subur berpadu dengan keramahan warga, menciptakan suasana hangat khas kampung di lereng Solok.
Rumah Pintar, Awal dari Banyak Inisiatif
Salah satu ikon Desa Wisata Tabek Talang Babungo adalah Rumah Pintar KBA, sebuah rumah panggung berukuran 4 x 20 meter yang dibangun pada 2019 melalui gotong royong warga.
“Dari rumah panggung inilah lahir berbagai inisiatif kegiatan, termasuk pengelolaan ekonomi yang memanfaatkan sumber daya alam di Jorong Tabek, sekaligus pengolahan limbahnya agar tidak mencemari lingkungan,” kata Kasri Satra, Ketua Kampung Berseri Astra Jorong Tabek.
Rumah Pintar ini bukan sekadar tempat belajar, tapi juga ruang diskusi. Dari sinilah muncul ide-ide besar, mulai dari pengembangan ekonomi sirkular, pengelolaan limbah, hingga pemberdayaan perempuan desa.
Selain itu, desa ini juga memiliki 45 homestay yang siap menyambut wisatawan yang ingin menikmati suasana pedesaan dan merasakan kehidupan masyarakat lokal secara langsung.
Menjaga Alam Lewat 11 Zona Hijau
Desa Wisata Tabek Talang Babungo juga memiliki 11 zona hijau yang tersebar di seluruh penjuru desa. Setiap zona punya pesonanya sendiri, lengkap dengan spot foto dan kegiatan berbasis kearifan lokal. Selain mempercantik desa, zona-zona ini menjadi simbol komitmen warga dalam menjaga kelestarian alam dan budaya.
Selain panorama alamnya, Tabek Talang Babungo juga dikenal lewat produk unggulannya aitu gula semut.
Dulu, warga hanya memproduksi gula cetak dari nira pohon enau untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, sejak akhir 2020, sebanyak 20 kepala keluarga mendapat pendampingan dari Astra untuk mengolah nira menjadi gula semut yang lebih tahan lama dan bernilai jual tinggi.
Kini, KBA Tabek Talang Babungo mampu memproduksi 10-50 kilogram gula semut per hari. Produk ini dikemas secara higienis dan dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia. Tak heran, gula semut kini menjadi oleh-oleh khas dari Desa Wisata Tabek Talang Babungo.
Selain gula semut, wisatawan juga bisa menemukan beragam produk lokal seperti sirup aren, tas anyaman, gantungan kunci, hingga kerajinan tangan khas desa. Semua dihasilkan langsung oleh warga setempat.
Dari Maggot hingga Bank Sampah
Salah satu hal menarik dari KBA Tabek Talang Babungo adalah penerapan ekonomi sirkular. Limbah organik dari produksi gula semut diolah menjadi pakan maggot, yang kemudian dimanfaatkan untuk pakan ikan. Sementara limbah anorganik seperti plastik dan logam dikelola melalui bank sampah.
Warga sudah terbiasa memilah sampah sejak dari rumah. Setiap kontribusi dicatat dalam buku tabungan sampah, dan hasil penjualan limbah anorganik dikembalikan dalam bentuk uang tabungan. Sebagian lainnya digunakan untuk mendanai kegiatan sosial dan pembangunan fasilitas wisata di desa.
Selain sebagai sarana edukasi, kolam ikan hasil integrasi ekonomi sirkular ini juga dimanfaatkan sebagai wisata pancing. Bagi pengunjung yang datang dari luar daerah, tersedia kolam pancing yang bisa dinikmati sambil bersantai menikmati udara segar pedesaan.
“Melalui kolam ikan dengan konsep wisata ini, kami bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp5 juta per bulan. Uangnya digunakan untuk membantu warga kurang mampu di Jorong Tabek,” tutur Kasri.
Dari Desa Terisolir Menjadi Inspirasi
Dulu, Tabek Talang Babungo dikenal sebagai daerah yang terisolir dan kumuh. Kini, desa ini telah bertransformasi menjadi desa wisata yang mandiri dan berdaya. Kunjungan tak hanya datang dari wisatawan, tapi juga dari berbagai instansi dan lembaga yang ingin belajar tentang penerapan ekonomi sirkular di tingkat desa.
Lebih dari itu, ekonomi sirkular yang dijalankan Tabek Talang Babungo juga membantu menjamin pendidikan dan kesehatan warga. Bahkan, sebagian hasil usaha digunakan untuk mendanai beasiswa 20 anak muda berprestasi ke Jepang.
Desa Wisata Tabek Talang Babungo membuktikan bahwa dengan semangat gotong royong, inovasi, dan pendampingan yang tepat, desa bisa menjadi pusat inspirasi bagi banyak orang.
Lewat program Kampung Berseri Astra, desa kecil di lereng Solok ini kini bersinar terang menjadi contoh nyata bahwa perubahan besar bisa lahir dari langkah-langkah kecil di kampung sendiri.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News