Di tengah panorama dataran tinggi yang sejuk di Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, tersembunyi sebuah masalah sosial yang ironis.
Desa ini dikenal sebagai daerah dengan tingkat ekonomi yang cukup baik, ditopang oleh hasil pertaniannya.
Namun, kemajuan ekonomi itu tidak sejalan dengan tingkat pendidikannya. Dari total 4.733 penduduk, tercatat ada 252 orang yang masih buta huruf atau aksara. Minimnya literasi ini menjadi penghambat utama kemajuan sumber daya manusia di desa tersebut.
Melihat kontras yang memprihatinkan ini, Jamaluddin, seorang pemuda lokal sekaligus alumnus Universitas Bosowa Makassar, merasa terpanggil untuk bertindak.
Pada tahun 2014, ia menginisiasi sebuah gerakan sederhana namun revolusioner, Rumah Koran. Gerakan ini ia sebut sebagai "Gerakan cerdas anak petani memberantas buta huruf di Desa Kanreapia."
Koran sebagai Senjata Utama
Jamaluddin menyadari bahwa untuk memberantas buta huruf, ia harus terlebih dahulu menumbuhkan minat baca. Ia menjadikan koran sebagai sarana dan media utama dalam menggugah minat baca-tulis masyarakat.
Menurutnya, koran memiliki daya tarik instan lewat tampilan gambar dan judul-judul yang menarik, sebuah pintu masuk yang efektif untuk menarik perhatian masyarakat, terutama kalangan petani yang sibuk.
Di Rumah Koran yang didirikannya, masyarakat,mulai dari anak-anak hingga orang tua. Mereka tidak hanya sekadar membaca, mereka diajak untuk mendiskusikan berita atau gambar yang mereka lihat dalam forum sederhana.
Proses diskusi inilah yang menjadi kunci. Ini mengubah kegiatan membaca pasif menjadi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, membuat koran tidak hanya berfungsi sebagai sumber berita tetapi juga sebagai bahan ajar.
Dengan keuletan yang luar biasa, Jamaluddin memperluas segmentasi usianya. Ia tidak hanya fokus pada anak-anak, tetapi juga menyentuh kalangan orang tua, meyakini bahwa pendidikan tidak mengenal batas usia.
Dampak Nyata dan Apresiasi
Kerja keras dan kegigihan Jamaluddin membuahkan hasil yang memuaskan. Dalam beberapa tahun, inisiatif Rumah Koran telah dinikmati oleh 75 persen penduduk Rumah Koran, mereka juga mulai belajar Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
Keberadaan Rumah Koran ini bahkan mampu mengantarkan banyak di antara mereka untuk melanjutkan sekolah, bahkan hingga ke jenjang kuliah.
Selain itu, para petani yang terlibat menjadi lebih teredukasi, yang kemudian berkontribusi pada kesuksesan mereka menjadi petani organik.
Atas dedikasinya dalam meningkatkan literasi dan kualitas sumber daya manusia di desa terpencil, Jamaluddin dianugerahi SATU Indonesia Award tahun 2017.
Kisah Jamaluddin adalah sebuah inspirasi nyata, membuktikan bahwa seorang pemuda dengan ide cerdas dan niat tulus dapat mengubah media sehari-hari seperti koran menjadi instrumen ampuh untuk membangun peradaban di pelosok negeri.
Harapan terbesar adalah agar semangat yang dihidupkan Jamaluddin dapat menciptakan generasi petani dan masyarakat desa yang berdaya saing tinggi.
Mereka tidak lagi sekadar menjadi objek pembangunan, tetapi menjadi subjek yang teredukasi, mampu mengambil keputusan yang cerdas untuk kesejahteraan diri dan komunitasnya.
Dengan demikian, gerakan Rumah Koran akan terus menjadi cahaya yang menerangi, memastikan setiap anak petani di pelosok negeri memiliki kesempatan yang sama untuk meraih masa depan yang lebih cerah, sejalan dengan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News