panen raya padi ipb 9g di dsa sambas kolaborasi ipb university dan pt astra internasional tbk - News | Good News From Indonesia 2025

Panen Raya Padi IPB 9G di DSA Sambas: Kolaborasi IPB University dan PT Astra Internasional Tbk

Panen Raya Padi IPB 9G di DSA Sambas: Kolaborasi IPB University dan PT Astra Internasional Tbk
images info

Panen Raya Padi IPB 9G di DSA Sambas: Kolaborasi IPB University dan PT Astra Internasional Tbk


Data tahun 2023 menunjukkan bahwa luas lahan kering di Indonesia mencapai 38 juta hektar, sedangkan lahan basah hanya sekitar 8 juta hektar. Kondisi ini menandakan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia merupakan lahan kering. Akibatnya, banyak petani mengalami kesulitan menanam padi di daerah tempat tinggal mereka. Salah satu faktor utama yang menyebabkan lahan menjadi kering adalah pengaruh iklim, seperti curah hujan yang rendah dan suhu udara yang tinggi.

Dari realitas ini, upaya mempertahankan ketersediaan pangan, khususnya produksi beras, menjadi perhatian serius pemerintah. Dalam dua tahun terakhir, pemerintah bahkan sempat melakukan impor beras untuk menjaga cadangan pangan nasional. Namun kini, Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa tahun ini pemerintah berkomitmen untuk menghindari impor beras.

Sehingga berbagai upaya dilakukan. Salah satunya peningkatan produksi dalam negeri, terutama melalui pengembangan varietas padi unggul yang mampu tumbuh di lahan kering. Upaya ini dilakukan oleh IPB University yang berkolaborasi dengan PT Astra Internasional Tbk di desa binaan keduanya.

Kolaborasi PT Astra Internasional Tbk dan IPB University: Selamatkan Sektor Pertanian Semparuk

Ilustrasi lahan kering | Picture by Katy R Mahoney on unplash
info gambar

Ilustrasi lahan kering | Picture by Katy R Mahoney on unplash


Kemarau panjang membuat lahan pertanian mengering. Hujan yang tak kunjung turun benar-benar dirindukan oleh para petani di Kabupaten Samba. Sebab tanpa air, mustahil mereka menanam padi. Padi tak akan tumbuh subur di tanah yang retak dan kering.

Desa Semparuk adalah desa yang tergabung dalam program Desa Sejahtera Astra (DSA) Sambas. Melihat desa binaannya, memiliki masalah, PT Astra Internasional Tbk tak tinggal diam.

Fasilitator PT Astra Internasional Tbk dari DSA Samba menjalin kolaborasi dengan para peneliti pertanian dari IPB University untuk mencari solusi nyata bagi para petani Desa Semparuk. 

Melalui program One Village One CEO (OVOC), IPB University bersama PT Astra Internasional Tbk turun langsung ke lapangan. Program ini bertujuan memperkuat ketahanan pangan nasional dengan cara memberdayakan masyarakat serta meningkatkan kapasitas kelompok tani. Salah satu langkah konkritnya adalah memperkenalkan varietas padi unggul IPB 9G kepada petani setempat.

Sebelumnya, petani di Desa Semparuk hanya menanam padi varietas lokal yang hasilnya belum maksimal. Namun setelah dilakukan demonstration plot (demplot) oleh IPB University dengan menggunakan varietas IPB 9G, hasilnya menunjukkan peningkatan yang signifikan. Varietas IPB 9G sendiri merupakan hasil inovasi IPB University yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian pada tahun 2017.

baca juga

Varietas Unggul IPB 9G: Padi Amfibi Andalan Petani

Potret peluncuran Varietas Unggul IPB 9G oleh IPB University | Website resmi IPB University
info gambar

Potret peluncuran Varietas Unggul IPB 9G oleh IPB University | Website resmi IPB University


Varietas padi IPB 9G dirancang untuk tumbuh baik di lahan kering (padi gogo) maupun di lahan basah (sawah irigasi). Karena kemampuannya beradaptasi di dua kondisi tersebut, varietas ini dijuluki padi amfibi. Padi IPB 9G memiliki potensi hasil panen tinggi dengan umur panen hanya 103 hari setelah semai. Di lahan kering, produktivitasnya bisa mencapai 9 ton per hektar, sedangkan di lahan basah mencapai 12 ton per hektar dengan rata-rata hasil 6,09 ton per hektar.

Keunggulan lain dari varietas ini adalah ketahanannya terhadap hama Wereng Batang Coklat (WBC) biotipe 2 dan 3. Dengan demikian, tanaman menjadi lebih aman dari serangan hama yang sering merusak padi. Selain itu, varietas IPB 9G juga toleran terhadap tanah yang mengandung aluminium hingga 40 ppm, kondisi yang biasanya berbahaya bagi tanaman lain.

Meski demikian, varietas ini masih agak peka terhadap kekeringan, sehingga tetap membutuhkan pasokan air yang cukup agar tumbuh optimal. Namun secara umum, IPB 9G tetap mampu beradaptasi di berbagai jenis lahan yaitu mulai dari lahan kering subur hingga lahan kering masam di dataran rendah sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (dpl).

Tak hanya itu, padi IPB 9G juga memiliki ketahanan terhadap beberapa penyakit blas yang sering menyerang daun padi dan menurunkan hasil panen. Varietas ini tahan terhadap blas ras 073, dan cukup kuat terhadap ras 033, 001, serta 051. Namun, tetap perlu diwaspadai karena masih rentan terhadap beberapa jenis blas lain seperti ras 133, 173, 013, 041, dan 023. Oleh sebab itu, pengawasan dan perlindungan tambahan perlu dilakukan agar hasil panen tetap optimal.

Dari segi kualitas, beras hasil varietas IPB 9G pulen, berkualitas baik, dan banyak yang utuh setelah digiling. Dengan berbagai keunggulan tersebut, IPB 9G dinilai mampu menjadi solusi peningkatan ketahanan pangan nasional, terutama di tengah berkurangnya lahan sawah produktif di Indonesia.

Panen Raya Perdana Varietas Unggul IPB 9G Desa Semparuk

Ilustrasi panen padi | picture by Quang Nguyen Vinh on unplash
info gambar

Ilustrasi panen padi | picture by Quang Nguyen Vinh on unplash


Upaya kolaboratif antara IPB University dan DSA Sambas akhirnya membuahkan hasil manis. Setelah melakukan penanaman varietas unggul IPB 9G pada Maret 2025, para petani di Desa Semparuk berhasil melakukan panen raya perdana pada 1 Juli 2025, tepat 103 hari setelah semai.

Panen kali ini terasa istimewa. Selain menandai keberhasilan program demplot IPB University, hasil panen pun meningkat pesat. Dari hasil sebelumnya hanya sekitar 3 ton per hektare menggunakan varietas lokal, kini produktivitas meningkat menjadi 6–7 ton per hektare berkat varietas IPB 9G.

Dari lahan seluas 880 meter persegi, petani berhasil memanen 535 kilogram gabah kering panen (GKP). Setelah proses pengeringan dan penggilingan, dihasilkan 258,2 kilogram beras atau sekitar 57 persen dari total gabah. Sisa hasil panen berupa dedak 37,7 kilogram (8,7 persen), menir 7,5 kilogram (1,6 persen), dan sekam 150 kilogram (33 persen).

Angka-angka ini menjadi bukti konkret bahwa varietas IPB 9G memang unggul. Dengan hasil yang lebih tinggi, umur panen yang lebih cepat, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit tertentu, para petani kini memiliki harapan baru untuk masa depan pertanian yang lebih baik.

Panen yang Menumbuhkan Harapan Baru bagi Petani Sambas

Ilustrasi sektor pertanian | picture by Quang Nguyen Vinh on unplash
info gambar

Ilustrasi sektor pertanian | picture by Quang Nguyen Vinh on unplash


Keberhasilan panen varietas IPB 9G di Desa Semparuk menjadi titik terang bagi para petani Sambas. Dari contoh nyata keberhasilan hasil panen varietas unggul IPB 9G yang lebih baik dari varietas lokal itu, mereka percaya bahwa pertanian modern berbasis riset bisa membawa kesejahteraan yang lebih baik.

Dengan dukungan dari IPB University dan PT Astra Internasional Tbk, Desa Semparuk telah membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dapat menjawab tantangan lahan kering. Harapannya, keberhasilan ini dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia untuk terus berinovasi demi ketahanan pangan nasional dan mencegah pemerintah melakukan impor beras.

#kabarbaiksatuindonesia

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

ES
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.