laura marisa siagian dan rumah belajar papua hei - News | Good News From Indonesia 2025

Laura Marisa Siagian dan Rumah Belajar Papua Hei

Laura Marisa Siagian dan Rumah Belajar Papua Hei
images info

Laura Marisa Siagian dan Rumah Belajar Papua Hei


Ketika dunia kini tengah disibukkan dengan dinamika perubahan, mulai dari derasnya arus digitalisasi, isu perpecahan sosial, hingga tantangan pendidikan pasca pandemi, masih ada sosok-sosok yang memilih untuk menyalakan lilin di tengah kegelapan. Dari ujung timur Indonesia, tepatnya di Jayapura, cahaya itu bersinar lewat langkah seorang perempuan muda bernama Laura Marisa Siagian, pendiri Rumah Belajar Papua Hei.

Laura percaya, perubahan besar selalu dimulai dari ruang-ruang kecil tempat ilmu dan kasih ditanamkan. Dengan semangat “Hei, kita bisa!”, ia membangun komunitas yang menjadi rumah bagi anak-anak Papua untuk belajar, berkarya, dan memahami arti persatuan dalam keberagaman.

Lahirnya Rumah Belajar Papua Hei

Berawal dari keprihatinan terhadap keterbatasan akses pendidikan dan rendahnya minat baca di kalangan anak-anak Jayapura, Laura menggagas sebuah ruang belajar alternatif yang tak hanya berfokus pada pelajaran akademik, tetapi juga pembentukan karakter dan nilai kebangsaan.

baca juga

Rumah Belajar Papua Hei hadir sebagai wadah pendidikan nonformal yang menekankan edukasi kontekstual, di mana anak-anak belajar mengenal lingkungan, budaya, dan potensi daerahnya sendiri. Mereka diajak untuk mencintai Papua, sekaligus memahami bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan pemisah.

Di sini, buku-buku tidak sekadar dibaca, tetapi menjadi jendela untuk melihat dunia dengan cara yang lebih bijak. Lagu-lagu daerah dinyanyikan dengan penuh bangga, dan kegiatan seperti menulis cerita rakyat, melukis alam Papua, hingga menari tarian tradisional menjadi bagian dari metode belajar yang menyenangkan.

Membina Persatuan Lewat Lomba Kebhinekaan

Salah satu kegiatan paling berkesan dari Rumah Belajar Papua Hei adalah Lomba Kebhinekaan yang digelar setiap tahun. Melalui lomba ini, Laura dan timnya mengajak anak-anak untuk mengekspresikan pandangan mereka tentang persatuan lewat seni, puisi, dan cerita pendek.

“Di tengah perbedaan suku, bahasa, dan adat, kami ingin menumbuhkan rasa bangga menjadi bagian dari Indonesia yang beragam,” ungkap Laura dalam salah satu wawancara.

Kegiatan ini menjadi simbol nyata bagaimana pendidikan bisa menjadi jembatan antara perbedaan. Tak jarang, peserta lomba datang dari berbagai latar belakang agama dan etnis, duduk berdampingan, belajar dan tertawa bersama.

Bagi Laura, pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, tetapi juga proses menumbuhkan harapan. Ia ingin Rumah Belajar Papua Hei menjadi tempat lahirnya generasi Papua yang berani bermimpi besar dan percaya diri melangkah ke masa depan.

Visi ini membuat Papua Hei berkembang pesat. Kini komunitas ini tak hanya fokus di Jayapura, tapi juga mulai merambah ke beberapa daerah lain di Papua melalui kolaborasi dengan sekolah, komunitas seni, dan lembaga sosial.

baca juga

Dampak Nyata dan Semangat yang Menular

Dampak keberadaan Rumah Belajar Papua Hei terasa luas. Banyak anak yang kini lebih percaya diri berbicara di depan umum, menulis cerita mereka sendiri, hingga melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Orang tua pun merasakan perubahan: anak-anak mereka kini lebih disiplin, kreatif, dan punya semangat belajar yang tinggi.

Kisah Laura juga menginspirasi banyak pemuda di Papua untuk ikut bergerak. Beberapa di antaranya kini menjadi relawan tetap, membantu mengajar dan menyusun kegiatan belajar setiap minggunya. Dari sebuah inisiatif kecil, lahirlah gelombang kebaikan yang terus mengalir.

Laura sadar, perjuangan untuk pemerataan pendidikan di Papua masih panjang. Namun, ia tak ingin menyerah. Ia terus menggalang kolaborasi, dengan pemerintah, komunitas, dan lembaga sosial—agar semakin banyak anak Papua bisa merasakan keajaiban belajar.

Dan benar, semangat itu kini menular ke siapa saja yang pernah menginjakkan kaki di Rumah Belajar Papua Hei. Di setiap tawa anak-anak yang belajar menulis, di setiap tangan kecil yang menggambar pelangi, tersimpan keyakinan bahwa masa depan Papua akan seindah harapan yang mereka lukis hari ini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.