Proses evakuasi dan penyaluran bantuan bagi para korban bencana banjir bandang dan tanah longsor yang mengguncang Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat terus dilakukan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatatkan, per Senin, 8 Desember 2025, jumlah korban meninggal dunia sudah menyentuh lebih dari 950 jiwa.
Diperkirakan masih ada ratusan jiwa lainnya yang hilang dan belum ditemukan. Sementara itu, ratusan ribu jiwa di berbagai kota dan kabupaten juga terpaksa mengungsi.
Bencana yang dipercaya akibat akumulasi dua faktor—cuaca ekstrem dan kerusakan lingkungan—tersebut belum ditetapkan menjadi bencana nasional. Tak hanya itu, pemerintah juga menyatakan kesanggupannya untuk menghadapi bencana dan meyakinkan bahwa mereka belum membutuhkan bantuan dari luar negeri.
Sejauh ini, sudah banyak negara sahabat yang menyatakan keprihatinannya atas musibah banjir dahsyat itu. Beberapa negara seperti Uni Emirat Arab dan Pakistan bahkan menawarkan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan.
Meskipun demikian, sudah ada relawan dari Tiongkok yang turun langsung dan membantu evakuasi korban di wilayah Provinsi Aceh. Mereka datang untuk mempercepat proses evakuasi di beberapa titik.
Relawan Tiongkok di Aceh
Menyadur dari ANTARA, ada lima relawan Tiongkok yang diundang langsung oleh Pemerintah Provinsi Aceh untuk membantu proses evakuasi. Kelimanya sudah masuk ke Aceh pada 4 Desember 2025.
Di Aceh Timur, Aceh Utara, dan Aceh Tamiang, endapan lumpurnya begitu tebal, sehingga menyulitkan proses evakuasi. Relawan Tiongkok tersebut membawa peralatan khusus yang dapat mendeteksi jenazah yang tertimbun lumpur, sehingga dapat mempercepat proses evakuasi.
Kehadiran warga negara asing di tanah Aceh itu turut diawasi oleh pihak imigrasi. Kedatangan mereka pun sudah sesuai dengan aturan negara Indonesia, di mana seluruh relawan menggunakan visa kunjungan yang berlaku maksimal selama 30 hari.
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Imigrasi Aceh, Tato Juliadin Hidayawan, menjelaskan bahwa seluruh relawan asal Negeri Tirai Nambu memang datang atas permintaan Pemerintah Aceh. Relawan tersebut diterjunkan langsung di sejumlah wilayah yang terdampak sangat parah.
"Tim relawan Tiongkok tersebut membawa peralatan khusus yang dapat mendeteksi jenazah di timbun lumpur. Tentunya, kami mendukung kerja-kerja kemanusiaan relawan dari luar negeri tersebut," katanya.
Tak hanya Tiongkok, Blue Sky Rescue Malaysia juga memberikan bantuan medis di wilayah Aceh Utara. Tak hanya obat-obatan dan perlengkapan kesehatan, ada beberapa tenaga medis yang ikut diterjunkan untuk membantu penanganan darurat di lapangan.
Bantuan itu mencapai 1 juta ringgit atau sekitar Rp4 miliar. Mereka dikabarkan berjumlah 10 orang dan sudah masuk ke Aceh pada 29 November 2025 lalu.
Di sisi lain, melalui akun Instagram MER-C Indonesia, MERCY Malaysia ikut menyerahkan donasi utuk korban banjir dan longsor di tiga provisi terdampak. Dituliskan bahwa bantuan itu disalurkan untuk layanan medis dan perbaikan fasilitas kesehatan, bantuan makanan, air bersih, pakaian, obat-obatan, dan tenda darurat.
Seperti yang diketahui bersama, pemerintah pusat saat ini belum menetapkan status bencana di Sumatra menjadi bencana nasional. Pemerintah juga menyatakan kesanggupannya untuk mengatasi dan memberikan penanganan di seluruh daerah terdampak.
Pemerintah Aceh pun sempat menegaskan pentingnya dukungan pemerintah pusat untuk mempercepat izin bagi bantuan luar negeri maupun lembaga kemanusiaan internasional agar dapat turun membantu proses evakuasi dan pemulihan di Sumatra.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News