mengapa sunda tak bisa dipisahkan dari islam menelusuri akar sejarahnya korelasinya dengan islam hingga melestarikan budaya sunda - News | Good News From Indonesia 2025

Mengapa Sunda Tak Bisa Dipisahkan dari Islam? Menelusuri Akar Sejarahnya, Korelasi, hingga Melestarikan Budaya

Mengapa Sunda Tak Bisa Dipisahkan dari Islam? Menelusuri Akar Sejarahnya, Korelasi, hingga Melestarikan Budaya
images info

Mengapa Sunda Tak Bisa Dipisahkan dari Islam? Menelusuri Akar Sejarahnya, Korelasi, hingga Melestarikan Budaya


Budaya Sunda merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang memiliki karakteristik unik dan beragam. Tatar Sunda, yang meliputi wilayah Jawa Barat dan Banten, dikenal dengan bahasa, seni, adat istiadat, dan filosofi yang khas.

Namun, budaya Sunda bukanlah sesuatu yang statis. Sejak masuknya Islam ke wilayah ini, terjadi interaksi yang membentuk wajah budaya Sunda menjadi semakin kaya dan hidup. Islam dan budaya Sunda berjalan beriringan, saling memengaruhi, dan menciptakan bentuk keimanan serta praktik sosial yang khas.

Memahami budaya Sunda dalam perspektif Islam bukan hanya soal melihat bagaimana adat dan agama berdampingan, tetapi bagaimana keduanya berproses dan beradaptasi di tengah dinamika sosial dan zaman.

Oleh karena itu, Kawan GNFI artikel ini akan mengulas secara singkat sejarah masuknya Islam ke Tatar Sunda, korelasi antara nilai-nilai budaya Sunda dengan ajaran Islam, serta tantangan dan peluang pelestarian budaya Sunda di era modernisasi.

Islam Datang ke Tatar Sunda: Sebuah Proses yang Damai

Kehadiran Islam ke Tatar Sunda melalui jalan damai tanpa didasari perang dan pertumpahan darah. Hal ini terlihat dalam pepatah Sunda seperti “Silih asah, silih asih, silih asuh” yang mencerminkan akulturasi dengan konsep Ukhuwah Islamiyah, di mana masyarakat Sunda memeluk Islam secara bertahap tanpa merasa terjajah oleh budaya. Akibatnya, ungkapan “Sunda mah Islam” menjadi kenyataan sehari-hari, di mana Islam membentuk identitas budaya tanpa menghapus warisan lokal seperti seni wayang golek atau bahasa Sunda yang kini dipenuhi istilah-istilah Islam.

Dalam cerita Purwaka Caruban Nagari disebutkan bahwa daerah-daerah di Tatar Sunda berhasil di Islamkan oleh Sunan Gunung Djati selain daerah Cirebon, diantaranya ada Kuningan, Talaga, Galuh dan daerah sekitarnya pada tahun 1530 M.

Menurut tradisi sumber di Garut, Kian Santang sebagai putera Prabu Siliwangi. Ia berselisih dengan ayahnya, hingga pada akhirnya disepakati Kian Santang diberi keleluasaan menyebarkan Islam di seluruh kerajaan Sunda.

Menurut sumber tradisi dari Ciamis, masuknya Islam ke daerah Ciamis oleh pangeran Mahadikusumah yang terkenal sebagai ulama yang sangat dipercayai di Cirebon. Terdapat bangunan masjid di pulau danau Panjalu yang menunjukan awal mula Islam ada di daerah Ciamis.

Menurut cerita Rakyat Cianjur, Aria Wangsa Goparona yang berasal dari daerah Talaga, kemudian ia pindah ke Subang. Dalam sebuah dokumen tertulis yang berangka tahun 1855 M menyebutkan bahwa Aria Wangsa Goparona memiliki putera bernama Aria Wiratanudatar I kemudian memiliki anak Aria Wiratanudatar II yang mendirikan pemerintahan di daerah Ciranjang.

Dengan demikian, perkembangan Islam di Cianjur merupakan pengaruh dari Talaga dan Cirebon. Hal ini dikarenakan tokoh Aria Wangsa Goparona menganut agama Islam dan puteranya Aria Wiratanudatar membawa Islam ke Cianjur sejak abad ke-16 hingga 17 Masehi.

Hasanudin yang pada saat itu memegang kekuasaan di daerah pedalaman di Banten memiliki peran dalam menyebarkan agama Islam di daerah ini. Hasanudin merupakan seorang bupati Banten pada 1526-1552 M dan pada 1552-1570 M sebagai Sultan Banten.

Pada tahun 1527 M Ibukota kerajaan Sunda menjadi terpencil di daerah pedalaman sehingga tidak dapat melakukan interaksi dengan kota-kota pelabuhan yang sudah di Islamkan. Namun, kerajaan Sunda dapat mempertahankan Ibukotanya lebih dari setengah abad. Pada akhirnya sekitar tahun 1579 M, Ibukota kerajaan Sunda berhasil direbut oleh tentara Banten.

Ayat, Adat, dan Identitas: Fondasi Harmoni Sunda–Islam

Budaya Sunda dengan Islam memiliki hubungan yang erat dan tidak bisa dipisahkan, meskipun keduanya memiliki akar dan sifat yang berebeda. Islam sebagai agama yang paripurna dengan segala aturan dan pedoman dan ibadahnya yang berperan sebagai landasan nilai moral dan spiritual masyarakat Sunda, sedangkan budaya Sunda sebagai bentuk ekspresi budaya yang kaya akan nilai kearifan lokal. Hal ini dijelaskan dalam QS. Ar-Ruum [21]:22.

وَمِنْ اٰيٰتِهٖ خَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافُ اَلْسِنَتِكُمْ وَاَلْوَانِكُمْۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْعٰلِمِيْنَ ۝٢

Artinya: “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berilmu”.

Bedasarkan ayat Al-Qur’an diatas dijelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia dari berbagai suku, dan ras yang berbeda. Dijelaskan bahwa Al-Qur’an diperuntukkan untuk seluruh makhluk yang ada di muka bumi. Meskipun secara tidak tersurat, budaya Sunda termasuk budaya yang eksistensinya tersirat dalam Al-Qur’an khususnya dalam QS. Ar-Ruum ayat 22 diatas.

Contohnya adalah dalam tradisi pengajian, upacara adat dan kesenian tradisional seperti tari jaipong, wayang golek dan gamelan degung yang dapat ditemui di berbagai momen keagamaan dan kebudayaan masyarakat Sunda. Keselarasan antara ajaran Islam dan nilai budaya lokal tercermin dalam sikap hidup masyarakat Sunda yang dikenal santun, ramah, dan menjunjung tinggi prinsip mufakat dalam setiap keputusan.

Nilai-nilai Islam yang universal seperti keadilan, kasih sayang, dan tolong-menolong dapat dengan mudah disinkronkan dengan nilai Sunda yang menekankan harmonisasi antar manusia dan alam. Dengan begitu, Islam di Sunda tidak hanya sebatas ritual agama, tapi juga bagian intrinsik dari identitas budaya yang terus hidup dan berkembang.

Ketika Tradisi Bertemu Modernisasi: Mampukah Sunda Bertahan?

Di era modern dan globalisasi ini, pelestarian budaya Sunda menghadapi tantangan yang tidak ringan. Modernisasi dan arus budaya global terkadang mendorong generasi muda untuk meninggalkan nilai-nilai tradisional dan menggantinya dengan gaya hidup yang lebih konsumeristik dan instan. Namun, pelestarian budaya adalah hal penting agar identitas dan kearifan lokal tetap terjaga dan tidak hilang oleh zaman.

Peran pendidikan, media, dan komunitas sangat vital dalam menjaga budaya Sunda. Integrasi nilai-nilai Sunda dalam kurikulum pendidikan, revitalisasi seni dan budaya lewat pagelaran seni tradisional, serta penguatan literasi budaya lewat berbagai inisiatif digital dapat menjadi jalan keluar supaya budaya Sunda tetap hidup relevan. Pendekatan yang mengedepankan harmoni dengan Islam sebagai agama mayoritas sekaligus sebagai bagian dari akar budaya masyarakat Sunda juga akan memperkaya proses pelestarian tersebut.

Modernisasi yang membukakan diri kepada globalisasi, ditambah oleh semangat nasionalisme yang hendak mengatur agar seluruh kehidupan masyarakat seragam. Dengan demikian kekayaan budaya lokal baik berupa kesenian, sastra, hukum adat dan lain-lain banyak yang hilang dipengaruhi oleh perkembangan zaman.

Artikel ini mengajak pembaca untuk mengapresiasi kedalaman budaya Sunda sekaligus memahami bagaimana Islam berperan membentuk identitas dan pandangan hidup masyarakat Sunda secara dinamis. Penghormatan terhadap tradisi dan agama sekaligus keterbukaan terhadap zaman adalah kunci agar budaya Sunda terus terjaga, berkembang, dan menjadi warisan yang abadi.

Selain itu, masyarakat harus mengambil peran aktif dalam mempraktikkan adat budaya Sunda yang positif sebagai bagian dari rutinitas keseharian tanpa mengesampingkan kemajuan zaman. Dengan begitu, budaya Sunda dapat menjadi jembatan sekaligus benteng spiritual yang memperkokoh identitas dan keberagaman Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MV
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.