Kawan GNFI, Kota Jakarta memiliki banyak jenis moda transportasi, salah satunya adalah Lintas Raya Terpadu Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi atau LRT Jabodebek. Hingga detik ini, moda trasnportasi tersebut masih dikembangkan, baik dari segi rute maupun dari segi layanannya.
Tapi, apakah Kawan tahu bahwa sejarah pengembangan LRT Jabodebek dimulai dari masa pemerintahan Presiden Joko Widodo? Bagaimana perjalanannya? Simak ulasannya di bawah ini!
Berawal dari Kebutuhan Transportasi
Dikutip dari Tempo, pembangunan LRT Jabodebek dilatarbelakangi oleh kemacetan di wilayah Jabodebek, terutama Jalan Tol Jakarta, Cikampek, dan Jagorawi. PT. Adhi Karya (Persero) selaku salah satu BUMN mengusulkan pembangunan LRT yang menghubungkan Cibubur, Bekasi Timur, dan Dukuh Atas dengan Cawang sebagai pusat transitnya dan melalui jalur Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang, dan Cawang-Dukuh Atas.
Setelah proyek ini disetujui, pemerintah menunjuk empat BUMN dengan peran masing-masing. PT. Adhi Karya ditugaskan untuk membangun sarana dan prasarana LRT, PT. Len Industri membuat sistem sinyal kereta dan Platform Screen Door atau pintu geser otomatis peron, PT. INKA membuat rangkaian kereta, dan PT. KAI menjadi operator LRT.
Dikutip dari situs resmi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, pembangunan LRT Jabodebek didasari oleh Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi.
Melalui Perpres ini, awalnya hanya PT. Adhi Karya yang membangun LRT Jabodebek dengan tugas membuat jalur layang kereta, stasiun, dan fasilitas operasi.
Lalu, setahun kemudian, Perpres tersebut diubah menjadi Perpres Nomor 65 Tahun 2016 di mana tugas PT. Adhi Karya bertambah dengan pembangunan prasarana depo kereta. Dari Perpres ini pulalah PT. KAI ditunjuk menjadi operator LRT Jabodebek.
Tidak hanya menjadi operator LRT Jabodebek, PT. KAI juga ditugaskan untuk menyediakan, mengoperasikan, dan merawat sarana LRT serta membuat sistem tiket otomatis.
PT. KAI juga diizinkan untuk bekerja sama dengan badan usaha lain untuk membuat sistem integrasi atau hubungan antartransportasi LRT Jabodebek.
Perpres tahun 2016 ini kemudian diubah lagi menjadi Perpres Nomor 49 Tahun 2017. Dalam Perpres ini, PT. KAI menjadi investor utama proyek LRT dan proyek ini tidak lagi dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Walau tidak lagi dibiayai APBN, pemerintah memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN) pada PT. KAI dan PT. Adhi Karya.
Tantangan dan Hambatan Proyek LRT Jabodebek
Dikutip dari Tempo, proyek LRT Presiden Jokowi dimulai dari peletakan batu pertama di dekat Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 9 September 2015. Pembangunan fase pertama dari LRT Jabodebek direncanakan oleh Pak Presiden selesai sebelum Asian Games 2018 diadakan.
Namun, rencana tersebut tidak tercapai dikarenakan masalah seperti pembebasan lahan yang belum selesai. Pada November 2020, terdapat ujicoba perjalanan LRT dari Stasiun TMII menuju Stasiun Harjamukti yang diawasi langsung oleh Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi.
Walau layanan LRT direncanakan beroperasi penuh pada Juli 2022, rencana ini tertunda sebelum akhirnya resmi beroperasi penuh pada 28 Agustus 2023.
Sebelum dibuka untuk umum pada 28 Agustus 2023, LRT Jabodebek melakukan dua tahap uji coba. Dilansir dari IDN Times, tahap pertama khusus lembaga pemerintah, jurnalis, dan komunitas dilaksanakan pada 12-26 Juli 2023 dan tahap kedua untuk umum dimulai pada 27 Juli – 15 Agustus 2023.
Namun, pada tanggal 17-24 Juli 2023, uji coba LRT harus dihentikan sementara karena adanya pembaruan sistem Automatic Train Supervisory (ATS, Sistem Pengawasan Kereta Otomatis) yang dipakai untuk mengatur rute saat LRT beroperasi.
Perlu Kawan ketahui, proyek LRT Presiden Jokowi ini bukan tanpa hambatan dan tantangan tersendiri. Karena proyek LRT memakan waktu yang lama untuk dibuat alias 8 tahun, biaya proyek jadi membesar. Berawal dari Rp29,9 triliun menjadi Rp32,5 triliun alias bertambah Rp2,6 triliun.
Untuk proyek ini, PT. KAI diberikan pinjaman Rp20 triliun dari 15 bank dan suntikan PMN sebesar Rp10,2 triliun. Gegara waktu yang lama ini pulalah, PT. KAI rugi Rp587,7 miliar.
Ada pula masalah-masalah lainnya seperti salah desain jembatan lengkung di Jalan Gatot Subroto dan Jalan HR. Rasuna Said serta harga-harga rumah di Bekasi naik karena proyek LRT. Walaupun demikian, LRT Jabodebek telah menghubungkan beberapa tempat seperti Bekasi dan Depok.
2 Rute LRT Jabodebek
Saat ini, Kawan GNFI dapat menggunakan LRT Jabodebek untuk pergi dari Jakarta ke Cibubur/Depok atau ke Bekasi. Dilansir dari CNBC Indonesia, LRT Jabodebek saat ini memiliki 2 rute: Rute Cibubur dan Rute Bekasi. Kedua rute dimulai dari Dukuh Atas, melewati Setiabudi, Rasuna Said, Kuningan, Pancoran, Cikoko, Ciliwung, dan Cawang.
Di Stasiun Cawang, kedua rute mulai memiliki jalan yang berbeda. Begitu berada di Stasiun Cawang, Rute Cibubur akan melewati TMII, Kampung Rambutan, Ciracas, dan Harjamukti. Sementara itu, Rute Bekasi akan melewati Stasiun Halim, Jati Bening Baru, Cikunir 1, Cikunir 2, Bekasi Barat, dan Jati Mulya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News