legenda pertemuan tanjung alang dan tanjung nusaniwe cerita rakyat dari maluku - News | Good News From Indonesia 2025

Legenda Pertemuan Tanjung Alang dan Tanjung Nusaniwe, Cerita Rakyat dari Maluku

Legenda Pertemuan Tanjung Alang dan Tanjung Nusaniwe, Cerita Rakyat dari Maluku
images info

Legenda Pertemuan Tanjung Alang dan Tanjung Nusaniwe, Cerita Rakyat dari Maluku


Tanjung Alang dan Tanjung Nusaniwe merupakan dua tanjung yang berada di Pulau Ambon. Konon ada sebuah cerita rakyat dari Maluku yang mengisahkan pertemuan antara Tanjung Alang dan Tanjung Nusaniwe.

Dalam legendanya, pertemuan ini menjadi tanda hubungan antara suami istri yang dikutuk di kedua tanjung tersebut dulunya. Bagaimana kisah dari legenda pertemuan antara Tanjung Alang dan Tanjung Nusaniwe tersebut?

Legenda Pertemuan Tanjung Alang dan Tanjung Nusaniwe, Cerita Rakyat dari Maluku

Dinukil dari artikel Leonie Sipahelut, "Pertemuan Dua Kekasih" dalam buku Antologi Cerita Rakyat Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, alkisah pada zaman dahulu masyarakat Ambon belum memeluk agama resmi seperti saat ini. Pada waktu itu masyarakat masih percaya dengan roh para leluhur atau datuk-datuk yang ada di sekitar mereka.

Masyarakat menghormati roh para leluhur tersebut. Tidak jarang mereka juga memberikan sesembahan untuk menghormati roh datuk-datuk tersebut.

Disebutlah pada waktu itu tinggal sepasang suami istri yang hidup di Pulau Ambon. Pasangan suami istri ini saling menyayangi satu sama lainnya.

Pasangan suami istri ini hidup dengan aman dan bahagia. Namun ada suatu masalah yang muncul di tengah mereka.

Meskipun sudah menikah sejak lama, pasangan suami istri ini tidak kunjung dikaruniai seorang anak. Mereka terus berusaha untuk mendapatkan anak yang diidam-idamkan tersebut.

Namun semua daya dan upaya yang mereka lakukan tidak membuahkan hasil. Bertahun-tahun berlalu tetap tidak ada tanda-tanda sang istri mengandung anak uang mereka nanti.

Kondisi ini membuat kehidupan suami istri tersebut berubah drastis. Pada awalnya, kehidupan mereka berjalan tentram dan bahagia.

Namun akibat masalah ini, mereka mulai menyalahkan antara satu sama lain. Pertengkaran hebat menjadi makanan mereka sehari-hari.

Pasangan suami istri ini saling menuduh bahwa di antara mereka ada yang sudah melakukan hal yang dilarang oleh roh datuk-datuk. Mereka yakin perbuatan itulah yang membuat mereka tetap tidak mendapatkan seorang anak.

Tidak ada di antara kedua suami istri tersebut yang merasa bahwa mereka salah dan penyebab permasalahan tersebut. Karena merasa tidak berbuat salah, pasangan suami istri ini kemudian menyimpulkan bahwa roh datuk-datuk lah yang menjadi akar permasalahan mereka.

Pasangan suami istri ini kemudian memutuskan untuk tidak lagi menghormati dan memuja roh datuk-datuk tersebut. Sesaji yang biasanya diberikan tidak pernah mereka sediakan lagi.

Situasi ini ternyata membuat roh para datuk-datuk murka. Roh datuk-datuk kemudian menghukum dan mengutuk pasangan suami istri tersebut.

Roh datuk-datuk kemudian memisahkan mereka. Sang suami ditempatkan di Tanjung Alang.

Sementara itu, sang istri dibiarkan hidup di Tanjung Nusaniwe. Mereka kemudian dipisahkan oleh lautan luas.

Meskipun sudah hidup terpisah, pasangan suami istri ini tidak menyerah begitu saja. Mereka selalu berusaha untuk memperoleh anak yang diinginkan.

Pertemuan pasangan suami istri ini ditandai dengan bertemunya Tanjung Alang dan Tanjung Nusaniwe. Peristiwa ini mengakibatkan tertutupnya jalan di Teluk Ambon.

Kejadian ini ditandai dengan adanya gelombang dan arus dahsyat. Hal ini membuat kapal-kapal akan kesulitan mendekati Pulau Ambon.

Pertemuan Tanjung Alang dan Tanjung Nusaniwe ini biasanya terjadi pada Desember. Jika pelaut mengalami peristiwa ini, maka mereka mesti menghentikan laju kapalnya.

Setelah itu, para pelaut juga mesti melepaskan kemeja yang mereka kenakan secara serentak. Kemudian kemeja para pelaut ini mesti dilemparkan ke lautan.

Hal ini dimaknai sebagai tanda bahwa para pelaut tidak melihat hubungan yang dilakukan oleh pasangan suami istri tersebut. Selain itu, kemeja yang dibuang ke laut ini juga dimaknai sebagai penutup untuk pasangan suami istri tersebut.

Jika ada pelaut yang menghiraukan kepercayaan ini, maka dipercaya dirinya akan mendapatkan marabahaya. Para pelaut yang tenggelam karena melanggar kepercayaan ini juga dipercaya tidak akan pernah ditemukan jasadnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.