Stasiun Cikeusal adalah stasiun kecil yang berada di Cikeusal, Serang, Banten. Stasiun dengan kode CKL ini masuk dalam Daerah Operasi (Daop) I Jakarta.
Stasiun Cikeusal sudah beroperasi sejak era kolonial, tepatnya pada 1 Juli 1900. Saat itu, hari pertama pengoperasiannya juga bersamaan dengan dibukanya jalur kereta api Rangkasbitung-Serang oleh Staatsspoorwegen (SS).
Berdiri di atas ketinggian +35 m di atas permukaan laut, Stasiun Cikeusal merupakan “teman” setia bagi petani dan pedagang sekitar sejak dahulu. Bahkan, hingga saat ini, stasiun tersebut masih berperan penting untuk membantu mobilitas petani dan pedagang menuju ibu kota untuk menjajakan hasil bumi mereka.
Stasiun Bersejarah yang Jadi Cagar Budaya
Stasiun Cikeusal sudah ditetapkan menjadi salah satu cagar budaya milik Kabupaten Serang. Melalui situs resmi budaya.data.kemdikbud.go.id, Surat Keputusan (SK) penetapan Stasiun Cikeusal sebagai cagar budaya adalah No SK: 430/Kep.173-Huk/2017 Tanggal SK: 2017-03-08.
Dengan penetapan itu, Stasiun Cikeusal resmi dijadikan salah satu warisan budaya yang dilindungi dan dilestarikan. Penetapannya pun tak sembarangan, karena stasiun ini dianggap memiliki nilai penting sejarah yang berharga dan dapat dijadikan pengingat serta pembelajaran bagi masyarakat Indonesia.
Ditambah lagi, usianya sudah lebih dari satu abad dan merupakan peninggalan Belanda yang sudah sepatutnya dilestarikan. Bangunan-bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya pun umumnya masih menggunakan arsitektur aslinya—khas dan jadul.
Pun saat ingin merenovasi banngunan cagar budaya itu, harus ada izin khusus demi menjaga keaslian arsitektur, struktur, dan tidak menghilangkan nilai sejarahnya. Oleh karena itu, penetapan Stasiun Cikeusal sebagai cagar budaya menunjukkan bahwa stasiun ini merupakan salah satu warisan penting nan bersejarah yang harus dijaga.
Layani Kereta Petani dan Pedagang
Stasiun Cikeusal merupakan salah satu stasiun penting yang menjadi simpul pengantar para petani dan pedagang yang ingin menjual hasil bumi mereka ke kota. Menyadur dari PT Kereta Api Indonesia (Persero), stasiun ini berada di jalur pelayanan Commuter Line (CL) Merak atau Rangkasbitung-Merak PP.
Stasiun Cikeusal menjadi stasiun pertama yang menghubungkan stasiu-stasiun lain menuju Serang, Cilegon, hingga Jakarta. Lokasinya juga dekat dengan sentra pertanian, membuatnya mudah dijangkau untuk membantu membawa barang-barang dagangan petani.
Letaknya sangat strategis dan merupakan titik transit bagi pedagang lokal serta tempat untuk mengumpulkan panenan sebelum naik ke kereta.
Per 1 Desember 2025, Stasiun Cikeusal menjadi salah satu stasiun penting yang melayani layanan Kereta Petani dan Pedagang. Puluhan petani dan pedagang memanfaatkan kereta yang beroperasi di sini untuk berdagang.
Bahkan, di hari pertama dan kedua dioperasikannya Kereta Petani dan Pedagang, Stasiun Cikeusal mencatatkan jumlah penumpang paling tinggi di antara stasiun lain yang melayani CL serupa, yakni 36 penumpang di hari pertama dan 44 penumpang di hari kedua.
Sesuai dengan nama keretanya, petani diberikan gerbong khusus yang terpisah dari penumpang reguler, sehingga dipastikan tidak akan mengganggu kenyamanan. Para pedagang dan petani ini juga diberikan kartu identitas khusus yang menandakan bahwa mereka adalah pengguna kereta khusus tersebut.
Sebagai informasi tambahan, selain Stasiun Cikeusal, stasiun lain yang melayani Kereta Petani dan Pedagang adalah Stasiun Rangkasbitung, Stasiun Jambu Baru, Stasiun Catang, Stasiun Walantaka, Stasiun Serang, Stasiun Karangantu, Stasiun Tonjong Baru, Stasiun Cilegon, Stasiun Krenceng, dan Stasiun Merak.
Ada 14 kali keberangkatan di seluruh stasiun tersebut. Stasiun Cikeusal sendiri melayani keberangkatan Kereta Petani dan Pedagang paling awal pada pukul 06.00 WIB dan paling malam pukul 22.43 WIB.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

