Badan Pusat Statistik (BPS) mengonfirmasi bahwa Indonesia tidak lagi melakukan impor beras medium selama tahun 2025. Impor yang tercatat saat ini hanya mencakup beras premium atau khusus, dan beras yang ditujukan untuk kebutuhan industri.
Kepala BPS RI, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa volume impor beras medium sebesar 69,75 ribu ton yang tercatat pada bulan Januari merupakan sisa kuota tahun 2024.
“Sepanjang tahun 2025 sampai dengan bulan Oktober, Indonesia tidak lagi mengimpor beras medium. Adapun impor beras medium yang tercatat pada bulan Januari sebesar 69,75 ribu ton merupakan sisa kuota tahun 2024," katanya.
Sebagian besar impor yang masuk adalah broken rice atau beras pecah, yang digunakan sebagai bahan baku industri seperti bihun, tepung beras, dan bubur. Volume impor beras pecah untuk industri sepanjang Januari–Oktober 2025 mencapai 286,91 ribu ton. Jumlah ini menandakan penurunan sebesar 26,97% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain itu, impor juga mencakup beras premium dengan karakteristik tertentu yang dibutuhkan sektor horeka (hotel, restoran, dan kafe), seperti beras basmati dan hom mali, karena jenis beras ini tidak diproduksi di dalam negeri.
Situasi ini didukung oleh perkiraan potensi produksi beras nasional pada periode Januari–Desember 2025 yang diproyeksikan mencapai 34,79 juta ton. Angka produksi ini menunjukkan kenaikan sekitar 13,60% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024, sehingga kebutuhan konsumsi domestik dianggap terpenuhi dari produksi dalam negeri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News