sesuatu yang berbeda di peringatan tahunan penobatan sultan surakarta tahun ini - News | Good News From Indonesia 2019

Sesuatu yang Berbeda di Peringatan Tahunan Penobatan Sultan Surakarta Tahun Ini

Sesuatu yang Berbeda di Peringatan Tahunan Penobatan Sultan Surakarta Tahun Ini
images info

Sesuatu yang Berbeda di Peringatan Tahunan Penobatan Sultan Surakarta Tahun Ini


Pada hari Senin kemarin, pagelaran tingalan jumenengan (peringatan penobatan) Sultan Paku Buwono XIII diadakan di Istana Surakarta di Jawa Tengah.

Beberapa pejabat pemerintah menghadiri acara budaya tersebut, termasuk Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, dan Kepolisian Jawa Tengah Kepala Insp. Jenderal Condro Kiron.

The 'bedaya ketawang' dance is performed as part of the 'tingalan jumenengan' (coronation anniversary) of Surakarta Sultan Paku Buwono XIII in the Surakarta Palace in Central Java on Monday.
info gambar

Tarian 'bedaya ketawang' ditampilkan sebagai bagian dari 'peringatan tahunan penobatan' Sultan Paku Buwono XIII Surakarta di Keraton Surakarta di Jawa Tengah pada hari Senin | Foto: Ganug Adi Nugraha / Jakarta Post


Dipimpin oleh prosesi prajurit istana di halaman istana, Paku Buwono pergi ke Balai Sasana Sewaka.

Ketika sultan duduk di atas takhta, sembilan penari perempuan mulai melakukan tarian suci bedaya ketawang (tarian dari langit).

Meskipun biasanya dilakukan dalam versi pendek 30 menit hingga satu jam, tarian kali ini berlangsung selama dua jam penuh.

Bedaya ketawang hanya dapat dilakukan setahun sekali pada upacara penobatan. Tarian ini ditampilkan oleh sembilan gadis, mengenakan kostum pengantin tradisional dan make-up lengkap.

Sultan Surakarta Paku Buwono XIII (tengah) | Foto: Ganug Adi Nugraha / Jakarta Post
info gambar

Sultan Surakarta Paku Buwono XIII (tengah) | Foto: Ganug Adi Nugraha / Jakarta Post


"Tarian ini adalah bagian penting dari tingalan jumenengan, simbol keberadaan sultan," kata pejabat istana Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Dipokusumo.

Sultan Paku Buwono dan istrinya Paku Buwono Pradapaningsih dibawa dengan kereta kuda Kyai Garuda yang ditarik kuda mengelilingi Surakarta, sementara anggota keluarga kerajaan mengikuti.

Sultan Paku Buwono diarak menggunakan kereta kuda Kyai Garuda | Foto: Ganug Adi Nugraha / Jakarta Post
info gambar

Sultan Paku Buwono diarak menggunakan kereta kuda Kyai Garuda | Foto: Ganug Adi Nugraha / Jakarta Post


Untuk ketukan tiga marching band, gerbong melaju sementara Pradapaningsih melemparkan koin ke penonton di sepanjang rute.

Menurut Dipo, parade dan kinerja penuh dari tarian bedaya ketawang bertujuan memulihkan kepercayaan publik, menyusul konflik internal istana dalam beberapa tahun terakhir.

“Sudah saatnya istana terbuka untuk dunia luar. Kami telah berusaha membangun kembali istana, dan kami telah bekerja sama dengan pemerintah Surakarta untuk mengembangkan potensi wisata," tambahnya.


Sumber: Jakarta Post

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

VA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.