Acara Barak Lampung Saibatin
#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung
Indonesia merupakan bangsa yang memiliki banyak suku, ras, latar belakang dan budaya. Mengutip dari Kementrian dalam negeri RI, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau yang dihuni lebih dari 360 suku bangsa. Hal ini tentu sangat membanggakan karena di luar dari banyaknya perbedaan tersebut rakyat Indonesia tetap berpegang teguh dengan sila ke – 3 dan bhineka tunggal Ika.
Lampung misalnya, memiliki motto “Sang Bumi Ruwa Jurai “ artinya dalam satu wilayah terdapat dua golongan ( macam ). Hal ini karena di provinsi Lampung terdapat dua dialek yaitu dialek Api ( A ) dan dialek Nyo ( O ) dari segi bahasa saja tentu sudah banyak perbedaan, apalagi budaya, cara pandang, atau bahkan pakaian adat. Kendati demikian, suku asli Lampung tidak pernah ada perpecahan karna saling menghargai antar sesama . Lampung memang memiliki banyak adat isitiadat yang merupakan warisan leluhur yang harus tetap dilestarikan salah satunya adalah barak.
Barak atau buarak adalah tradisi pernikahan yang dilakukan masyarakat Lampung yang tinggal di daerah pesisir. Adat ini memiliki ciri khas, salah satunya adalah prosesi kemilau pernikahan yang melibatkan pengantin diarak di siang dan malam hari dengan pakaian adat lengkap sambil diiringi oleh musik. Barak ini sendiri mempunyai ketentuan dan syarat utama itu keluarga pengantin harus masuk ke dalam adat dalam hal ini dia mempunyai jukhagan atau batin atau sudah pernah cakak pepadun.
Orang biasa atau anak khamah ( bukan sebatin ) juga bisa diarak tapi tentu sangat jauh berbeda dengan arak – arakan pengantin tokoh adat. Kalau anak khamah yang diarak pada siang hari hanya pengantin wanita saja, dan tidak ada musik tala ( gong ) hanya menggunakan musik rebana diiringi sholawat yang didandan di rumah jukhagan atau batinnya atau jika rumah sohibul hajat jauh dengan batin atau jukhagan ( tokoh adat ) biasanya pengantin wanita tersebut didandan di tempat kerabat, saudara, atau orang yang satu keturunan dengan tokoh adat tersebut.
Kemudian jika pengantin adalah anak dari tokoh adat, maka acara arak–arakanya akan sangat ramai karena pengantin laki–laki dan pengantin wanita diarak secara bersamaan, diiringi piccak khakot (tari pedang) dan neknek hu yang dilakukan oleh mekhanay (bujang) dengan diharuskan memakai baju warna putih, kopiah tapis dan sarung tapis, taklupa diringi musik khas Lampung (tala / gong) yang dilakukan oleh bapak – bapak dan rebana yang ditabuh oleh Ibu – ibu. Setelah selesai mengarak pengantin biasanya rombongan bujang, ibu – ibu, dan bapak – bapak tadi kembali melakukan hal yang sama untuk menjemput sultan ( tokoh adat yang paling tinggi ).
Baca juga: Mengenal Suku Lampung Saibatin, Keunikan Budaya di Pesisir Lampung

Setelah sampai di tempat acara pengantin langsung disuruh untuk butammat ( Ngaji ) yang diawali dengan pembukaan dari tokoh agama ( Wanita ). "Butamat" merupakan salah satu bagian dari prosesi pernikahan Lampung Pesisir, yaitu membaca Alqur'an juz 30 oleh mempelai wanita pada siang hari di waktu hari pernikahan.

Lanjut pada malam hari, pengantin laki – laki akan di jemput oleh rombongan bujang – bujang dari tempat resepsi untuk didandan di rumah jukhagan. Setelah selesai didandan, rombongan bujang tersebut melakukan arak – arakan kedua, kali ini tidak ada syarat khusus hanya harus di iringi musik rebana yang dimainkan oleh para mekhanay tersebut.
Setelah sampai dipintu gerbang tendang resepsi pengantin laki – laki harus berhenti karena ada prosesi palang pintu. Nah menariknya palang pintu ini berbeda jauh dengan palang pintu adat Betawi yang saling berbalas pantun, palang pintu di tayuh ini cukup dengan membaca ayat khusus bahasa arab yang dimulai dari kata “ salam – salam “ dan di palang dengan kain gebat ( kain jarik ) uniknya ketika ada jeda si palang pintu berhenti, penonton harus meneriaki si palang pintu sekeras-kerasnya. Setelah palang pintu pertama selesai kemudian langsung di jawab oleh palang pintu satunya dengan dimulai kata “ Waalaikumussalam “ dan seperti amtadi setiap ada jeda penonton teriak sekeras-kerasnya.

Selesai dari arak- arakan pengantin laki-laki maka ada acara lanjutan yang bernama macakh, macakh adalah prosesi adat yang dimana kuku pengantin di beri daun Inai atau daun pacar. Acara macakh biasanya dimulai dengan menaburkan bias kuning ( beras yang beri kunyit ) ke udara, kemudian memberi kuku yang akan di tempelkan daun Inai yang telah dihaluskan dengan air menggunakan daun pandan, setelah itu baru kuku pengantin ditempelkan daun Inai atau daun pacar tersebut. Nah jika semua prosesi telah selesai maka di pemberi daun pacar tersebut diberi kumbang tallui ( kembang telur ).
Acara macakh diawali dengan baca ( doa bersama ) setelah selesai doa bersama barulah dimulai dari tokoh adat yang tertinggi ( Dalom) dikampung tersebut, kemudian batin ( tokoh adat dibawah Dalom), lebbu ( keluarga dari bapak pengantin ), kelama ( keluarga dari Ibu pengantin ), Mully mekhanay ( bujang gadis ), Kepala desa , dan yang terakhir adalah PPN atau penghulu yang ditutup dengan do’a. Sebelum acara macakh dimulai, biasanya ibu – ibu sudah melakukan ngetatungga. Ngetatungga adalah prosesi adat yang dilakukan oleh ibu – ibu pada malam hari yang berbandan rapih, lengkap dengan selendang dan sarung tapis.
Ngetatungga berguna sebagai ibu pengganti jika tokoh adat tidak membawa istrinya di acara macakh,.misalnya MC mengatakan “ selanjutnya Dalom junjungan marga beserta ibu, atau yang mewakili “ nah jika istri tokoh adat atau siapa pun yang tidak bisa menghadiri acara tersebut maka tugas ibu ngetatungga tadilah yang menggantikannya.

Secara umum dikatakan masyarakat Lampung pesisir memiliki banyak adat dan budaya. Prosesi adat pernikahan atau tayuh orang biasa dengan tokoh adat sangat jauh berbeda dimulai dari segi prosesi, infrastruktur, makanan dan biaya tentunya.
Sebagai masyarakat Indonesia di manapun kita berada, apapun suku, agama dan warana kulit kita, kita harus menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan untuk membangun Indonesia yang lebih maju. Tidak hanya itu, sebagai anak bangsa kita juga harus terus melestarikan budaya yang kita miliki, serta menjaganya sepenuh hati.
Dengan adanya keberagaman suku di suatu wilayah, akan tercipta keberagaman budaya baru yang akhirnya dapat memperkaya budaya di Indonesia. Dengan adanya keberagaman tersebut sudah sepatutnya kita untuk dapat saling menghormati dan melestarikan budaya yang tercipta dari hasil keberagaman tersebut.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News