Berbagai industri telah memprioritaskan kemajuan teknologi kecerdasan buatan, atau AI, dalam beberapa tahun terakhir. Dengan kemajuan yang cepat ini, cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan dunia semuanya berubah.
Kecerdasan buatan (AI) memiliki pengetahuan yang memungkinkan komputer meniru kecerdasan manusia dan melakukan hal-hal yang dibutuhkan oleh kecerdasan manusia. AI juga dapat memproses data dengan lebih cepat dan membuat prediksi yang lebih kuat daripada manusia. Setiap industri yang memiliki investor bersemangat untuk berpartisipasi di dalamnya.
John McCarthy (1956) mengatakan bahwa “Kecerdasan buatan (AI) adalah upaya untuk meniru perilaku manusia dan memodelkan proses berpikir manusia. Selain itu, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa kecerdasan yang ditunjukkan oleh suatu entitas buatan disebut kecerdasan buatan”. Gaskin (2008) menyatakan bahwa “Kecerdasan buatan dimasukkan ke dalam komputer, atau mesin, sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan yang sama dengan apa yang dapat dilakukan manusia”.
Sedangkan ahli lain mengatakan, kecerdasan buatan akan berkembang dengan cepat dan akan mempengaruhi banyak aspek kehidupan, seperti transportasi, bisnis, dan kesehatan. Menurut survei Pew Research, 65% orang yang menjawab mengatakan bahwa kecerdasan buatan akan menggantikan pekerjaan manusia (Anggraini, 2023).
AI telah mempengaruhi banyak industri, seperti telekomunikasi, otomotif, kesehatan, keuangan, pendidikan, dan hiburan. Di industri otomotif, AI digunakan untuk membuat mobil otonom yang dapat mengemudi sendiri, di bidang kesehatan, untuk mendiagnosis penyakit, merancang terapi pribadi, dan melakukan penelitian medis dengan lebih cepat, dan di bidang keuangan, AI membantu dalam analisis dan deteksi data keuangan.
Di bidang telekomunikasi ini, penggunaan AI membantu interaksi manusia dengan teknologi dan satu sama lain menjadi lebih efisien, akurat, dan personal. Contohnya, asisten virtual, seperti Siri, Google Assisten, dan Alexa dari Amazon, memiliki kemampuan untuk melakukan tugas yang biasa dilakukan manusia serta memanfaatkan deepface di perangkat seluler dan media sosial, seperti Facebook, yang digunakan untuk menandai wajah dan digunakan dalam pengolahan informasi waktu.
Di bidang telekomunikasi, penerapan AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan layanan pelanggan, mengoptimalkan jaringan, dan mengurangi risiko penipuan. Kawan GNFI dapat mengharapkan lebih banyak inovasi AI di masa depan yang akan mengubah industri telekomunikasi.
Penerapan AI telah mengubah industri telekomunikasi dengan meningkatkan efisiensi operasional, memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik, dan mengembangkan layanan baru. Namun, AI juga membawa tantangan, terutama yang berkaitan dengan privasi dan keamanan data.
Selain mendapatkan keuntungan dari kemajuan AI, teknologi ini juga mempunyai kekurangan dari segi privasi, maupun keamanan data pengguna. Contoh pelanggaran privasi AI di bidang komunikasi:
1) Pencurian data pribadi:
AI dapat digunakan untuk tanpa izin mencuri data pribadi pengguna seperti informasi pribadi, kata sandi aplikasi seperti gmail.
2) Penggunaan data tanpa izin:
AI dapat menggunakan data pribadi pengguna untuk tujuan yang tidak diinginkan, seperti menampilkan iklan yang tidak relevan, atau tanpa izin pengguna menjual data tersebut kepada pihak ketiga.
3) Identitas palsu:
Kecerdasan buatan dapat digunakan untuk membuat identitas palsu dan menyebarkan informasi palsu untuk membantu orang atas kelompok tertentu menjadi buruk.
4) Keamanan yang lemah:
Seorang hackers bisa dengan mudah mengakses data pribadi Kawan GNFI melalui kecerdasan buatan yang tidak terlindungi.
5) Penyalahgunaan Izin Aplikasi:
Aplikasi AI dapat meminta izin untuk mengakses fitur tertentu pada perangkat pengguna, seperti kamera atau mikrofon. Jika izin ini disalahgunakan untuk mengumpulkan data pribadi tanpa izin, privasi Kawan GNFI akan terganggu.
Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa kelalaian di media sosial dapat menggungah data pribadi mereka. Oleh sebab itu, sangat penting bagi Kawan GNFI selaku pengguna media sosial untuk memahami risiko dan konsekuensi negatif dari kejahatan pelanggaran privasi di media sosial dan untuk mengambil tindakan pencegahan yang tepat untuk mengamankan privasi dan data pribadi.
Lalu bagaimana cara melindungi data pribadi agar tidak disalah gunakan? Berikut beberapa saran agar data pribadi kawan GNFI tetap aman :
1) Berhati-hatilah saat menggunakan jaringan Wi-Fi karena orang yang tidak bertanggung jawab dapat menyalahgunakannya untuk mencuri data Kawan GNFI.
2) Hindari mengklik link yang tidak dikenal secara langsung. Saat ini, ada banyak tautan yang mengatasnamakan organisasi atau instansi. Dalam beberapa situasi, link tersebut dapat membawamu ke halaman login palsu yang dapat digunakan untuk mengambil data pribadi Kawan GNFI.
3) Gunakan kata sandi yang sulit diprediksi.
4) Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang bahaya yang menyertai penggunaan teknologi AI terhadap keamanan data pribadi. Memberikan pelatihan kepada pengguna dan karyawan terkait tentang metode terbaik untuk mengumpulkan, menggunakan, dan melindungi data pribadi.
Kerugian yang disebabkan oleh pelanggaran privasi dapat sulit untuk diukur. Oleh karena itu, seseorang dapat mengajukan gugatan untuk mendapatkan imbalan atas apa yang mereka alami. Pengamanan data pribadi sangatlah penting agar data yang dikumpulkan masing-masing individu digunakan sesuai dengan tujuan yang baik, sehingga tidak salah digunakan.
Oleh karena itu, hak utama untuk melindungi informasi pribadi seseorang. Undang-Undang Dasar 1945 tidak secara eksplisit membatasi hak privasi, tetapi Pasal 28G, Ayat (1) UUD NRI 1945 mengatakan “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.”
Penting untuk dicatat bahwa sanksi dan konsekuensi hukum yang tepat berbeda-beda tergantung pada pengakuan dan undang-undang yang berlaku. Untuk mendapatkan nasihat yang sesuai, disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli hukum atau otoritas yang berwenang.
Dampak positif kemajuan teknologi AI, antara lain, efisiensi waktu, kemajuan dalam berbagai bidang seperti, bisnis, komunikasi, industri, kesehatan, dan lainnya. Namun, terdapat konsekuensi negatifnya, termasuk pengangguran, bias informasi atau termakan hoax di media sosial, masalah privasi, ketergantungan, dan penggunaan AI untuk manipulasi data, yang dapat membahayakan banyak orang.
Maka dari itu, peraturan dan etika sangat penting untuk pemakaian AI dan pengembangan AI yang bertanggung jawab. Sekurang-kurangnya, peraturan dan etika yang dibuat dengan bantuan pemerintah dibuat untuk memastikan bahwa AI digunakan untuk kepentingan masyarakat dan tidak merugikan orang lain. Pengembangan AI atau kecerdasan buatan yang berkedudukan juga dapat mendorong masyarakat untuk mempercayai dan menerima Artificial Intelligence (AI).
Masyarakat harus memperkuat literasi digital dan di iringi kemampuan adaptasi, serta memahami dampak positif dan negatif dari teknologi kecerdasan buatan ini. Kawan GNFI juga harus memahami masalah keamanan dan privasi penggunaan teknologi AI, dan memperkuat skill sebagai masing-masing individu untuk menghadapi perubahan dan tantangan di masa depan yang tentu akan banyak perubahan-perubahan yang menjanjikan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News