Tortor adalah jenis tarian yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Di Sumatra Utara sendiri, tortor merupakan salah satu yang populer. Tentu saja, sebab Sumut merupakan provinsi asal suku Batak.
Menjadi ciri khas bagi masyarakat Batak, membuat tortor menempati posisi yang spesial. Hal itu bukan semata-mata karena tortor adalah peninggalan budaya yang harus dilestarikan. Melainkan juga bila dicari tahu lebih dalam, ternyata tortor lebih bermakna dari sekadar tari.
Pada artikel sebelumnya, sudah dijelaskan mengenai sejarah dan jenis-jenis tortor yang sangat beragam. Kali ini, pengenalan terhadap tortor akan dibahas lebih mendalam lagi.
Macam Gerakan Tortor
- Pangurdot: gerakan ini melibatkan seluruh bagian tubuh. Penari menggerakkan tubuh ke atas dan bawah pusat dengan menjadikan telapak kaki dan tumit sebagai tumpuan. Selama itu berlangsung, ujung telapak kaki juga bergerak perlahan ke kiri kanan. Semua gerakan termasuk tubuh, tangan, dan jari menyesuaikan hentakan irama iringan gondang.
- Pangeal: padatahap ini hanya pinggang dan kepala yang bergerak. Pada saat ini, penari menggerakkan pinggang memutar ke kiri dan ke kanan. Selain itu, tetap melibatkan jari, tangan, dan kepala.
- Pandenggal: sama seperti pangurdot, pandenggal juga melibatkan seluruh tubuh. Bedanya ada kelembutan dan gemulai yang disertakan pada tiap gerakan lengan, telapak tangan, dan jari tangan. Tahapnya, pertama penari “membuang” telapak tangan dan mengangkatnya ke atas, kemudian diturunkan secara perlahan dengan posisi tangan menelungkup. Bila dibayangkan, gerakannya kurang lebih memberi kesan tangan jatuh ke pinggang secara halus dan elastis.
- Siangkupna: gerakan ini fokus pada leher dan diserentakkan dengan irama gondang dan urdot.
- Hapunana: gerakan ini melibatkan ekspresi penari tortor dan mewakili suasana dalam pementasan. Nah, pada saat ini, penari tidak boleh mengangkat tangan melebihi bahu atau akan mendapat kesialan.
Pola Lantai Tortor
Polanya meliputi pola lantai vertikal, horizontal, dan melingkar. Pola-nya bisa didapati saat tari kematian. Dengan formasi sebagai berikut:
Posisi pelayat atau yang disebut hula-hula berada di sebelah kanan jenazah, sedangkan keluarga di sebelah kiri. Pola lantai yang dilakukan penari akan memperjelas keseimbangan antara penari pelayat, dan penari keluarga.
Busana dan Tata Rias Tortor
Penari seringnya menggunakan pakaian berwarna hitam, yang bagi masyarakat Batak melambangkan duka cita. Pada pria, busana yang dipakai berupa jas, celana, dan ulos berwarna hitam. Sementara wanita memakai kebaya, rok, dan ulos berwarna hitam pula.
Tata rias penari tortor hampir tidak ada bedanya dengan penari dari daerah atau jenis tarian lain. Dengan kata lain, memang sudah seharusnya seorang penari memakai riasan wajah yang lebih menor dari biasanya. Mungkin yang membedakan hanya jenis sentuhan make up-nya saja seperti lipstik merah terang yang kita ketahui cocok bagi pakaian adat Batak.
Properti yang Ada pada Tortor
- Ulos: berwarna merah, hitam, dan putih. Hitam sebagai lambang dukacita, merah melambangkan kehidupan, dan putih melambangkan kesucian.
- Patung batu: jika dipertunjukkan pada ritual keagamaan, maka wajib menghadirkan patung. Sedangkan jika hanya sebagai hiburan tidak perlu.
- Panggung: tentu saja penari harus mempunyai panggung. Dalam tortor, panggung diibaratkan sebagai rumah duka.
- Ikat kepala: biasa terbuat dari ulos yang diikatkan di kepala penari.
Iringan Musik yang Terdapat pada Tortor
- Margondang adat: digunakan pada acara yang bersifat kekeluargaan dan menyatukan kekerabatan.
- Margondang religi: biasanya digunakan pada masyarakat Batak Purba pada acara keagamaan seperti kematian. Iringannya meliputi gondang, taganing, igung, dan hasappi.
- Pesta margondang: digunakan untuk acara yang erat dengan kegembiraan. Terdiri dari 3 jenis alat musik, yaitu gondang naposo, gondang pembangunan gereja, dan gondang mangompoi jabu (memasuki rumah).
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News