Kabupaten Kuningan menjadi salah satu daerah tertua yang ada di Jawa Barat. Jejak kehidupan manusia di daerah ini sudah ada sejak 3500 sebelum Masehi dengan berbagai bukti peninggalannya.
Dimuat dari Radar Kuningan, manusia telah meninggali daerah ini sejak 3000 tahun lalu. Sebab, data masa lalu menunjukkan wilayah Kabupaten Kuningan sudah ditinggali umat manusia pada zaman Megalitikum.
Diketahui periode Megalitikum itu sekitar 3500-1000 tahun sebelum Masehi. Bukti jika Kuningan telah dihuni manusia purba sejak zaman Megalitikum bisa dilihat dari Situs Purbakala Cipari.
Di situs yang terletak di Kelurahan Cipari, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan tersebut terdapat bukti-bukti peninggalan zaman purba. Pada zaman tersebut kebudayaannya berupa batuan besar seperti menhir, dolmen, kubur peti batu.
Tidak sengaja ditemukan
Situs Cipati pada awalnya merupakan tanah milik seorang warga bernama Widjaja. Pada tahun 1971, di tanah miliknya, secara tidak sengaja ditemukan sejenis batuan. Batuan itu menyerupai batu yang dipamerkan di Paseban Tri Panca Tunggal.
Penemuan ini langsung dilaporkan ke Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional di Jakarta. Kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan penelitian dan penggalian. Dipimpin oleh Pangeran Djatikusumah, penggalian dilakukan.
Tim ini berhasil menemukan peti kubur, kapak, batu, gelang, dan gerabah kuno. Baru pada 1972 dilakukan penggalian percobaan. Tujuannya untuk penyelamatan benda-benda serta tata letak situs Cipari.
Pada tahun 1972, penggalian total dikerjakan serta menyusun situs sesuai dengan tempatnya. Setelah itu, pada 1976 dibangun museum yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan, merawat, dan memamerkan benda-benda hasil temuan tersebut.
Pada 1976, dibangun museum yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan, merawat, dan memamerkan benda-benda hasil temuan tersebut. Lalu pada 1978, Menteri Pendidikan Prof Dr Syarif Thayeb meresmikan.
Benda purbakala
Situs Cipari merupakan gabungan antara zaman Neolitikum dan Megalitikum bila mengacu kepada tipologi dan stratigrafi. Sedangkan batu-batu besar berfungsi sebagai media komunikasi dengan arwah nenek moyang.
Di bagian luar terdapat dua kuburan batu, yang berbentuk trapesium. Pada saat ditemukan, kuburan itu hanya meninggalkan gelang batu dan gerabah, tidak ditemukan kerangka manusia di dalamnya.
Penyebabnya karena tanahnya yang gempur dan memiliki tingkat keasaman yang tinggi. Karena itu tidak bisa mengawetkan organik manusia, terutama tulang. Selain itu juga terdapat altar batu, dolmen, batu gelang, menhir, dan dakon.
Pada bagian museum terdapat benda-benda hasil temuan yang terpanjang dengan rapi. Benda-benda tersebut merupakan karya dengan teknologi yang sudah maju. Sebuah budaya adiluhung nenek moyang bangsa Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News