Desa Tanjung Sari II terletak di Kecamatan Lempuing Jaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Desa ini dikelilingi oleh perkebunan karet yang menyimpan banyak sumber daya sebagai salah satu daerah penghasil getah karet di Indonesia.
Lingkungan yang asri semakin mendukung keindahan desa tersebut. Warganya hidup dengan makmur tanpa adanya polusi karena jauh dari perkotaan. Keunikan Desa Tanjung Sari 2 yaitu adanya keberagaman ras, budaya dan agama. Desa ini dibangun sekitar 1980-an diiringi perkebunan karet yang mengiringi sejarah perkembangan Desa Tanjung Sari II hingga sekarang.
Perkebunan karet menjadi surga bagi masyarakat desa dikarenakan menjadi mata pencaharian sebanyak 90% dari total mata pencaharian masyarakat desa. Desa Tanjung Sari II sudah bermitra dengan berbagai perusahaan karet sejak berdirinya desa. Produksi getah karet yang melimpah sangat membantu perekonomian masyarakat. Tidak hanya kilogram, tetapi dalam jumlah ton dihasilkan di Desa Tanjung Sari II.

Kegiatan sadap atau ambil getah karet l Sumber: Foto Pribadi
Pada tahun 2000, desa ini mulai berkembang dengan harga getah karet Rp1.150,00 per kg dan pada tahun 2014 harga tertinggi getah karet mencapai Rp25.500,00 per kg.
Perekonomian masyarakat mengikuti harga dollar yang sedang berlangsung. Desa Tanjung Sari II pernah mengalami masa sulit ketika wabah covid-19 melanda Indonesia, sehingga harga dollar menurun berdampak terhadap harga getah karet Rp4.000,00 per kg.
Hal tersebut tidak membuat masyarakat patah semangat dan menghasilkan mata pencaharian sampingan berupa pengembangan persawahan yang menjadikan desa ini semakin kaya akan sumber daya.
"Getah karet ini sangat bermanfaat bagi perkembangan perekonomian masyarakat. Perkebunan karet yang sangat luas dapat diproduksi seminggu sekali bahkan 3 hari sekali. Kami dapat mengumpulkan banyak keuntungan dari hasil panen, 7 hingga 25 ton dapat kami kumpulkan. Perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap hasil panen. Kami sebagai petani karet harus mengetahui bagaimana kualitas getah karet agar laku di pasaran. Masa gugur daun akan menyebabkan hasil getah karet menurun. Masa gugur daun biasanya dimulai dari bulan 8 hingga bulan 12. Masa tersebut akan terhitung normal jika tidak berkepanjangan. Sayangnya, perubahan iklim global saat ini tidak menentu sehingga berdampak besar bagi para petani karet karena kami kesulitan untuk mendeteksi masa gugur daun," jelas Indra, salah satu petani karet, panjang lebar.
Jika perubahan cuaca yang tidak menentu akan menghasilkan masalah berupa mati getah. Bagian batang pohon yang mengalami mati getah mengalami penyusutan getah karet sehingga sulit untuk diproduksi. Mati getah dapat pulih kembali sekitar satu tahun lamanya bahkan dapat menyebabkan pohon karet mati.
Solusi yang lain yaitu memindahkan jalur getah di sisi batang pohon karet yang lain dengan jarak sekitar 1 meter 50 centimeter dari letak awal. Masalah mati getah tersebut belum ada obatnya hingga saat ini. Obat poles juga digunakan, tetapi hal tersebut hanya akan memaksa getah karet keluar secara prematur.
Jika pohon karet sudah tidak layak produksi, dapat dimanfaatkan sebagai bahan triplek. Desa Tanjung Sari II juga bermitra dengan perusahaan triplek. Nutrisi alami pohon karet berasal dari tumbuhan di sekitarnya, ilalang bukan menjadi hama namun menjadi nutrisi bagi pohon karet.
Ilalang yang dihilangkan akan berpengaruh terhadap serapan nutrisi pohon karet. Jarak antarpohon juga berpengaruh terhadap daya serap nutrisi. Umumnya, jarak antarpohon karet adalah 5 meter.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News