Jembatan Jongbiru di Kediri yang menghubungkan Kabupaten dengan Kota Kediri mulai dibangun setelah runtuh pada 2017.
Pembangunan ini diawali oleh Bupati Hanindhito Himawan Pramana pada November 2023, dengan target selesai pada Mei 2024.
Perlu Kawan ketahui bahwa jembatan sepanjang 133 meter ini didanai oleh APBN sebesar Rp 25 miliar dan diharapkan dapat memperbaiki akses menuju bandara serta mempercepat distribusi ekonomi. Konstruksi jembatan menggunakan rangka baja, dan saat ini tiang penyangga telah mulai dipasang. Nah, Kawan pasti kepo, bagaimana sih sejarah dari Jembatan ini?
Jembatan Jongbiru sebagai Pendukung Ekonomi
Dahulu, Pembangunan Jembatan Jongbiru bertujuan untuk memperbaiki konektivitas antara Kabupaten dan Kota Kediri serta mendukung ekonomi lokal.
Jembatan ini diharapkan dapat mempermudah akses menuju Bandara Internasional Dhoho dan mengurangi kemacetan di sekitarnya.
Selain itu, jembatan ini memiliki nilai sejarah yang berpotensi menarik wisatawan, mengingat perannya dalam sejarah Kerajaan Majapahit.
Stt..! Jembatan ini dahulunya pernah ambruk. Ambruk nya jembatan ini dipengaruhi oleh faktor cuaca, lho! Dimana kuatnya arus Sungai Brantas yang diperparah oleh usia jembatan menyebabkan jembatan tersebut runtuh.
Hujan deras menyebabkan air meluap, mengikis struktur jembatan, sehingga tidak mampu menahan beban dan akhirnya ambruk.
Perlu Kawan ketahui, dahulunya, Jembatan Jongbiru memiliki peran penting dalam sejarah Kerajaan Majapahit sebagai penghubung strategis.
Jembatan ini menghubungkan desa-desa di sepanjang Sungai Brantas dan berfungsi sebagai jalur transportasi dan perdagangan.
Prasasti Canggu tahun 1358 M mencatat penghargaan dari Raja Hayam Wuruk kepada desa-desa yang membantu dalam penyeberangan penduduk, termasuk Jongbiru.
Selain itu, Jongbiru juga dikenal sebagai pelabuhan maritim yang mendukung perdagangan antara masyarakat pedalaman dan pesisir, serta disebut dalam berbagai karya sastra kuno.
Prasasti Canggu tahun 1358 M mencatat peningkatan status desa-desa di sepanjang Sungai Brantas, termasuk Jongbiru, yang berfungsi sebagai tempat penyeberangan.
Dalam prasasti ini, istilah "nadi" digunakan untuk menggambarkan sungai sebagai urat nadi kehidupan masyarakat. Raja Hayam Wuruk memberikan penghargaan kepada desa-desa yang berperan dalam memfasilitasi penyeberangan penduduk, menegaskan betapa pentingnya Jongbiru dalam jaringan transportasi pada masa itu.
Jembatan Jongbiru memiliki kontribusi besar terhadap ekonomi masyarakat di masa lalu dengan berfungsi sebagai jalur transportasi utama.
Jembatan ini menghubungkan desa-desa di sepanjang Sungai Brantas, mendukung perdagangan antara masyarakat pedalaman dan pesisir serta aktivitas internasional.
Pada era Kerajaan Majapahit, Jongbiru menjadi pelabuhan penting yang memfasilitasi perdagangan komoditas, berkat pengakuannya dalam Prasasti Canggu tahun 1358 M.
Keberadaan jembatan ini juga berperan dalam pengembangan UMKM dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat seiring dengan beroperasinya Bandara Dhoho Kediri saat ini.
Jembatan Jongbiru dibangun kembali di tahun 2017 hingga berhasil diresmikan. Proyek ini dipimpin oleh Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, yang meresmikan jembatan pada 26 Juli 2024.
Pembangunan ini bertujuan untuk memperbaiki konektivitas dan perekonomian masyarakat, serta mengintegrasikan nilai sejarah yang terkait dengan lokasi tersebut.
Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, meresmikan Jembatan Jongbiru pada hari Jumat, 26 Juli 2024.
Diharapkan jembatan ini dapat memperbaiki konektivitas dan perekonomian masyarakat setempat, serta mencerminkan nilai sejarah yang terkait dengan lokasi tersebut.
Berbagai Cara untuk Meningkatkan Kesejahteraan Melalui Jembatan Jongbiru
Lalu bagaimana sih cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui jembatan ini? nah! Peresmian Jembatan Jongbiru diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui beberapa cara:
- Peningkatan Ekonomi: Jembatan ini akan mempermudah akses antara Kota dan Kabupaten Kediri, mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pengembangan destinasi wisata yang memanfaatkan nilai sejarah lokasi tersebut.
- Akses ke Bandara: Dengan beroperasinya Bandara Dhoho Kediri, jembatan ini akan menjadi jalur utama yang mengurangi kemacetan dan mempermudah transportasi, sehingga meningkatkan mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi.
- Revitalisasi Sejarah: Mengangkat kembali nilai sejarah masa lalu diharapkan dapat menarik wisatawan, yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif pada perekonomian lokal.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News