Mungkin di antara Kawan GNFI ada yang hendak berkuliah, sedang berkuliah, atau memiliki pengalaman kuliah? Ketahuilah bahwa ketika seseorang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, maka idealnya adalah ia dapat memasuki jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Namun, fakta lapangan yang terjadi bukanlah demikian. Mengutip dari tulisan Wulandari dalam Jurnal Interprofesi Kesehatan Indonesia, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Indonesia Career Center Network (ICCN) pada tahun 2017, bahwa sebanyak 87% mahasiswa mengalami kendala salah jurusan.
Mengutip dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohmah dan Azzahrah, dimuat dalam Literasi: Jurnal Kajian Keislaman Multi-Perspektif, bahwa ada mahasiswa yang menyadarinya sejak semester awal masuk kuliah.
Bahkan masih banyak mahasiswa yang baru merasakan salah jurusan setelah menempuh jenjang perkuliahan hingga semester empat, dengan poin permasalahan tidak memiliki gambaran terkait apa yang akan dilakukan pasca lulus.
Bagaimana Mahasiswa Dikatakan Salah Memilih Jurusan?
Kenali tanda-tanda yang ada pada diri Kawan yang mengindikasikan salah jurusan. Mengutip dari Intani dan Surjaningrum dalam Jurnal INSAN, bahwa mahasiswa yang salah jurusan mengalami konflik di bidang psikologis, seperti merasa tertekan, putus asa, depresi, tidak nyaman, dan lain sebagainya.
Konflik lainnya adalah di bidang akademik yang ditandai dengan rendahnya IPK, sering mengulang mata kuliah, tidak ada motivasi kuliah, dan tidak ada perkembangan dalam performa perkuliahan.
Kemudian konflik selanjutnya yaitu terkait relasional atau sosial yang meliputi perasaan minder, mendapat pelabelan negatif, sulit untuk berteman, terlibat konflik dengan dosen, dan lain-lain.
Mengapa Banyak Mahasiswa yang Salah Memilih Jurusan?
Kawan GNFI, jawaban dari pertanyaan di atas adalah karena calon mahasiswa melakukan beberapa kesalahan saat hendak memilih jurusan kuliah. Berikut penulis jelaskan jenis-jenis kesalahan tersebut yang tentunya perlu Kawan hindari:
Kurangnya Riset secara Mendalam terhadap Jurusan yang Akan Dipilih
Buku sebagai Sumber Riset | Raul Pacheco-Vega (Flickr)
Riset yang harus dilakukan yaitu secara komprehensif meliputi bidang keilmuan apa saja yang akan dipelajari, bagaimana prospek kerjanya, melihat juga rekam jejak alumni, biaya kuliah, dan lokasi.
Jika tidak melakukan riset secara mendalam mengenai hal-hal tersebut, ada kemungkinan Kawan akan mengalami sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan karena ketidaktahuan Kawan sebelumnya. Tentu hal tesebut akan mengganggu perkuliahan.
Kemudian, satu hal yang tak kalah penting adalah observasi juga mengenai kultur yang diterapkan di jurusan tersebut.
Terutama bagi mereka yang memiliki sifat idealis, jika terdapat kultur yang tidak sesuai dengan prinsipnya, tentu hal ini akan menciptakan ketidaknyamanan selama proses perkuliahan. Kawan bisa menanyakan hal terkait kultur ini kepada alumni yang dapat dipercaya.
Terlalu Berorientasi pada Prospek Kerja
Teknologi Informasi | Field Engineer (Flickr)
Pada umumnya, calon mahasiswa yang menjadi korban salah jurusan karena terlalu berorientasi pada prospek kerja, biasanya datang dari tuntutan orang tua yang kurang memiliki pemahaman terhadap minat dan bakat yang dimiliki sang anak.
Namun, terkadang tuntutan itu muncul dari diri sendiri. Sebagai contoh, seorang calon mahasiswa sedang melakukan riset mengenai jurusan kuliah yang akan dipilih, hingga ia menemukan info bahwa peluang kerja dari jurusan Teknik Informatika sangat tinggi. Mengingat, tenaga ahli di bidang teknologi informasi akan terus dibutuhkan di era Society 5.0.
Dengan tergesa-gesa tanpa memahami bakat dan minatnya, ia langsung memilih jurusan tersebut. Bahkan bagi mereka yang telah menyadari minat dan bakatnya pun memaksakan diri karena tergiur prospek kerja yang tinggi.
Memang benar tujuan utama setelah lulus studi adalah untuk mendapatkan pekerjaan dengan peluang yang besar. Padahal kenyataannya mencari pekerjaan tidak semudah hanya dengan memenuhi syarat menjadi sarjana dari jurusan linier yang banyak dibutuhkan tersebut.
Terlebih, jika di tengah proses perkuliahan Kawan tidak mampu melanjutkan atau berakhir lulus tetapi dengan hasil kurang maksimal, yang ada justru akan semakin mempersulit diri ke depannya.
Alangkah lebih baik jika tetap mengikuti minat dan bakat Kawan agar dapat melakukan studi dengan maksimal dengan hasil yang baik. Tentunya, ini akan lebih memudahkan Kawan untuk mendapat pekerjaan sesuai dengan minat. Karena apapun jurusannya, tetap memiliki peluang kerja.
Memilih Jurusan karena Teman
Masih banyak calon mahasiswa yang memilih jurusan hanya karena ingin kuliah bersama dengan teman dekatnya, atau mengikuti rekomendasi teman tanpa melakukan riset terlebih dahulu terhadap bagaimana sistem pembelajaran pada jurusan yang akan dipilihnya.
Hal ini dapat terjadi ketika seorang calon mahasiswa merasa kurang percaya diri, khawatir kesulitan memiliki teman baru selama di kampus nanti. Sehingga mereka baru akan menyadarinya ketika memulai perkuliahan, ternyata bidang yang didalami tidak sesuai dengan bakat dan minatnya.
Solusi Ketika Salah Memilih Jurusan
Satu Keping Puzzle (Ilustrasi Mencari Solusi) | Marian Kloon (Flickr)
Langkah pertama yang perlu Kawan sikapi jika mulai merasakan ketidaknyamanan saat kuliah adalah jangan panik. Tetap rileks, coba untuk merefleksikan diri kembali, apakah Kawan benar-benar telah mengalami salah jurusan atau hanya mengalami burnout dan memerlukan istirahat sejenak, melakukan hobi, atau mencoba kegiatan lain yang Kawan minati di samping perkuliahan.
Bisa jadi karena lelah secara mental, perlahan Kawan akan menemukan kenyamanan dan motivasi kuliah itu akan kembali.
Ketika hasil refleksi tersebut Kawan telah merasa yakin bahwa itu merupakan salah jurusan, ada dua hal yang dapat dilakukan ke depannya, yaitu pindah jurusan atau bertahan.
Jika kendala tersebut tidak dapat diatasi, pindah jurusan menjadi hal yang tepat. Namun, pastikan sebelum pindah, untuk menemukan terlebih dahulu jurusan yang benar-benar sesuai dengan kriteria dan minat Kawan, dengan riset yang mendalam dan tanpa mengulang kesalahan yang sama.
Jika Kawan merasa masih mampu mengatasi kendala yang dihadapi, bertahan dengan fokus pada pemecahan masalah adalah pilihan yang tepat. Kawan bisa mencoba mencari strategi belajar yang menyenangkan, mencoba mengikuti kursus pada bidang yang belum dipahami.
Tidak ada salahnya Kawan meminta bantuan orang lain seperti teman atau dosen jika berkenan, untuk membantu menjelaskan kembali materi yang belum Kawan pahami, atau sekedar meminta motivasi dari mereka.
Jangan lupa juga untuk menjaga komunikasi dengan orang tua untuk berdiskusi atau sekedar mengeluarkan unek-unek yang Kawan alami selama perkuliahan.
Sumber:
Jurnal Insan Media Psikologi (2012), "Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan"
Jurnal Interprofesi Kesehatan Indonesia, Vol.1, no.2 (2022), "Hubungan Ketidaksesuaian Jurusan dengan Stres Mahasiswa dalam Menjalankan Kegiatan Perkuliahan"
Literasi: Jurnal Kajian Keislaman Multi-Perspektif, Vol.1, no.2 (2021), "Strategi Nilai Coping Akademik pada Mahasiswa Salah Jurusan"
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News