Daerah Sukabumi telah menjadi tempat berlibur bagi orang-orang Eropa pada era kolonial Belanda. Orang-orang Eropa ini akan berlibur ke sebuah kawasan sejuk di lereng Gunung Gede bernama Selabintana.
Selabintana memang telah sejak lama dikenal sebagai wilayah penghasil bunga dan sayur-sayuran. Karena itulah orang-orang Eropa membangun hotel-hotel mewah di kawasan itu, salah satu hotel yang jadi warisan kolonial itu adalah Hotel Selabintana.
“Di lembah gunung itu terdapat kebun bunga, yang terkenal dengan bunga edelweisnya,” ucap tulis Adi Hatmodjo yang dimuat dalam buku Seribu Wajah Wanita Pejuang dalam Kancah Revolusi 45, “Perjuangan Rakyat Sukabumi” dimuat Historia.
Adi Hidayat, bagian divisi marketing Hotel Selabintana menceritakan sejarah hotel dari awal pembangunan hingga sekarang. Sebelum tahun 1940, nama hotel itu adalah Grand Hotel Selabintana.
Di Hotel Selabintana itu pula rapat penting antara pemerintah Hindia Belanda dan pemerintah Jepang digelar pada tahun 1940. Rapat ini membahas hubungan ekonomi kedua negara itu terkait erat dengan berakhirnya Perjanjian Perdagangan Jepang-AS.
Jadi markas militer
Pada saat penjajahan Jepang, hotel itu berubah fungsinya menjadi markas militer Jepang. Setelah Jepang pergi, hotel warisan kolonial ini dibiarkan terbengkalai. Padang ilalang tumbuh di sekeliling hotel.
Pada masa-masa itu, hotel tersebut dijadikan markas Partai Komunis Indonesia (PKI). Sampai akhirnya para anggota PKI diberantas pada tahun 1965. Setelah itu, kawasan hotel tersebut direnovasi oleh seorang anggota TNI bernama Komodor Wiriadinata.
Peninggalan yang tersisa
Walau sempat terbengkalai dan mengalami renovasi, namun banyak bangunan di area hotel Selabintana yang masih terjaga keasliannya. Misalnya sebuah bungalow yang masih terjaga keasliannya.
Banyak perabotan di dalam bungalow itu yang terbuat dari kayu jati. Bohlam lampunya yang hingga kini masih menyala juga merupakan salah satu peninggalan Belanda. Di dalam lemari kayu, masih tersimpan beberapa gelas dan piring peninggalan Belanda.
Selain bangunan-bangunan tua, banyak tempat-tempat lain di Hotel Selabintana yang merupakan peninggalan Belanda. Beberapa di antaranya adalah lapangan tenis, kolam renang, serta bunker tua sebagai tempat berlindung.
Tak hanya infrastruktur, bahkan karyawan yang bekerja di sana juga diwariskan dari generasi ke generasi. Beberapa orang bahkan telah bekerja selama puluhan tahun di hotel tersebut.
“Saya kerja di sini dari tahun 1996. Orang tua saya dan kakek saya kerja di sini,” kata Usep, salah satu karyawan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News