fenomena merokok di indonesia tantangan besar untuk kesehatan generasi muda - News | Good News From Indonesia 2024

Fenomena Merokok di Indonesia: Tantangan Besar untuk Kesehatan Generasi Muda

Fenomena Merokok di Indonesia: Tantangan Besar untuk Kesehatan Generasi Muda
images info

Fenomena Merokok di Indonesia: Tantangan Besar untuk Kesehatan Generasi Muda


Halo, Kawan GNFI! Fenomena merokok di Indonesia semakin menjadi sorotan karena dampak negatifnya yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat, terutama generasi muda. Seiring dengan meningkatnya jumlah perokok, termasuk di kalangan remaja, berbagai upaya pengendalian rokok harus terus diperkuat.

Mari kita bahas lebih dalam mengenai kondisi merokok di Indonesia, dampak buruknya, dan langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini.

1. Tingginya Angka Perokok di Indonesia

Indonesia saat ini menempati salah satu posisi teratas dalam jumlah perokok di dunia. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, ada lebih dari 70 juta perokok aktif, yang berarti sekitar 35,4% dari populasi orang dewasa menggunakan tembakau.

Tidak hanya itu, prevalensi merokok di kalangan remaja usia 13–15 tahun meningkat dari 18,3% pada 2016 menjadi 19,2% pada 2019. Lebih parah lagi, pada 2023, prevalensi merokok pada usia 13-17 tahun mencapai 23%, menunjukkan bahwa satu dari lima remaja telah terpapar produk tembakau.

2. Dampak Buruk Merokok bagi Kesehatan

Merokok dikenal sebagai salah satu penyebab utama berbagai penyakit mematikan. Menurut CDC, merokok menyebabkan peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, kanker paru-paru, COPD (penyakit paru-paru obstruktif kronis), serta berdampak buruk pada kesehatan reproduksi.

Bagi perokok pasif, paparan asap rokok juga menimbulkan risiko serupa, termasuk risiko lebih tinggi terkena kanker dan penyakit jantung. WHO mencatat bahwa lebih dari 8 juta orang meninggal setiap tahun akibat tembakau, dengan 1,3 juta di antaranya merupakan bukan perokok yang terpapar asap rokok orang lain.

3. Harga Rokok yang Masih Terjangkau

Salah satu penyebab utama tingginya angka perokok di Indonesia adalah harga rokok yang relatif terjangkau. Cukai rokok yang ada saat ini masih berada pada batas 57% dari harga ritel, jauh di bawah rekomendasi WHO yang mendorong cukai minimum 75%.

Meskipun pemerintah Indonesia terus berupaya menaikkan tarif cukai, seperti kenaikan 10% pada 2024, harga rokok masih dapat dijangkau oleh semua kalangan, termasuk remaja dan masyarakat berpenghasilan rendah. Kondisi ini membuat rokok mudah diakses dan terus dikonsumsi.

4. Pengaruh Iklan dan Sponsor Rokok

Iklan dan promosi rokok, terutama di media digital, menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi anak muda untuk merokok. Meskipun ada pembatasan iklan di media tradisional, perusahaan rokok masih memanfaatkan media sosial dan sponsorship untuk menjangkau audiens muda.

WHO juga mengamati bahwa rokok elektronik, yang sering kali dipromosikan sebagai alternatif, justru meningkatkan penggunaan rokok konvensional hingga tiga kali lipat pada orang-orang muda bukan perokok.

5. Upaya Pengendalian Rokok di Indonesia

Menyadari bahaya yang mengancam generasi muda, pemerintah dan berbagai organisasi terus melakukan upaya pengendalian tembakau. WHO mendorong legislator Indonesia untuk menerapkan langkah-langkah tegas, termasuk:

  • Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR): Pemerintah telah menetapkan aturan Kawasan Tanpa Rokok di fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, dan tempat ibadah. Namun,implementasi di lapangan masih perlu diperkuat agar efektif.

  • Peringatan Bahaya Merokok: Gambar peringatan kesehatan pada kemasan rokok diharapkan dapat memberikan kesadaran akan bahaya merokok, namun masih belum cukup untuk menghentikan konsumsi tembakau di kalangan remaja.

  • Kenaikan Tarif Cukai: Pemerintah berusaha menaikkan cukai rokok setiap tahunnya. Namun, peningkatan pengguna tembakau baru, seperti rokok elektronik, menunjukkan bahwa kebijakan ini perlu dikombinasikan dengan regulasi yang lebih komprehensif.

  • Kampanye Anti-Rokok: Berbagai kampanye kesehatan telah dilakukan oleh pemerintah dan LSM untuk mengedukasi masyarakat, khususnya generasi muda, tentang bahaya merokok. Kampanye ini seringkali melibatkan media sosial dan program televisi untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

  • 6. Tantangan Ke Depan

    Indonesia menghadapi tantangan besar dalam upaya mengendalikan penggunaan tembakau. Campur tangan industri rokok dalam kebijakan publik menjadi salah satu hambatan utama.

    WHO mencatat bahwa Indonesia adalah satu dari sedikit negara yang belum meratifikasi WHO Framework Convention on Tobacco Control(FCTC). Dengan tingkat interferensi industri yang tinggi, Indonesia perlu lebih serius dalam melindungi generasi muda dari paparan tembakau.

    Para legislator dan pembuat kebijakan didorong untuk mengambil langkah-langkah berani, termasuk melarang penjualan produk tembakau dan nikotin kepada mereka yang berusia di bawah 21 tahun serta menghapuskan penjualan rokok kemasan kecil.

    Langkah ini dapat membantu mengurangi daya tarik produk tembakau bagi anak muda dan meningkatkan upaya pengendalian.


    Kawan GNFI, mari kita bersama-sama mendukung upaya pengendalian tembakau di Indonesia demi generasi yang lebih sehat. Kesadaran kita akan pentingnya hidup bebas dari rokok bisa membawa perubahan besar bagi kesehatan masyarakat kita.

    Terus semangat dan tetap dukung kampanye anti-rokok untuk masa depan yang lebih baik!

    Sumber:

    1. https://cdn.who.int/media/docs/default-source/searo/indonesia/indonesia-gyts-2019-factsheet-(ages-13-15)-(final)-indonesian-final.pdf?sfvrsn=b99e597b_2
    2. https://www.who.int/indonesia/id/news/detail/30-05-2024-who-calls-for-bold--decisive-legislative-action-to-protect-young-people-from-tobacco-industry-interference
    3. https://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/fact_sheets/health_effects/effects_cig_smoking/index.htm
    4. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20240529/1545605/perokok-aktif-di-indonesia-tembus-70-juta-orang-mayoritas-anak-muda/

    Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

    Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

    FE
    KG
    Tim Editor arrow

    Terima kasih telah membaca sampai di sini

    🚫 AdBlock Detected!
    Please disable it to support our free content.