Batik Ciprat khas Magetan adalah jenis batik dari Kabupaten Magetan, Jawa Timur, yang terkenal dengan motif uniknya mirip cipratan kuas. Dibuat oleh penyandang disabilitas di Desa Simbatan menggunakan teknik gepyok dan ciprat, batik ini telah menjadi produk unggulan UMKM yang populer hingga tingkat ASEAN.
Selain memiliki nilai seni yang tinggi, batik ini juga mengandung makna sosial karena proses pembuatannya melibatkan penyandang disabilitas. Kawan pasti kepo, gimana sih, awal sejarah batik ini?
Batik Ciprat Magetan memiliki sejarah yang kaya, berkembang melalui kerja sama masyarakat dan pemerintah setempat. Batik ini mulai dikenal pada awal 2010-an sebagai upaya untuk memberdayakan penyandang disabilitas di Magetan agar dapat mandiri secara ekonomi.
Proses pembuatannya dilakukan oleh kaum difabel di Desa Simbatan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, menggunakan teknik unik yang disebut gepyok dan ciprat, yang menghasilkan motif menyerupai cipratan kuas.
Pelatihan batik untuk para penyandang disabilitas ini didukung oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan organisasi sosial, yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mereka. Ketua DPRD Magetan, H. Sujatno, turut mendorong para pengrajin untuk terus berinovasi dan memperkenalkan batik Magetan, baik di tingkat nasional maupun internasional. DPRD Magetan bahkan membuka DPRD Corner sebagai wadah promosi produk UMKM, termasuk Batik Ciprat.
Proses Pembuatan Batik Ciprat
Proses pembuatan Batik Ciprat Khas Magetan melibatkan langkah-langkah yang unik dan kreatif, terutama karena dikerjakan oleh penyandang disabilitas. Persiapan dimulai dengan menyiapkan alat-alat seperti kuas, malam, pewarna, dan kain mori, serta peralatan lain seperti kompor dan wajan kecil untuk mencairkan malam.
Dalam menciptakan motif, kain mori dibentangkan di atas pipa paralon dan pewarna dasar diaplikasikan menggunakan kuas. Setelah pewarnaan rata, malam dicipratkan ke kain dengan kuas cat, menghasilkan motif acak yang tidak dapat sepenuhnya dikontrol, sehingga setiap kain batik menjadi unik dan tidak ada yang sama. Selain teknik ciprat, motif juga bisa dilukis menggunakan kuas, menambah kreativitas dan keunikan pada setiap kain.
Setelah proses ciprat selesai, kain dikeringkan sebelum diberi warna kedua dan dijemur kembali. Proses pelorotan dilakukan dengan memanaskan kain untuk menghilangkan malam, kemudian kain dicuci bersih dan dikeringkan.
Setelah semua tahapan selesai, Batik Ciprat siap digunakan. Keunikannya terletak pada motif dan corak yang berbeda di setiap kain, menjadikannya sebagai produk batik edisi terbatas. Selain memiliki nilai estetika yang tinggi, Batik Ciprat Magetan juga mengandung nilai sosial yang besar karena dibuat oleh penyandang disabilitas, yang diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat serta mendapatkan penghasilan yang stabil.
Lokasi Pembuatan Batik Ciprat
Pengrajin batik ciprat yang terkenal tentu banyak berasal dari Jawa Timur. Namun meski berasal dari Magetan sendiri, adapula pengrajin batik di wilayah lainnya selain Magetan. Dimana saja ya, pembuatan batik ini berlangsung?
Tentu yang paling utama adalah pengrajin batik ciprat di Kampung Peduli Tunagrahita Desa Simbatan, Kecamatan Nguntoronadi, Desa Simbatan, Magetan. Pengrajin disini dikenal karena karyanya yang unik dan abstrak. Mereka menggunakan teknik ciprat untuk menciptakan motif acak yang membuat setiap lembar batik menjadi karya yang berbeda dan tidak dapat diduplikasi.
Ternyata pengrajin batik juga ada di wilayah Wonogiri, lho! Tepatnya di Desa Pucung, Wonogiri. Di wilayah ini, lebih dari 50 penyandang disabilitas terlibat dalam produksi batik ciprat. Program ini dimulai pada awal 2018 dan telah berkembang pesat, dengan produksi mencapai 2.200 lembar kain pada tahun 2022.
Pengrajin-pengrajin ini tidak hanya dikenal karena karya batik mereka yang istimewa, tetapi juga karena nilai sosial yang terkandung di dalamnya, karena dibuat oleh penyandang disabilitas. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan organisasi sosial, sangat penting untuk memastikan keberlangsungan program ini dan meningkatkan keterampilan para pengrajin.
Inspirasi Batik Ciprat Magetan
Batik Ciprat Magetan adalah karya seni yang penuh inspirasi, terutama karena dibuat oleh penyandang disabilitas. Kain ini tidak hanya memiliki motif yang indah, tetapi juga melambangkan perjuangan, kreativitas, dan harapan. Para pengrajin batik di Magetan telah berhasil mengubah keterbatasan fisik mereka menjadi kekuatan untuk menciptakan karya yang unik dan bernilai. Setiap lembar batik merupakan simbol dari usaha keras dan dedikasi mereka.
Program pelatihan batik bagi penyandang disabilitas di Magetan juga merupakan contoh bagaimana seni dan inklusi sosial bisa berjalan bersamaan. Melalui program ini, seni batik tidak hanya memperkaya budaya Indonesia, tetapi juga memberi manfaat ekonomi bagi para pengrajin.
Dukungan dari pemerintah daerah dan organisasi sosial sangat penting untuk memastikan kelangsungan program ini, agar para penyandang disabilitas dapat terus mengembangkan keterampilan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya inklusi sosial.
Selain itu, kegiatan membatik ini memberikan mereka sumber penghasilan yang stabil, yang membantu mereka memenuhi kebutuhan keluarga dan meningkatkan kualitas hidup. Motif ciprat yang abstrak dan tidak teratur membuat setiap kain batik menjadi unik, dengan penggunaan pewarna alami pada beberapa produk yang menambah nilai seni dan ekologisnya.
Kisah Batik Ciprat Magetan juga telah menarik perhatian publik, termasuk Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang turut mengakui pentingnya program ini dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan inklusi sosial. Batik Ciprat Magetan tidak hanya sekadar karya seni yang unik, tetapi juga menjadi simbol harapan dan perjuangan bagi penyandang disabilitas di Magetan.
Sumber:
jatengprov.go.id
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News