senioritas sesat pikir dalam dunia profesi - News | Good News From Indonesia 2024

Senioritas dan Revolusi Pikiran di Dunia Profesi

Senioritas dan Revolusi Pikiran di Dunia Profesi
images info

Senioritas dan Revolusi Pikiran di Dunia Profesi


Senioritas biasanya akan muncul dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu atau lamanya seseorang bekerja di tempat ia bekerja baik itu instansi pemerintahan atau sebuah perusahaan swasta. Bisa dikatakan orang yang lebih dulu bekerja akan dilabeli sebagai senior. Sedangkan orang yang bekerja setelahnya akan dilabeli sebagai junior.

Senior dipandang sebagai orang yang lebih berpengalamann dan mengetahui problematika perusahaan dibandingkan junior yang baru bekerja. Kebijaksanaannya dinilai lebih cakap. Dengan demikian, senior biasanya diberikan kesempatan untuk melakukan training kepada junior.

Sebagian orang menjadikan unsur senioritas sangat diprioritaskan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan promosi sebuah jabatan.

Hal ini didasari pemahaman bahwa prestasi kerja seseorang pegawai banyak ditentukan dari pengalaman kerjanya. Selain itu, didasari juga oleh pemikiran yang beranggapan bahwa kecakapan kerja makin baik dan mencerminkan loyalitas pegawai terhadap perusahaan seiring dengan lamanya masa kerja.

Mempertimbangkan senioritas juga dinilai oleh sebagian orang sebagai cara yang baik untuk menghargai orang yang lebih lama, lebih tua, atau lebih dahulu bekerja. Dengan begitu, ketika ada kesempatan yang sifatnya memiliki benefit atau keuntungan, maka sebagai bentuk penghargaan yang lebih senior akan didahulukan dibandingkan junior.

baca juga

Senioritas oleh sebagian orang juga dijadikan sebagai pertimbangan untuk melakukan pemangkasan atau pengurangan pegawai di tempat kerja. Sering kali, pegawai yang lebih senior akan cenderung memiliki posisi yang lebih aman dibandingkan junior.

Hal ini dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa anak muda masih berkesempatan yang lebih tinggi untuk mencari pekerjaan baru dibandingkan dengan senior yang sudah sedikit lebih sedikit peluang untuk mencari pekerjaan baru.

Perilaku tempat kerja yang lebih mengutamakan konsep senioritas juga dapat mengakibatkan timbulnya sifat-sifat mendominasi terhadap junior di kalangan senior. Bahkan, yang lebih parah, bisa menimbulkan hierarki bayangan di sebuah perusahaan atau instansi pemerintahan yang mengabaikan realitas jabatan dan kepangkatan sebagai sebuah hierarki.

Sentimen terhadap orang baru (junior) yang dinilai dapat mengancam keberadaan status quo (senior) dapat terjadi kapan saja.

Bahkan, tidak jarang, dalam sebuah instansi pemerintahan, walaupun keberadaan orang lama memiliki pangkat atau jabatan rendah. Namun, karena masa kerja yang lebih lama, menjadikan mereka cenderung lebih didengarkan pendapatnya oleh pimpinan dibandingkan orang baru yang memiliki pangkatan atau jabatan lebih tinggi.

Alasannya, karena orang lama dinilai lebih mengetahui problematika instansi secara keseluruhan dibandingkan orang baru yang masih polos dan naif.

Tidak hanya itu, dalam training pelatihan, sebelum menjalankan aktivitas kerja pun, akan melahirkan budaya siklus balas dendam oleh senior terhadap junior yang baru. Ini tentu membebani mereka secara fisik maupun mental.

Sesat Pikir yang Terpelihara

Sayangnya, sampai saat ini senioritas tetap menjadi salah satu konsep yang dijadikan perusahaan atau instansi pemerintahan sebagai alat pertimbangan promosi di hampir semua profesi.

Senioritas dianggap sebagai cara yang menghemat waktu, mudah, dan tidak menyakitkan untuk membuat keputusan promosi ataupun pemangkasan pegawai.

Perusahaan atau instansi pemerintahan juga tidak perlu repot memberikan pegawai baru pelatihan-pelatihan kompetensi dari luar. Itu karena yang menjadi narasumbernya cukup dari senior yang sudah lama bekerja.

baca juga

Pada sisi lain, senioritas tetap dijadikan pilihan karena keyakinan sebagian orang bahwa kompetensi dapat ditingkatkan ketika seseorang menimba pengalaman.

Dengan kata lain, seseorang itu bisa karena terbiasa melakukannya, bukan karena pelatihan-pelatihan serta workshop untuk peningkatan kompetensi.

Tentu, hal ini bertentangan dengan sistem meritokrasi yang lebih mengedepankan kompetensi dalam mempertimbangkan sebuah keputusan.

Sistem merit dinilai tidak efisien karena mengharuskan memberikan pelatihan serta workshop peningkatan kompetensi yang akan menimbulkan beban biaya pengeluaran cukup besar.

Selain itu, pada instansi pemerintahan sipil yang menerapkan metode penerapan disiplin ala semi militer. Senioritas dinilai sebagai alat kontrol dalam sistem komunikasi rantai komando. Dengan demikian, lebih mudah dalam mengaplikasikan perintah pimpinan tanpa harus pimpinan turun tangan langsung ke lapangan.

Revolusi Pikiran

Seyogyanya, dalam dunia profesi menerapkan prinsip sistem meritokrasi yang lebih mengedepankan kompetensi dalam penngambilan keputusan promosi, ataupun pemangkasan pegawai. Salah satu keuntungannya adalah pembaharuan ide dan pikiran dalam sebuah perusahaan atau instansi pemerintahan.

Di zaman yang menuntut untuk melakukan inovasi dalam hampir setiap profesi, kompetensi adalah hal dasar yang harus selalu ditingkatkan lewat pelatihan dan workshop peningkatan kompetensi. Dengan begitu, senioritas adalah konsep yang sudah ketinggalan zaman untuk diterapkan.

Bahkan Menteri Tenaga Kerja (Menaker) RI, Ida Fauziyah, mengatakan sekitar 12 persen pengangguran di Indonesia saat ini didominasi oleh lulusan sarjana dan diploma. 

Hal ini menunjukkan kompetensi bukanlah pilar utama yang dapat diperhitungkan bahkan dalam sebuah persaingan kesempatan kerja. Sering kali, dalam kesempatan kerja dipersyaratkan memiliki pengalaman kerja berjangka waktu tertentu, bukannya sertifikat keahlian atau ijazah keilmuan.

baca juga

Jika orang-orang ini beranggapan bahwa seseorang itu bisa karena terbiasa, mengapa justru mempersyaratkan pengalaman kerja dalam lowongan kerja?

Untuk mencapai utopia Indonesia Emas 2025, senioritas dengan segala dampak negatifnya adalah kesesatan berfikir yang sudah harus ditinggalkan sesegera mungkin.

Lamanya masa kerja seyogyanya cukup dijadikan sebagai pertimbangan untuk kenaikan gaji berkala atau sebagai perhitungan dana pensiun bukan sebagai pertimbangan memutuskan promosi ataupun pemangkasan pegawai.

 

Sumber

  1. https://ugm.ac.id/id/berita/23493-menaker-12-persen-pengangguran-di-indonesia-didominasi-lulusan-sarjana-dan-diploma/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.