Kawan GNFI, tahukah kamu? Kalau di Bangka Belitung (Babel), kamu tidak hanya akan menemukan keindahan alam yang luar biasa, tapi kamu juga bisa menemukan hewan unik yang cuma ada di Pulau Belitung. Ini dia Tarsius Belitung atau yang lebih dikenal dengan nama Pelilean.
Merupakan Hewan Primata
Pelilean atau Tarsius Belitung ini merupakan salah satu hewan primata yang langka dan terkecil di dunia. Di Indonesia sendiri, hewan ini memiliki empat jenis yaitu, Tarsius bancanus bancanus (Sebagian Sumatera dan Pulau Bangka), Tarsius bancanus borneanus (Kalimantan dan Pulau Karimata), Tarsius bancanus natunensis(Pulau Natuna dan Pulau Subi), dan Tarsius bancanus saltator(Pulau Belitung).
Dikutip dari laman primata.ipb.ac.id, Tarsius bancanus memiliki ciri-ciri yang hampir sama yaitu, panjang sekitar 12-15 cm, untuk yang jantan beratnya sekitar 128 gram dan betina beratnya sekitar 117 gram, memiliki bulu yang lembut berwarna coklat kemerahan, abu-abu kecoklatan hinga, jingga kekuningan, dan panjang ekornya dapat melebihi panjang tubuhnya yaitu, sekitar 18-22 cm.
Ciri yang lebih mudah dikenali yaitu matanya yang super besar. Kabarnya, besar matanya hampir sama dengan keseluruhan otaknya, diketahui matanya sendiri berdiameter sekitar 16 mm. Dengan mata besar dan didukung juga dengan kemampuan kepala yang bisa berputar hingga 180 derajat, sangatlah muda bagi tarsius untuk mendeteksi dan berburu mangsanya.
Kaki belakang tarsius juga sangat panjang, kira-kira hampir dua kali panjang tubuhnya. Walaupun kecil, tarsius memiliki jari-jari tangan dan kaki yang memanjang dengan jari ketiga yang kira-kira sama panjangnya dengan lengan atas.
Jika kita lihat lebih dekat maka, kita bisa melihat banyak ujung jarinya yang memiliki kuku. Namun, pada jari kedua dan ketiga dari kaki belakang kita bisa melihat cakar mencuat yang berguna untuk merawat tubuh mereka. Nama tarsius sendiri diambil karena melihat karakteristik unik dari tarsius yaitu, tulang tarsal yang panjang.
Primata ini terkenal bersifat nokturnal, yang artinya mereka terbiasa tidur pada siang hari dan aktif pada malam hari. Jika Kawan GNFI ingin bertemu tarsius, biasanya mereka berada pada dahan dan ranting-ranting pohon dengan ketinggian 5 meter. Walaupun dikategorikan sebagai primata nokturnal, tarsius tidak memiliki daerah pemantul cahaya di matanya.
Selain dikategorikan sebagai primata nokturnal, tarsius juga dikategorikan sebagai satwa insektivora yang mana berarti hewan ini adalah karnivora yang menangkap serangga dengan melompat.
Mereka juga memangsa kelompok hewan bertulang belakang yang berukuran kecil seperti burung, ular, kadal, dan kelelawar. Gerakannya yang lincah sanggup membuat tarsius menangkap burung yang bergerak saat melompat dari satu pohon ke pohon lain.
Proses kehamilan pada tarsius ialah selama enam bulan. Tarsius muda yang lahir memiliki karakteristik berbulu dengan mata terbuka. Hebatnya lagi, sehari setelah mereka lahir, tarsius muda sudah mampu memanjat. Mereka mencapai masa dewasa setelah satu tahun.
Secara morfologi, Pelilean atau Tarsius Belitung (Tarsius bancanus saltator) memiliki perbedaan dengan sub spesies lainnya yaitu rambut yang dimiliki tidak terlalu lebat dan warna punggung cenderung keabuan, serta tidak mengeluarkan suara panggilan duet pada pagi hari (Fodgen 1974, Yustian 2007).
Merupakan Primata yang Unik
Tarsius merupakan primata yang memilliki banyak karakteristik unik. Salah satunya adalah, primata ini dikenal sebagai hewan monogami. Artinya, mereka hanya akan memiliki satu pasangan saja. Jika pasangannya sudah mati maka, mereka dipastikan tidak akan mencari pasangan baru lagi.
Mereka juga diketahui akan segera menyapih anak-anak mereka pada umur enam bulan. Setelah enam bulan mereka tidak akan hidup bersama anak-anaknya. Anak-anaknya akan hidup sendiri serta mencari wilayah baru dan menandainya dengan urin mereka yang berbau seperti jeruk busuk atau amonia.
Pelilean juga kadang dikenal sebagai tanda sial terutama bagi para pemburu. Alasannya karena, para pemburu biasanya mengincar kijang pada malam hari. Namun, saat malam hari para pemburu sering salah mengira kijang buruannya dengan pelilean karena mata besarnya yang bersinar.
Akibatnya, hal ini akan menyebabkan para pemburu salah tembak dan kehilangan target sasaran yang sebenarnya. Walaupun sial bagi para pemburu namun sebenarnya, ini keberuntungan bagi para kijang.
Walaupun pelilean memiliki mata yang besar, pelilean juga memiliki keunikan di bagian pendengaran. Mereka dapat memanfaatkan kemampuan ultrasonik untuk dapat berkomunikasi dengan sesama.
Kekuatan ultrasonik ini juga dimanfaatkan untuk mempertahankan wilayah yang mereka miliki. Dengan memanfaatkan kemampuan ini, mereka dapat menyerang para tarsius yang melanggar batas wilayah mereka.
Merupakan Ikon yang Langka
Walaupun berstatus primata terkecil di dunia, tidak dapat dipungkiri bahwa, pelilean atau tarsius manapun adalah ikon pop. Menurut pandangan Budi Setiawan yang merupakan Pengelola Wisata Alam Batu Mentas sekaligus Ketua Yayasan Tarsius Center Indonesia pada tahun 2019, tarsius adalah makhluk yang serba bisa.
Tarsius Belitung/pelilean bisa menjadi penghasil banyak sarjana di luar sana. Banyak dari para mahasiswa yang datang ke Belitung untuk datang mempelajari tarsius dan dari hal tersebut mereka berhasil lulus dari sekolahnya dan meraih gelar sarjana.
Pelilean juga bisa menjadi pahlawan wisata. Seperti yang kita tahu, banyak sekali wisatawan yang sengaja datang berkunjung ke Pulau Belitung untuk bertemu dengan hewan endemik asal Belitung ini. Dari mulai yang kelasnya backpacker hingga sekelas national geographic channel.
Namun, di masa sekarang ini eksistensinya perlahan kian memudar. Bagi kita di era modern ini, melihat sifat pelilean yang bangga dengan menganut monogami tentunya menjadi hal yang sangat romantis dan langka. Ironinya, karena sifat monogami ini juga lah pelilean memiliki kemampuan reproduksi dan berkembang biak yang terbatas. Yang mana, ini juga berpengaruh terhadap penurunan populasi dari pelilean sendiri.
Bahkan oleh IUCN Redlist, tarsius bancanus sendiri dikategorikan dalam status konservasi vulnerable. Untuk pelilean atau Tarsius bancanus saltator dikategorikan sebagai endangered. Padahal tarsius bancanus sendiri telah dijadikan maskot dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Kalau sudah begini, adalah tugas kita untuk menjaga primata kecil yang diam-diam sudah menjadi pahlawan dalam banyak hal. Oleh karenanya, mari bersama kita jaga mereka serta lingkungan hidupnya. Jangan buru mereka hanya demi kepuasan pribadi semata. Semoga mereka dapat bertahan dan hidup lebih banyak di alam Belitung tercinta.
Bagi Kawan GNFI yang ingin datang berkunjung untuk melihat pelilean secara langsung, kamu dapat menemui mereka di Wisata Alam Batu Mentas dan Bukit Peramun di Belitung.
Sumber referensi:
https://primata.ipb.ac.id/tarsius-bancanus/
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News