Aksi kebiadaban pemerintah Zionis Israel kepada Palestina berdasarkan data United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UN OCHA) per 16 Oktober 2024, terdapat 42.409 korban jiwa, 99.153 korban luka-luka, dan 1,9 juta jiwa terpaksa mengungsi.
“Tidak hanya itu, tercatat 411.000 (87 persen) hunian hancur akibat genosida yang terjadi di wilayah Palestina. Akibatnya, lebih dari satu juta anak-anak membutuhkan pendampingan bantuan mental dan sosial, serta sebanyak 17 ribu anak-anak terpisah dari orang tuanya,” tutur Inisiator Koalisi Aktivis Musisi dan Seniman Indonesia (KOMS Indonesia), Eka Annash salah satu inisiator KOMS Indonesia, dalam keterangan tertulis, Rabu (4/11/2024).
“Kami sangat prihatin melihat genosida yang terjadi di Gaza serta berbagai wilayah Palestina lainnya, bahkan berbagai serangan kini berdampak meluas ke negara regional sekitarnya, seperti Lebanon, Yaman, Suriah dan Iran.
Acara kemanusiaan dan penggalangan donasi ini, menjadi salah satu cara kami bersama-sama berkontribusi menyumbangkan tenaga, dana, pikiran, dan solidaritas kebersamaan untuk mendukung kemerdekaan Palestina,” ujarnya.
Galang dana
Solidaritas untuk Palestina/Koms.Indonesia (Instagram)
Eka menambahkan, di acara INAFORPALESTINA VOL.II kali ini, menghadirkan Pertunjukkan Musik yang diisi oleh Arya Novanda, Black Horses, Crayola Eyes, Jinan Laetitia dan Feel Koplo. Tidak hanya pertunjukan musik, kegiatan ini turut menghadirkan, diskusi lintas kemanusiaan yang menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang.
“Seperti: Ustadz Muhammad Huesin Gaza (Aktivis Kemanusiaan semoat bermukim di Gaza), Arif Haryono (GM Respons dan Advokasi Dompet Dhuafa), Ita Muswita (tenaga medis MER-C Indonesia yang sempat bertugas di Gaza), dan Fitriyan Zamzami (Republika), serta juga dilakukan pemutaran film dokumenter bertajuk ‘Aida Returns’ karya Carol Mansour, sutradara kelahiran Beirut, Lebanon,” jelas Eka.
Dia menyebut, kegiatan konser kemanusiaan ini juga turut memamerkan 12 karya seni yang dilelang, untuk penggalangan dana donasi kemanusiaan untuk Palestina. Para seniman yang terlibat antara lain, Agan Harahap, Jimi Multhazam, Anggarez, Bujangan Urban, Saleh Husein, Diela Maharani, Monica Hapsari, Sari Sartje, Ario Janin, Jamal M. Aziz, Ammar Yasir dan Amal Jamaludin.
“Kami berterima kasih kepada seluruh musisi, seniman, volunteer, komunitas, organisasi dan donatur serta seluruh pihak yang terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan ini, tanpa dibayar sedikit pun. Semangat kolaborasi ini yang kita butuhkan untuk senantiasa berjuang demi kemerdekaan Palestina, maupun beragam kegiatan positif lainnya,” tambah inisiator KOMS Indonesia itu
Dia menyampaikan, kenyataan ini mendorong KOMS Indonesia kembali menggalang dana dengan mengadakan program ‘INAforPalestINA VOL. II: Axis of Resistance‘ yang berlangsung di Krapela, Row 9 Building Blok M, Jakarta Selatan pada Rabu (6/11/2024). Kegiatan nanti, merupakan program yang kedua, setelah 20-21 Juli 2024 lalu, dan berhasil mengumpulkan donasi sebesar 94 juta lewat acara INAforPalestINA pertama.
Isu menurun di 2024
Solidaritas untuk Palestina/Koms.Indonesia (Instagram)
Isu Palestina pada tahun 2024 terlihat tidak semasif pada tahun 2023. Hal ini ternyata bukan tanpa sebab, karena Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, ditemukan telah menyensor konten yang mendukung Palestina dan hak asasi manusia Palestina.
Kondisi ini ditemukan oleh Human Rights Watch (HRW) bahwa antara Oktober dan November 2023 terjadi lebih dari 1.049 kasus penyensoran konten damai yang mendukung Palestina dan satu kasus yang mendukung Israel yang dilaporkan dari lebih dari 60 negara.
Sejak 7 Oktober 2023, ditemukan bahwa seniman, pekerja budaya, dan akademisi di berbagai negara menghadapi penyensoran, intimidasi, dan pembatasan kebebasan akademik akibat pidato pro-Palestina yang damai.
“Ini termasuk tekanan pada kebebasan akademik dan pembatalan undangan wawancara serta konferensi bagi pakar Palestina, serta pembatasan terhadap protes damai mendukung Palestina,” jelas website tersebut.
Jumlah kasus ini bahkan tidak menggambarkan keseluruhan penyensoran yang sebenarnya terjadi. Setelah HWR selesaikan analisisnya, ratusan orang masih melaporkan penyensoran. Jadi, total kasus yang diterima oleh HRW sebenarnya jauh lebih dari 1.050 kasus penyensoran.
Dalam meninjau bukti dan konteks kasus yang dilaporkan, HRW temukan pola penyensoran yang berulang, seperti penghapusan postingan, penangguhan akun, dan pembatasan interaksi, seperti menyukai, mengomentari, hingga membagikan.
“Fitur seperti Instagram Live dan monetisasi juga dibatasi. Terjadi pula shadow banning, di mana visibilitas postingan atau akun menurun tanpa pemberitahuan,” jelasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News