Soemarno Sosroatmodjo menjabat sebagai Gubernur Jakarta pada 1960-1964 dan 1965-1966. Dirinya tercatat sebagai Gubernur Jakarta pertama, karena sebelumnya dipimpin oleh walikota.
Tetapi hal yang menarik dari sosok ini adalah fokusnya kepada pengelolaan sampah di ibu kota. Karena itulah Soemarno dijuluki sebagai Gubernur Sampah.
Dimuat dari Merdeka, Soemarno memiliki latar belakang dokter tentara yang mengemban pendidikan dokter di NIAS atau Sekolah Dokter Hindia Belanda. Karena latar belakang kedokteran inilah yang membuat ia sangat memperhatikan soal kebersihan.
Bagi Soemarno membuang sampah sembarangan menyebabkan tersumbatnya aliran air yang mengakibatkan banjir. Dan banjir datang membawa wabah penyakit.
“Mereka harus mengatur diri sendiri,” ujar Soemarno dalam Dari Rimba Raya ke Jakarta Raya.
Sosialisasi warga
Soemarno menerapkan kebijakan pengelolaan sampah mulai dari unit terkecil yaitu keluarga. Dia mengimbau para orang tua untuk memberikan contoh kepada anak-anak dalam menjaga kebersihan rumah, termasuk dengan membuang sampah pada tempatnya.
Pria yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri ini menyarankan agar tempat sampah rumah tangga, yang biasanya diletakkan di luar rumah, dipindahkan ke dalam area rumah.
Dia menilai bila seseorang sudah tertib dalam membuang sampah di lingkup rumah tangga, maka seseorang juga akan terbiasa tertib membuang sampah di lingkup masyarakat yang lebih luas.
Selain itu, Soemarno juga menyoroti masalah kebersihan di tingkat RT/RW hingga tingkat provinsi, pasar, dan pertokoan. Biasanya, Soemarno mengadakan lomba kebersihan yang di digelar satu tahun sekali atau setahun dua kali.
Soemarno juga mendorong gerakan kebersihan dengan mengubah jam kerja petugas kebersihan menjadi lebih pagi, dengan tujuan agar sampah dapat diangkut sebelum warga memulai aktivitas mereka. Kondisi jalan yang bersih tentunya memberikan kenyamanan bagi semua orang.
“Keuntungan terbesar dengan cara kerja tersebut didapat oleh Pemerintah DKI sendiri, karena dengan tampilnya Jakarta yang bersih setiap pagi, rakyat mendapatkan contoh yang baik tentang kebersihan," ujar Soemarno dalam Karya Jaya: Kenang-Kenangan Lima Kepala Daerah Jakarta 1945-1966.
Buat pabrik kompos
Soemarno juga pernah mengupayakan untuk membangun pabrik kompos untuk mendaur ulang sampah menjadi pupuk kompos. Namun, pemikirannya itu tidak terealisasi.
Ia mengakui, persoalan sampah adalah persoalan pelik yang tak mudah dipecahkan. Karena itu hingga jabatannya selesai, mimpinya membuat pabrik kompos tak terwujud.
“Dalam menertibkan sampah sehari-hari kami telah berhasil, tetapi dalam soal pembuangannya mengalami kesukaran-kesukaran. Antara lain dapat disebut kegagalan untuk menyelesaikan pabrik kompos yang telah dibeli di London, yang maksudnya akan mengolah sampah yang terkumpul menjadi pupuk,” tulis Soemarno yang juga dokter tentara itu yang dimuat Kompas.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News