Masyarakat Ciamis memiliki sebuah kesenian tradisional yang bernuansa mistis, bernama mengmleng. Kesenian ini memiliki bentuk yang mirip dengan barongsai.
Bahkan konon tidak sembarangan orang yang dapat menaiki singa-singa an tersebut. Karena ada nuansa mistis di dalam tradisi tersebut.
"Mengmleng dalam bahasa Sunda artinya ucing gede (kucing besar). Sebetulnya yang dimainkan pada kegiatan itu kreasi dari Mengmleng, terinspirasi dari barongsai. Kalau yang aslinya, bisa ditunggangi," ungkap penggiat budaya, Atus Gusmara yang dimuat dari Detik.
Raden Enda Juanda (82), salah seorang penerus Mengmleng mengungkapkan tidak sembarang orang bisa menaiki Mengmleng. Hanya keturunan Raja Galuh saja yang dapat menaikinya.
Konon, kepala harimau itu memiliki kekuatan magis atau diisi oleh sosok yang menyerupai harimau. Bahkan, terkadang sosok itu kerap menampakkan diri.
"Sebelum dipakai untuk tampil sehari sebelumnya diberi sesajen. Seperti kelapa hijau, ayam kampung, congcot, ceurutu, asinan, kopi. Keesokan harinya baru dikeluarkan untuk tampil. Kalau diberi sesaji, sosok harimau itu suka datang minta diurus," ucapnya.
Digunakan keturunan raja
Pamong budaya dan Penggiat Budaya Atus Gusmara menjelaskan asal muasal dari tradisi mengmleng. Tradisi ini terinspirasi dari barongsai dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa.
"Mengmleng ini dalam bahasa Sunda artinya ucing gede (kucing besar). Sebetulnya yang dimainkan pada kegiatan itu kreasi dari Mengmeleng, terinspirasi dari barongsai. Kalau yang aslinya itu bisa ditunggangi," ungkap Atus yang juga keturunan Kerajaan Galuh.
Atus menjelaskan awalnya mengmleng ditunggangi oleh Prabu Maharaja saat dikhitan. Dia membenarkan adanya mitos tidak boleh sembarang orang menunggangi mengmleng.
Atus menyebut hanya keturunan Raja Galuh yang dapat menungganginya sampai saat ini masih dipercaya memiliki kekuatan magis. Bahkan bisa mendapatkan petaka bila mengendarainya.
"Jadi tidak asal menunggangi, kalau bukan keturunan yang menungganginya bisa sakit. Beberapa waktu juga sempat kejadian, orang sakit tidak bisa berjalan setelah menunggangi Mengmleng sambil bercanda," jelasnya yang merupakan penerus Kesenian Mengmleng.
Jadi pariwisata
Atus menyebut kesenian ini sudah turun temurun. Kesenian Mengmleng biasa ditampilkan dalam acara-acara besar seperti peringatan Agustusan atau kegiatan kebudayaan lainnya.
Kesenian ini dimainkan seperti dalam karnaval, sambil ditunggangi oleh seseorang. Namun jarang digunakan dan hanya pada acara tertentu saja.
Mengmleng masih terus dilestarikan oleh warga di Kecamatan Kawali sebagai bagian dari warisan nenek moyang zaman Kerajaan Galuh di masa silam. Kini, Mengmleng telah dikembangkan sebagai seni pertunjukan yang bisa ditampilkan kapan pun dan di mana saja.
"Harapannya kesenian Mengmleng ini bisa masuk dalam WBTB atau warisan budaya tak benda. Sebab, ini merupakan jenis kesenian buhun dari Kawali Ciamis yang masih ada aslinya," pungkasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News