Di tengah pulau Sulawesi terdapat sebuah provinsi yang dikenal dengan kekayaan alam berupa laut Donggala dan kekayaan sejarah berupa 15 kerajaan, tujuh kerajaan di timur dan delapan kerajaan di barat. Sulawesi Tengah menyimpan sejarah panjang dan lekat dengan budaya serta tradisi yang hingga kini masih diturunkan, salah satunya dalam ritual upcara adat.
Terdapat berbagai upacara adat Sulawesi Tengah yang masih dilestarikan hingga saat ini. Upacara adat tersebut berasal dari kehidupan masa kerajaan yang mencerminkan nilai nilai kepercayaan dan menjadi sejarah para suku di Sulawesi Tengah. Berikut ini beragam upacara adat yang terkenal di Sulawesi Tengah.
Malabot Tumpe
Upacara adat Malabot Tumpe adalah sebuah ritual yang dilakukan oleh masyarakat Banggai, Sulawesi Tengah. Upacara ini merupakan wujud syukur atas panen telur burung maleo yang dianggap sebagai anugerah dari alam.
Malabot Tumpe memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Banggai. Burung maleo (Macrocephalon maleo) adalah burung endemik Sulawesi yang terkenal karena telurnya yang besar dan dianggap memiliki nilai ekonomi dan budaya yang tinggi. Upacara Malabot Tumpe dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah dan sebagai penghormatan terhadap alam yang telah memberikan berkah.
Nompudu Valaa Mpuse
Upacara adat Nompudu Valaa Mpuse adalah salah satu tradisi penting yang dijalankan oleh masyarakat Palu. Upacara ini memiliki makna yang mendalam bagi kehidupan sosial dan spiritual masyarakat setempat.
Upacara Nompudu Valaa Mpuse berakar dari kepercayaan tradisional masyarakat Palu yang menghargai hubungan antara bayi yang baru lahir dengan tembuni (plasenta). Dalam tradisi ini, tembuni dianggap memiliki roh yang dapat mempengaruhi kesejahteraan bayi. Oleh karena itu, pemisahan yang tepat dan ritual pemotongan tali pusar (tavuni) dianggap sangat penting untuk melindungi bayi dari gangguan spiritual.
Upacara Nompudu Valaa Mpuse biasanya dilakukan segera setelah bayi lahir, dalam beberapa hari pertama setelah kelahiran. Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi bayi dan kesiapan keluarga serta dukun bersalin.
Upacara Ratompo Ratompo
Ratompo Ratompo merupakan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi di kalangan bangsawan Sulawesi Tengah. Upacara ini diadakan untuk seorang gadis bangsawan setelah Ia mengikuti prosesi Mancumani dalam suatu pesta adat antarkampung. Mancumani adalah prosesi yang menandai seorang gadis telah mencapai usia dewasa dan siap untuk menjalani peran sosial serta tanggung jawab dalam komunitasnya.
Upacara Ratompo Ratompo biasanya dilakukan pada waktu yang telah ditentukan oleh perangkat adat, seringkali bertepatan dengan perayaan adat besar atau hari-hari penting dalam kalender adat.
Upacara Rakeho
Upacara yang satu ini merupakan tradisi adat yang dilakukan oleh Suku Kulawi untuk menyambut peralihan dari masa remaja ke masa dewasa bagi seorang laki-laki. Rakeho adalah ritual yang menandai peralihan usia dari masa anak-anak menuju dewasa.
Dalam bahasa Indonesia, ‘Rakeho’ berarti meratakan gigi bagian depan atas dan bawah dengan gusi. Upacara ini tidak hanya berfungsi sebagai bentuk permohonan akan keselamatan, tetapi juga untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pertengkaran dalam rumah tangga.
Upacara Rakeho biasanya dilakukan pada saat siang hari dan tidak terikat pada perhitungan waktu, hari, maupun bulan. Pelaksanaan upacara ini sering kali dikaitkan dengan ada atau tidaknya kesempatan atau kemampuan orang tua yang hendak menyelenggarakan.
Baliya Jinja
Upacara adat Baliya Jinja adalah sebuah ritual pengobatan non-medis yang terkenal pada masyarakat Suku Kaili sejak ratusan tahun lalu. Sebelum adanya rumah sakit, masyarakat bergantung pada upacara ini untuk mendapatkan petunjuk dari nenek moyang terkait cara menyembuhkan penyakit yang sedang dialami oleh seseorang.
Upacara Baliya Jinja biasanya dilakukan pada saat siang hari dan dilakukan oleh Tina Nu Baliya, seorang pemimpin ritual. Upacara penyembuhan ini dilakukan dengan iringan musik serta nyanyian lembut berisi pujian kepada Tuhan.
Baliya Jinja adalah salah satu upacara adat yang kaya akan makna dan simbolisme di Sulawesi Tengah. Melalui upacara ini, masyarakat tidak hanya merayakan kesehatan tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan melestarikan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News