5 tradisi perayaan natal di indonesia yang unik dan penuh makna - News | Good News From Indonesia 2024

5 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia yang Unik dan Penuh Makna

5 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia yang Unik dan Penuh Makna
images info

5 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia yang Unik dan Penuh Makna


Hari Raya Natal menjadi hari raya umat Kristiani untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus yang ditetapkan pada tanggal 25 Desember.

Perayaan Natal selalu menjadi momen berkumpulnya keluarga dan teman, sehingga biasanya diadakan dengan penuh kehangatan dan sukacita.

Di luar negeri, Hari Raya Natal selalu dirayakan dengan meriah dengan berbagai hiasan serta tradisi seperti tukar kado.

Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat Kristiani di Indonesia, bahkan ada beberapa tradisi lokal yang unik untuk memperingati kelahiran Yesus ini.

Lalu, apa saja tradisi natal di Indonesia yang dilakukan saat perayaan Natal? Kawan GNFI dapat menyimaknya pada artikel berikut!

Pementasan Wayang Wahyu

Menjelang perayaan Natal, penganut agama Kristen di Yogyakarta dan Surakarta biasanya akan menggelar pertunjukkan wayang wahyu.

Wayang wahyu merupakan wayang kreasi baru yang lakonnya menceritakan tentang cerita-cerita yang ada di kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru sebagai bentuk pendidikan.

Wayang ini juga diciptakan dengan perpaduan budaya tradisional dengan nilai-nilai Kristiani.

Wayang wahyu dibuat pada tahun 1960 oleh Bruder L. Timothius Wignjosoebroto yang merupakan seorang biarawan Katolik.

Sebenarnya, wayang ini sama seperti wayang kulit pada umumnya. Namun, karakter atau tokoh dari wayang ini mengikuti cerita yang ada di Injil.

Pengelompokkan jenis wayangnya dibagi menjadi menjadi enam, yaitu tokoh laki-laki, tokoh perempuan, tokoh malaikat, tokoh setan, kayon atau gunungan, dan pelengkap.

Pementasan wayang wahyu pertama kali oleh Dalang Ki Atmowijoyo pada 2 Februari 1960 di Susteran Fransiskus Purbayan Surakarta.

Hingga kini, wayang wahyu masih tetap eksis dan sering dipentaskan tidak hanya pada perayaan Natal saja, melainkan acara-acara lain seperti peresmian gereja dan lain sebagainya.

baca juga

Ritual Bakar Batu

Masyarakat Suku Dani yang tinggal di Papua memiliki tradisi unik yang dilakukan untuk memeriahkan Hari Raya Natal dengan cara menggelar ritual bakar batu.

Sebenarnya, ritual bakar batu tidak hanya dilakukan saat Hari Raya Natal saja, melainkan juga dilakukan saat selesai perang adat, upacara perkawinan, hingga perdamaian dengan roh.

Hal ini dikarenakan ritual bakar batu memiliki arti kebersamaan dan kesakralan dalam kehidupan sosial sehingga selalu diadakan pada acara-acara penting.

Secara harfiah, ritual bakar batu berarti memasak dengan batu, di mana batu yang digunakan sudah terlebih dahulu dibakar pada sebuah lubang.

Batu yang sudah panas kemudian disusun untuk memasak daging babi, umbi-umbian, serta makanan lainya.

Memasak secara tradisional atau menggunakan batu ini sudah lama dilakukan oleh masyarakat suku Dani pada acara-acara besar seperti perayaan Natal.

Meriam Bambu

Untuk menyambut Hari Raya Natal, masyarakat Flores akan membunyikan meriam bambu selama 4 minggu bahkan hingga menjelang pergantian tahun.

Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1980, awalnya meriam bambu hanya dibunyikan sebagai pemberitahuan orang yang meninggal.

Namun, dalam perkembangannya meriam bambu selalu dibunyikan menjelang Hari Raya Natal.

baca juga

Tradisi Rabo-Rabo

Masyarakat Kampung Tugu, Jakarta Utara memiliki kebiasaan unik yang selalu dirayakan menjelang Hari Raya Natal hingga tahun baru, yaitu dengan melakukan tradisi rabo-rabo.

Rabo-rabo merupakan tradisi tahunan yang dirayakan oleh masyarakat Kampung Tugu keturunan Portugis dengan cara berkeliling ke rumah warga dan menyanyikan lagu keroncong.

Biasanya sebelum melakukan rabo-rabo, masyarakat Kampung Tugu memulainya dengan pergi ke Gereja untuk berdoa.

Setelah selesai, mereka lalu akan mengunjungi rumah warga dengan sambil menyanyi diiringi dengan musik Keroncong Tugu.

Masyarakat Tugu yang memiliki darah Portugis sudah lama melakukan tradisi ini. Keberadaan masyarakat keturunan Portugis di Kampung Tugu sudah ada sejak tahun 1661.

Keturunan Portugis ini dinamakan kelompok mardijkers yang berarti orang yang bebas atau merdeka.

Hingga saat ini, tradisi rabo-rabo masih terus berjalan dan dilakukan oleh masyarakat Kampung Tugu saat menjelang Natal hingga tahun baru tiba.

Tradisi Marbinda

Masyarakat Batak Toba memiliki kebiasaan untuk merayakan Natal dengan melakukan tradisi marbinda.

Marbinda merupakan tradisi menyembelih hewan yang dilakukan bersama-sama. Hewan yang disembelih merupakan hewan berkaki empat, seperti sapi, kuda, babi, dan kerbau.

Pemilihan jenis hewan yang akan disembelih biasanya ditentukan melalui kesepakatan. Hal ini dikarenakan sebelum memulai tradisi tersebut dilakukan pengumpulan dana terlebih dahulu.

Hewan yang telah selesai disembelih juga akan dibagikan secara rata ke setiap warga sebagai bentuk kebersamaan dan gotong royong.

Sayangnya, tradisi marbinda saat ini sudah mulai terkikis oleh zaman dan sudah mulai jarang dilakukan oleh masyarakat Batak.

 

Sumber: 

  • Milele Nipur. (2022). Tradisi Ritual Bakar Batu Pada Masyarakat Suku Dani di Distrik Kalome Kabupaten Puncak Jaya Propinsi Papua. Jurnal Holistik, 15(2).
  • Risa Nopianti, dkk. (2019). Identitas Orang Tugu sebagai Keturunan Portugis di Jakarta. Jurnal Patanjala, 11(2).
  • Agustinus Handi Setyanto. (2017). Wayang Katolik: Cara Cerdas Berkatekese. Yogyakarta.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IT
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.