Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan pada Desember 2024 sebesar 2,24 miliar dolar AS, melanjutkan capaian positif pada November 2024 yang mencapai 4,37 miliar dolar AS.
Dengan hasil ini, sepanjang 2024, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar 31,04 miliar dolar AS, meskipun lebih rendah dibandingkan surplus pada 2023 yang mencapai 36,89 miliar dolar AS.
Surplus yang berlanjut ini pun diharapkan menjadi sinyal positif bagi ketahanan eksternal perekonomian Indonesia, sekaligus memberikan dampak signifikan bagi upaya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Faktor Pendorong Surplus Neraca Perdagangan
Kinerja positif neraca perdagangan Indonesia pada akhir 2024 terutama didukung oleh surplus neraca perdagangan nonmigas.
Pada Desember 2024, surplus neraca perdagangan nonmigas mencapai 4,0 miliar dolar AS. Hal ini disebabkan oleh kuatnya kinerja ekspor nonmigas yang mencatat nilai sebesar 21,92 miliar dolar AS.
Beberapa komoditas utama yang menjadi pendorong ekspor nonmigas adalah logam mulia dan perhiasan/permata, bahan bakar mineral, produk kimia, serta kendaraan dan bagiannya.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas Indonesia ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan India tetap menjadi kontributor utama.
Ketiga negara ini memiliki peran signifikan dalam menopang permintaan global terhadap produk-produk unggulan Indonesia, yang berbasis sumber daya alam maupun hasil manufaktur.
Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas meningkat menjadi 1,76 miliar dolar AS pada Desember 2024. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan impor migas yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan ekspor migas.
Meski demikian, kinerja positif sektor nonmigas berhasil mengimbangi tekanan dari sektor migas, sehingga neraca perdagangan secara keseluruhan tetap mencatat surplus.
Dampak Surplus bagi Perekonomian Indonesia
Surplus neraca perdagangan yang berlanjut memberikan manfaat besar bagi ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
Bank Indonesia menilai bahwa capaian ini dapat memperkuat cadangan devisa, menstabilkan nilai tukar rupiah, dan meningkatkan daya saing ekonomi.
Selain itu, surplus perdagangan juga menunjukkan keberhasilan Indonesia dalam menjaga kinerja ekspor di tengah tantangan global seperti fluktuasi harga komoditas dan perlambatan ekonomi di beberapa negara mitra dagang utama.
Kinerja positif ekspor nonmigas juga mencerminkan meningkatnya daya saing produk manufaktur Indonesia, yang menjadi salah satu indikator penting dalam upaya diversifikasi ekonomi.
Dengan memanfaatkan potensi pasar ekspor di negara-negara mitra strategis, Indonesia dapat terus meningkatkan kontribusi sektor manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi.
Ke depan, Bank Indonesia bersama pemerintah dan otoritas terkait akan terus memperkuat sinergi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal perekonomian.
Langkah-langkah strategis akan difokuskan pada peningkatan produktivitas sektor ekspor, penguatan daya saing produk lokal, serta pengelolaan impor migas yang lebih efisien.
"Dengan strategi ini, surplus neraca perdagangan diharapkan tidak hanya menjadi indikator keberhasilan ekonomi, tetapi juga menjadi katalis utama bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Ramdan Denny Prakoso selaku Direktur Eksektif Departemen Komunikasi Bank Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News