Puasa Ramadan 2025 telah di depan mata. Bulan Maret 2025 mendatang, umat muslim di seluruh dunia akan melakukan ibadah puasa selama 30 hari penuh. Namun, ketika menjalankan puasa di bulan ramadan, beberapa orang rentan mengalami stres dan cemas.
Mengutip dari situs laman P2PTM Kementerian Kesehatan dan Unicef Indonesia, stres adalah reaksi mental dan fisik seseorang yang timbul akibat ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang perlu menyesuaikan diri. Sementara kecemasan adalah perasaan yang muncul ketika seseorang merasa khawatir atau takut akan suatu hal.
Selain mempersiapkan diri secara materi dan fisik, persiapan mental juga perlu dilakukan sebelum bulan ramadan 2025 tiba, Kawan. Mengapa ya, mempersiapkan diri dengan memperhatikan kesehatan mental cukup penting Kawan GNFI lakukan sebelum Ramadan 2025 tiba?
Bersama Wildan Zarief, MCouns&PsychTh (Clinical), praktisi bidang Konseling dan Psikoterapi, akan menjawab bagaimana Kawan GNFI dapat mempersiapkan kesehatan mental menjelang bulan Ramadan 2025.
Puasa telah diyakini memiliki keberagaman manfaat. Misalnya dalam bidang medis, puasa dimanfaatkan oleh para pasien yang sedang melakukan pengobatan tertentu. Puasa juga dijalankan oleh berbagai agama sesuai tujuannya.
Wildan Zarief atau yang biasa disapa Wildan, menerangkan manfaat berpuasa salah satunya juga dapat menenangkan rasa kecemasan. “Untuk orang-orang yang memiliki gejala anxiety atau kecemasan tinggi, ndredeg, ketika puasa metabolis akan diistirahatkan. Jadi mereka (metabolisme dalam tubuh) nggak bekerja lebih keras.”
Selain metabolisme diistirahatkan, organ dalam tubuh dikatakan juga ikut beristirahat selama proses menjalankan ibadah puasa.
“Kalau mengistirahatkan organ, kayak lambung, otomatis kerja otak nggak terlalu berat dibandingkan hari-hari lainnya. Misal kayak stres perut atau gejala lain kayak mag, sehingga waktu berpuasa bisa menurunkan kemungkinan untuk hal seperti itu,” terang Wildan dalam wawancara via daring.
Saat menjalankan ibadah puasa, kadang kala seseorang dapat mengalami kondisi stres dan cemas. Wildan menyebutkan kondisi stres dan cemas memiliki berbagai macam faktor.
“Sebenarnya banyak faktor, tidak bisa disama ratakan. Namanya kecemasan itu pasti ada trigger atau konseptor, apa yang memulai kecemasan tersebut. Banyak orang-orang yang mengalami kecemasan itu berhubungan dengan rutinitas sebelum puasa.”
Sebab puasa termasuk melatih menahan diri dari nafsu, sehingga rutinitas yang dahulu orang-orang lakukan sebelum datangnya Ramadan 2025, seperti mengonsumsi makanan favorit setiap hari atau membelanjakan uang, harus dilatih untuk bersabar melakukan saat tibanya puasa.
Nah, saat Kawan GNFI mengalami perubahan rutinitas dan mengalami kecemasan, khususnya ketika menjalani ibadah puasa Ramadan 2025, menurut Wildan masih termasuk normal.
“Sehingga ada perubahan rutinitas yang tiba-tiba, semua manusia akan merasa cemas dan itu normal banget. Misalnya habis lulus kuliah. Sewaktu kuliah rutinitasnya belajar, baca buku, ketemu teman, tiba-tiba semua rutinitas sudah berhenti, kamu gak tau kehidupan ke depan mau gimana, itu hal yang normal. Perasaan cemas akibat perubahan kebiasaan dan rutinitas bisa jadi salah satunya.”
Selain perubahan rutinitas, faktor lain datangnya stres akibat perubahan pola konsumsi stimulan sebagai penambah energi dikala beraktifitas. Serta, penyesuaian seseorang yang baru pertama kali berpuasa, tubuhnya yang sedang beradaptasi dapat mengalami stres sesaat.
“Kalau seseorang pertama kali puasa dan belum dilatih, tubuhnya sedang menyesuaikan. Namanya organisme, tubuh menyesuaikan dengan sesuatu itu mengalami stress. Entah sebentar atau berkepanjangan. Stres ini di tubuh memompa kortisol sama adrenal, dua ini membuat stres dan istilahnya ndredeg. Kalau sebelum-sebelumnya nggak mempersiapkan diri untuk puasa atau gak latihan atau tiba-tiba ganti rutinitas, tubuhnya kaget,” jelas Wildan yang menyebutkan perlunya mempersiapkan diri ketika berpuasa.
“Sehingga, pada hari pertama, kedua, ketiga, saat puasa itu di perut rasanya kayaknya diremas, ndredeg, capek, badannya ngeluarin energi padahal nggak ngapa-ngapain, nah, itu tanda-tanda stres karena perubahan, itu hal yang normal.”
Agar seseorang tidak merasa gelisah dan cemas, Kawan GNFI perlu mempersiapkan kesehatan mental serta fisik agar tubuh tidak merespon terkejut saat berpuasa. Wildan menyarankan untuk mempersiapkan diri, bisa dimulai dengan latihan puasa dengan membayar hutang-hutang puasa.
"Dalam perubahan rutinitas itu adalah persiapan untuk apapun. Misal dalam sholat persiapannya wudhu dan niat. Kalau dalam puasa itu ada kecemasan yang ditimbulkan karena perubahan rutinitas, bisa dimulai dengan latihan puasa atau bayar hutang-hutang puasa 1–2 minggu, bisa membiasakan diri sebelum masuk puasa 30 hari."
Wildan juga menerankan agar tidak menimbulkan kecemasan dan stres ketika menjelang ibadah puasa, bisa memulainya dengan langkah terkecil, seperti manajemen waktu makan yang perlahan-lahan bisa diatur pada jam sahur sebelum puasa Ramadan 2025 tiba.
Ternyata mempersiapkan puasa Ramadan 2025 bisa dimulai dengan memperhatikan kesehatan mental kita, Kawan GNFI. Mulai dari mempersiapkan fisik, pikiran, dan niat menjalankan ibadah puasa.
Apabila Kawan GNFI mengalami kecemasan dan stres saat puasa di bulan Ramadan, hal tersebut normal dialami oleh semua orang. Sebab, terjadi perubahan rutinitas yang membuat tubuh harus menyesuaikan diri.
Apakah Kawan GNFI sudah siap menyambut Ramadan 2025?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News