Mungkin Kawan sudah pernah mendengar lewat bacaan maupun pemberitaan atau masih bertanya-tanya mengenai apa itu terapi stem cell dan bagaimana cara kerjanya dalam proses pengobatan.
Stem cell atau disebut juga sel punca, sebagaimana dijelaskan di laman web University of Nebraska Medical Center, merupakan sel dasar. Sel ini ada pada setiap organ dan jaringan di dalam tubuh kita.
Dengan kata lain, stem cell merupakan sel yang belum terspesialisasi. Dalam bahasa sederhana dapat dijelaskan sebagai sel yang belum mengambil “keputusan” kelak dia akan menjadi jenis sel dewasa yang seperti apa.
Sel ini bisa digunakan atau dikembangkan dalam dunia medis untuk menjadi alternatif dalam mengobati suatu penyakit yang saat ini bahkan dianggap tidak bisa disembuhkan melalui pengobatan pada umumnya.
Sejarah Terapi Stem Cell: Bermula dari Alexander Maximow
Sejarah mengenai terapi stem cell (sel punca) bermula dari kisah keberadaan seorang ilmuwan Rusia bernama Alexander Maximow yang pada tahun 1908 menghadiri konferensi hematologi di Berlin.
Alexander Maximow menggunakan kesempatan tersebut untuk memperkenalkan konsep tentang stem cell. Dia menyampaikan mengenai sel-sel khusus yang dapat berkembang menjadi berbagai jenis sel darah.
Selanjutnya dikisahkan dalam laman Jakarta Stemcell Centre, pada tahun 1960-an Dr. Ernest McCulloch dan Dr. James Till melakukan eksperimen. Ilmuwan Kanada tersebut memberikan konfirmasi mengenai keberadaan stem cell dalam sumsum tulang.
Pada temuan keduanya, sel-sel ini punya kemampuan yang unik dalam hal memperbarui diri dan berdiferensiasi. Sel-sel ini bisa menjadi berbagai jenis sel darah sebagaimana disampaikan Alexander Maximow.
Dalam praktiknya (1968), terapi stem cell sukses dilakukan pada seorang anak yang mengalami sindrom Wiskott-Aldrich, sejenis kelainan genetik. Anak tersebut menjalani transplantasi sumsum tulang yang berasal dari saudara laki-lakinya yang sehat.
Selanjutnya Dr. James Thomson dan tim University of Wisconsin (1998) berhasil mengisolasi dan menumbuhkan stem cell embrionik manusia untuk pertama kalinya. Kemampuan stem cell embrionik ini bisa berkembang menjadi hampir semua jenis sel dalam tubuh.
Dr. Shinya Yamanaka (2006) melakukan terobosan menciptakan stem cell pluripoten terinduksi (iPSC). Ilmuwan dari Kyoto University ini berhasil mengubah sel kulit manusia menjadi sel yang mirip dengan stem cell embrionik melalui reprogramming genetik.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan penelitian, potensi penggunaan terapi stem cell pun semakin meningkat. Masa depan terapi stem cell memberikan harapan dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup manusia.
Pengertian Terapi Stem Cell: Apa Itu dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Stem cell (sel punca) yang membelah diri akan membentuk lebih banyak sel. Sel yang membelah diri ini kemudian menjadi sel induk baru dengan fungsi lebih spesifik. Sebagai contoh adalah sel darah, sel otot jantung, sel tulang, atau sel otak.
Terapi stem cell berarti tindakan pengobatan regeneratif di mana sel punca tersebut akan memperbarui diri dan membuat dua sel induk baru. Keduanya akan berdiferensiasi membuat beberapa jenis sel, yang berkembang biak memperluas jumlah sel yang berdiferensiasi.
Tindakan membuat sel berspesialisasi bertujuan agar sel tersebut dapat “menggantikan” sel tertentu di dalam tubuh manusia yang mengalami rusak atau sakit seperti sel darah, sel otot jantung, atau sel saraf.
Jenis-Jenis Stem Cell yang Digunakan dalam Terapi Medis
Sebagaimana dilansir laman ProSTEM, terdapat tiga macam stem cell (sel punca). Masing-masing sel memiliki potensi untuk dikembangkan berdasarkan sifatnya, yakni stem cell embrio, stem cell dewasa, dan induced-pluripotent stem cell.
Stem Cell Embrio
Sel-sel awal yang terbentuk saat sperma membuahi telur dan sel-sel “blank slate” yang dapat menjadi setiap jenis sel lain di dalam tubuh manusia. Sel-sel ini mampu membagi dan berkembang biak tanpa henti.
Namun ada kontroversial dalam dunia kedokteran karena embrio perlu dihancurkan dalam rangka memeroleh stem cell (sel punca) tersebut.
Stem Cell Dewasa
Stem cell (sel punca) dewasa adalah sel induk yang matang mengisi darah, kulit, usus, dan beberapa sel lainnya. Dalam beberapa kasus, dapat mengganti sel yang rusak akibat penyakit atau cedera.
Namun kemampuan stem cell dewasa terbatas untuk menjadi jenis sel lain, demikian juga dalam hal membagi dan berkembang biak.
Induced-pluripotent Stem Cell
Sel dewasa yang diprogram ulang untuk terlihat dan bertindak seperti sel induk embrio. Sel ini dapat dibuat dari kulit, darah, dan sel dewasa lainnya. Dari sel yang seperti embrio ini, diubah agar menjadi jenis sel yang lain.
Induced-pluripotent stem cell berpotensial baik untuk digunakan dalam dunia kedokteran. Namun demikian, masih termasuk bidang penelitian yang baru.
Manfaat Terapi Stem Cell untuk Penyembuhan Berbagai Penyakit
Terapi stem cell (sel punca) dapat meningkat kualitas kesehatan manusia, sebab berpotensi mengatasi berbagai penyakit termasuk yang saat ini dianggap tidak dapat disembuhkan.
Beberapa manfaat dapat dinikmati manusia terkait kualitas kesehatan. Laman Halodoc merangkumnya menjadi tiga, yakni terkait regenerasi jaringan, pengobatan penyakit kardiovaskular, dan mengatasi penyakit otak.
1. Regenerasi Jaringan
Terapi stem cell bermanfaat memperbaiki jaringan dengan cara membuatnya dapat beregenerasi. Sebagai misal seseorang mengalami kekurangan organ donor, maka stem cell dapat berdiferensiasi menumbuhkan jenis jaringan atau organ tertentu.
2. Pengobatan Penyakit Kardiovaskular
Manfaat berikutnya adalah mengatasi beberapa penyakit kardiovaskular. Ketika sel punca disuntikkan ke dalam tubuh, jaringan pembuluh darah akan terbentuk dengan kualitas yang sama dengan pembuluh darah alami.
3. Mengatasi Penyakit Otak
Terapi sel punca dapat digunakan untuk mengatasi penyakit otak seperti Parkinson dan Alzheimer. Sel ini dapat mengisi kembali jaringan otak yang rusak. Terapi ini cukup efektif dengan tingkat kesembuhan yang cukup tinggi.
Prosedur Terapi Stem Cell: Bagaimana Prosesnya?
Mengenai prosedur terapi stem cell (sel punca) Institute for Stem Cell and Regenerative Medicine (ISCRM) dari University of Washington membuat dua kategori, yakni yang disetujui Food and Drug Administration (FDA) dan yang tidak disetujui.
Badan yang bertugas mengatur makanan, suplemen makanan, obat-obatan, produk biofarmasi, transfusi darah, peranti medis, peranti untuk terapi dengan radiasi, produk kedokteran hewan, dan kosmetik di Amerika Serikat ini, menyetujui beberapa terapi berbasis stem cell.
Perawatan yang paling umum adalah prosedur transplantasi stem cell darah, di mana stem cell darah digunakan untuk merawat pasien kanker darah, seperti leukemia.
Dalam prosedur ini, sebagaimana dilansir laman ISCRM, sel kanker yang berbahaya diserang dengan kemoterapi, kemudian diganti dengan sel punca sehat yang diharapkan dapat berkembang biak dan menumbuhkan jaringan sehat.
Menurut ISCRM klinik-klinik mulai menawarkan berbagai versi terapi stem cell untuk membantu pasien dengan kondisi serius seperti penyakit Parkinson dan penyakit yang lebih umum seperti nyeri sendi.
Lebih jauh mengenai hal ini, ISCRM menengarai sebagian besar jenis terapi stem cell ini tidak menggunakan stem cell sama sekali. Melainkan mengambil jaringan yang mungkin mengandung stem cell dewasa dari bagian tubuh tertentu dan menyuntikkan sel-sel tersebut ke bagian tubuh yang lain.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News