tari pakujajar cerita legenda kota sukabumi dalam balutan seni - News | Good News From Indonesia 2025

Tari Pakujajar, Cerita Legenda Kota Sukabumi dalam Balutan Seni

Tari Pakujajar, Cerita Legenda Kota Sukabumi dalam Balutan Seni
images info

Tari Pakujajar, Cerita Legenda Kota Sukabumi dalam Balutan Seni


Tari pakujajar merupakan kesenian tari tradisional yang sarat akan nilai luhur serta makna filosofis yang terkandung di dalamnya dan menjadikannya warisan budaya tak benda yang sudah diakui oleh UNESCO.

Tak hanya itu saja, tarian ini juga ternyata menceritakan sebuah kisah yang erat kaitanya dengan legenda terbentuknya Kota Sukabumi lho! Bagaimana seni tari beserta legenda yang diceritakan dapat menggambarkan nilai-nilai kearifan lokal dan apa sajakah makna filosofis di balik kesenian tradisional ini? Berikut Penjelasannya?

Sejarah di Balik Tari Pakujajar

Tari pakujajar merupakan sebuah kesenian tari khas Kota Sukabumi yang mengisahkan sebuah legenda Wangsa Suta. Ia seorang pemuda yang dicirikan memiliki sifat dan karakter kesatria, berani, tangguh, gagah, cekatan, pembela kebenaran, dan pantang berkhianat.

Dalam legenda tersebut diceritakan Wangsa Suta berupaya untuk membebaskan kekasihnya, Nyi Pundak Arum yang pada saat itu hampir dieksekusi mati karena usulan dari penasehat Demang mangkalaya yang bernama Mas Sakatana.

Ia melarang Nyi Pundak Arum untuk dihadiahkan kepada Sultan Mataram karena ini akan membuat tanah Sunda habis oleh kejayaan bangsa Jawa.

baca juga

Pada saat Wangsa Suta membebaskan Nyi Pundak Arum, ia menyuruhnya untuk melarikan diri dan menunggunya di bawah pohon Pakujajar yang berdahan lima.

Namun, setelah Wangsa Suta datang di pohon tersebut, ia tidak menemukan Nyi Pundak Arum dimanapun, bahkan setelah lama menunggu.

Hal ini dikarenakan ketika sedang dalam perjalanan menuju ke pohon pakujajar berdahan lima sesuai arahan Wangsa Suta, ia ditangkap oleh dua orang algojo lalu dijual ke Pulau Putri yang juga disebut sebagai Kepulauan Seribu.

Pada akhirnya, Wangsa Suta pergi untuk menemui gurunya yang bernama Resi Saradea di Gunung Arca yang lokasinya berada di sebelah barat daerah Cijangkar, Nyalindung.

Di sana, ia diberi nasehat oleh Resi Saradea untuk tidak mencari Nyi Pundak Arum, sebab dia sedang diutus oleh waktu dan diperintahkan oleh zaman. Sang guru pun juga berpesan kepada Wangsa Suta untuk menunggu Nyi Pundak Arum di Gunung Parang.

Ketika zaman sudah berubah dan Gunung Parang sudah dipenuhi oleh rumah-rumah, serta kampung yang dibangun oleh Wangsu Suta sebagai syarat untuk dapat menikahi Nyi Pundak Arum di Tegal Kole (sekarang menjadi Cikole) berubah menjadi dayeuh atau kota, maka Nyi Pundak Arum akan kembali dan mereka pun akan bersatu kembali.

Nilai Kearifan Lokal dalam Tari Pakujajar

Dalam legenda Wangsa Suta, ia digambarkan sebagai sosok pemuda yang memiliki karakter panger yang berarti kukuh, berani, pembela kebenaran, tangguh, berkomitmen, serta pantang berkhianat. Sikap dan kepribadiannya inilah yang menjadi dasar dari kesenian tari pakujajar.

Sikapnya ini pun menurut filosofi Sunda, sejajar dengan nilai-nilai kearifan lokal yang terdiri dari cageur, bageur, bener, pinter, tur singer, yang dalam padanan bahasa Indonesianya berarti sehat, berperilaku baik, menjaga kebenaran, pintar, dan gesit.

- Cageur

Cageur yang berarti sehat memiliki arti bahwa kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting, karena dengan jiwa raga yang sehat lah kita dapat beraktivitas secara optimal.

Hal ini tercerminkan dari kebiasaan masyarakat Sunda yang biasa mengkonsumsi sayuran mentah yang diolah menjadi aneka ragam masakan seperti karedok, lotek, dan lain sebagainya.

Dalam kebiasaan masyarakat Sunda juga banyak yang mengajarkan kita untuk selalu aktif secara fisik. Contohnya bisa dilihat dari berbagai macam permainan anak-anak sepertisunda-manda, congklak, bebentengan, oray-orayan, gatrik, hahayaman, dan masih banyak lagi.

Ditambah kegiatan berolahraga, seperti pencak silat yang merupakan implementasi dari nilai cageur dalam filosofi Sunda.

- Bageur

Bageur yang berarti baik maknanya adalah perilaku baik akan membawa kita kepada berbagai macam kebaikan lainnya. 

Implementasi dari nilai bageur ini adalah kita sebagai masyarakat harus memiliki budi pekerti yang baik dengan menjaga tutur kata kita, berperilaku jujur, menjaga kepercayaan, dan menjaga sopan santun dengan sesama.

- Bener 

Kata bener mungkin kita sudah dapat mengenali maknanya karena tak jauh dari kata “benar” dalam bahasa Indonesia. Arti filosofis yang terkandung dalam nilai yang satu ini adalah kita, terutama masyarakat beragama, harus tetap menjunjung tinggi yang namanya kebenaran dan kebaikan.

Untuk dapat mengimplementasikan nilai ini, manusia harus dapat menumbuhkan kebaikan di dalam dirinya. Artinya ia harus memiliki rasa peduli terhadap sesama serta saling menghormati.

Selain itu, kata benar berarti mampu menempatkan dirinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku seperti peraturan, kewajiban, dan lain sebagainya.

Maka dari itu implementasi dari nilai bener adalah menjadi pribadi yang berbudaya, taat agama, menghormati keberagaman, serta patuh terhadap peraturan-peraturan yang berlaku.

- Pinter

Selain sehat secara fisik, kecerdasan juga menjadi salah satu poin utama dalam filosofi masyarakat Sunda. Kata pinter sendiri bermakna cerdas, baik secara akademik maupun kemampuan sehari-hari seperti tidak mudah putus asa, kreatif, inovatif, dan tidak suka mengeluh.

Implementasi nilai ini dalam masyarakat Sunda ada di kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari, contohnya adalah adanya istilah pamali yang tentu Kawan sudah pernah mendengarnya, bukan?

Adanya pamali ini tentu merupakan buah dari hasil kecerdasan masyarakat Sunda karena larangan-larangan dalam pamali tentunya memiliki dasar dan alasan tersendiri.

Seperti mengapa kita tidak boleh memukul-mukul sesuatu di waktu malam? Karena waktu malam adalah waktu orang-orang beristirahat dan tidak boleh diganggu.

- Singer

Nilai kearifan lokal masyarakat Sunda yang terakhir adalah singer yang berarti gesit atau wawas diri. Hal ini merupakan tindakan akhir dari semua nilai-nilai yang sudah diaplikasikan dalam hidup kita sehari-hari.

Misalnya kita sudah bergaya hidup sehat, menjaga pola makan, berolahraga, rajin beribadah, berperilaku baik terhadap sesama.

Lalu, apa yang harus kita lakukan setelah melakukan itu semua, adalah dengan mengamati serta mengintrospeksi diri kita.

Harapannya dengan mengintrospeksi diri, kita terhindar dari sikap merasa paling benar dan paling pintar dari yang lainnya.

Properti yang Digunakan dalam Tari Pakujajar

Kesenian tari pakujajar merupakan seni tari yang menirukan karakter Wangsa Suta yang digambarkan dengan pohon pakujajar, menjadikanya properti yang paling penting dalam kesenian tari pakujajar.

Selain berdasarkan dari cerita di dalam legenda Wangsa Suta, pohon pakujajar juga menjadi gambaran sifat Wangsa Suta yang kokoh dan kuat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Nindy Agustin Andriani lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Nindy Agustin Andriani.

NA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.