jejak homo erectus di dasar laut selat madura temuan fosil berusia 140 ribu tahun - News | Good News From Indonesia 2025

Jejak Homo Erectus di Dasar Laut Selat Madura: Temuan Fosil Berusia 140 Ribu Tahun

Jejak Homo Erectus di Dasar Laut Selat Madura: Temuan Fosil Berusia 140 Ribu Tahun
images info

Jejak Homo Erectus di Dasar Laut Selat Madura: Temuan Fosil Berusia 140 Ribu Tahun


Para arkeolog berhasil mengungkap sejarah baru lewat penemuan dua fragmen tengkorak Homo erectus berusia 140 ribu tahun di dasar laut Selat Madura, Jawa Timur. Temuan mengejutkan ini memberikan gambaran unik tentang kehidupan manusia purba di wilayah yang dulu merupakan bagian dari Sundaland. Yuk, jelajahi lebih dalam!

Menyingkap Kehidupan yang Tenggelam di Sundaland

Pada zaman prasejarah, Indonesia merupakan satu daratan luas dengan permukaan laut yang lebih rendah daripada sekarang. Daratan ini dahulu disebut Sundaland, di mana pulau-pulau yang ada saat ini hanyalah perbukitan. Kini, sebagian besar wilayah Sundaland telah tenggelam dan membentuk Laut Jawa, Laut China Selatan, dan Selat Madura. 

Sebelum penemuan ini, para peneliti mengira bahwa Homo erectus hanya hidup di area terbatas di Pulau Jawa, terutama dari situs-situs Trinil, Sangiran, dan Ngandong. Karena itu, temuan fosil ini begitu mengejutkan para peneliti. 

“Penemuan penting hasil penelitian kolaborasi ini merupakan bukti pertama persebaran di dataran rendah nan luas paparan Sunda yang saat ini terendam di bawah permukaan laut di Selat Madura,” kata Sofwan Noerwidi, Kepala Pusat Riset Arkeometri, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

baca juga

Temuan fosil pertama Homo erectus di dasar laut ini akan menjadi jendela ke kehidupan zaman prasejarah di Sundaland yang tenggelam 140 ribu tahun yang lalu.

Berghuis menjelaskan, “Fosil-fosil itu berasal dari lembah sungai yang tenggelam, yang tertimbun pasir sungai seiring waktu. Kami telah menentukan umur material tersebut sekitar 140 ribu tahun yang lalu. Itu adalah periode glasial kedua terakhir. Sebagian besar belahan bumi utara ditutupi oleh gletser, dan begitu banyak air di bumi membeku dalam lapisan es sehingga permukaan laut global 100 meter lebih rendah daripada saat ini.”

Dilansir dari University of Leiden, saat itu Sundaland menyerupai sabana Afrika masa kini. Suatu lanskap berupa padang rumput yang cukup kering dengan hamparan hutan sempit di sepanjang sungai besar. Daratan ini juga dihuni beragam fauna seperti gajah, badak, buaya, kuda nil, hiu sungai, biawak komodo, dan buaya.

Diperkirakan Homo erectus menyebar di sepanjang sungai besar Sundaland karena tempat tersebut menyediakan sumber pangan tinggi, seperti ikan, kerang, biji-bijian, dan buah-buahan.

Jejak Perburuan Homo Erectus

Selain itu, para peneliti mengungkap bahwa Homo erectus Sundaland secara aktif memburu hewan. “Kami sudah tahu bahwa Homo erectus mengumpulkan kerang sungai. Di antara temuan baru kami adalah tanda-tanda potongan pada tulang kura-kura air dan sejumlah besar tulang sapi yang patah, yang menunjukkan adanya perburuan sumsum tulang,” kata Berghuis.

Kemampuan berburu umumnya ditemukan pada populasi manusia yang lebih modern di daratan Asia. Hal ini mengindikasikan kemungkinan adanya kontak dengan kelompok hominin dari daratan Asia atau bahkan terjadi pertukaran genetik.

Fakta penemuan fragmen Homo erectus yang berasosiasi dengan fosil-fosil fauna darat merupakan data geologi penting dalam mengungkap kondisi lingkungan zaman prasejarah di ujung timur Pulau Jawa.

baca juga

Kolaborasi Arkeolog Internasional

Penelitian ini melibatkan sejumlah lembaga dari Indonesia dan luar negeri. Lembaga dari Indonesia yang ikut andil dalam penelitian ini adalah Badan Riset Inovasi Nasional, Museum Geologi Bandung, Badan Geologi Kementerian ESDM, Universitas Gadjah Mada, dan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.

Sementara itu, lembaga dari luar negeri yang turut terlibat meliputi Universitas Leiden (Belanda), Universitas Twente (Belanda), Universitas Tokyo (Jepang), Universitas Shandong (China), Universitas Wollongong (Australia), dan Universitas Griffith (Australia).

Berghuis mengatakan hasil penelitian akan disajikan dalam empat artikel yang luas dan kaya ilustrasi. Hasilnya akan dipublikasikan dalam jurnal Quaternary Environments and Humans

Penelitian ini mendapat dukungan teknik oleh PT Van Oord Indonesia Jakarta, PT Berlian Manyar Sejahtera Surabaya, dan PT Pelabuhan Indonesia.

Temuan ini tidak hanya mengubah peta persebaran Homo erectus di Asia Tenggara, tetapi juga memperkuat pentingnya riset arkeologi bawah laut Indonesia. Bukan tidak mungkin jika masih ada banyak misteri peradaban lain yang tenggelam di kedalaman laut Nusantara.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KK
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.