pamali sunda tradisi dan nilai yang tersembunyi - News | Good News From Indonesia 2025

Pamali Sunda: Tradisi dan Nilai yang Tersembunyi

Pamali Sunda: Tradisi dan Nilai yang Tersembunyi
images info

Pamali Sunda: Tradisi dan Nilai yang Tersembunyi


"Jangan duduk di ambang pintu, nanti susah jodoh!"

Kalimat itu mungkin sering kali terdengar bagi siapa pun yang tumbuh dalam lingkungan budaya Sunda. Larangan-larangan semacam itu dikenal sebagai pamali. Sebuah sistem kepercayaan tradisional yang diwariskan turun-temurun, sarat makna, tetapi kerap dianggap mistis atau tak relevan di era modern.

Namun, benarkah pamali sekadar mitos menakutkan atau di baliknya tersembunyi nilai-nilai luhur dan struktur moral masyarakat?

Secara etimologis, kata pamali dalam bahasa Sunda merujuk pada larangan, pantangan, atau sesuatu yang tidak patut dilakukan karena dianggap akan membawa sial, malapetaka, atau akibat buruk lainnya.

Dalam kerangka budaya, pamali bukan hanya sebuah tabu, melainkan bentuk kearifan lokal yang berfungsi sebagai pengatur perilaku sosial.

Pamali berakar dari pandangan hidup masyarakat Sunda yang bercorak agraris dan spiritual. Larangan-larangan tersebut tidak selalu dijelaskan secara rasional, tetapi memiliki fungsi sosial yang kuat, Misalnya menjaga tata krama, keharmonisan dengan alam, serta keselamatan bersama.

Maka dari itu, pamali bukan sekadar aturan kosong, melainkan simbol dari nilai budaya yang tersirat.

baca juga

Ragam Pamali dalam Kehidupan Sehari-hari

Beberapa pamali masih dipegang teguh hingga kini, meskipun sering tanpa dipahami maknanya secara mendalam. Berikut adalah beberapa contoh yang paling dikenal:

1. Duduk di ambang pintu

Dianggap pamali karena dipercaya bisa menghambat jodoh atau mendatangkan kesialan. Namun jika ditinjau secara praktis, posisi ini memang mengganggu akses keluar-masuk rumah dan bisa membahayakan keselamatan.

2. Menyapu rumah pada malam hari

Dikatakan bisa membuang rezeki. Secara fungsional, menyapu malam hari terutama saat listrik belum tersedia di masa lalu bisa menyebabkan benda berharga tersapu karena penglihatan terbatas.

3. Bersiul pada malam hari

Dipercaya dapat memanggil makhluk halus. Namun, larangan ini bisa juga ditafsirkan sebagai pengingat untuk menjaga ketenangan malam dan menghormati waktu istirahat.

4. Jangan bermain di waktu petang

Dilarang karena dianggap mampu mengundang makhluk halus. Larangan ini diterapkan untuk mengajarkan kepada anak untuk mengisi waktu magrib sebagai waktu beribadah seperti salat dan mengaji.

Pamali-pamali ini menjadi bagian dari pendidikan etika secara lisan yang diwariskan sejak kecil melalui cerita, petuah, atau teguran langsung.

baca juga

Pamali: antara Rasa Takut dan Rasa Hormat

Pamali sering kali disampaikan dengan unsur ketakutan atau ancaman, bukan sebagai bentuk penindasan, tetapi sebagai strategi efektif dalam pendidikan sosial. Dengan cara ini, anak-anak atau masyarakat awam lebih mudah patuh karena merasa takut akan akibat buruk.

Namun sejatinya, di balik rasa takut itu tersembunyi rasa hormat. Hormat pada sesama, pada leluhur, pada alam, dan pada norma sosial. Pamali menjadi jembatan antara alam fisik dan nilai-nilai spiritual masyarakat Sunda.

Nilai-Nilai Tersembunyi di Balik Pamali

Apa yang tampak seperti larangan klenik, sebenarnya menyimpan ajaran moral, sosial, bahkan ekologis. Berikut beberapa nilai tersembunyi di balik pamali:

• Etika dan Kesopanan

Larangan makan sambil berdiri atau berbicara keras di malam hari mencerminkan nilai sopan santun.

• Keseimbangan dengan Alam

Larangan menebang pohon besar sembarangan atau mandi di sungai saat senja menunjukkan sikap menghormati lingkungan dan makhluk lain yang dipercaya mendiami tempat-tempat tertentu.

• Pengelolaan Waktu dan Energi

Pantangan beraktivitas tertentu pada malam hari bisa dilihat sebagai bentuk pengaturan ritme hidup yang sehat, apalagi pada zaman tanpa penerangan yang memadai.

• Sosialisasi Nilai Leluhur

Pamali menjadi medium transmisi budaya secara oral, menjaga kesinambungan identitas masyarakat Sunda dari generasi ke generasi.

Dengan demikian, pamali adalah sistem nilai terselubung yang secara tidak langsung membentuk kepribadian dan perilaku masyarakat.

Relevansi Pamali di Era Modern

Di zaman modern yang rasional dan berbasis data, pamali memang kerap dianggap kuno atau tidak ilmiah. Namun jika ditafsirkan ulang, pamali tetap relevan sebagai simbol kearifan lokal yang mengandung nilai etis dan sosial.

Beberapa pamali bahkan bisa dilihat sebagai bentuk local wisdom dalam menjaga tatanan hidup yang selaras, baik secara personal maupun komunal.

Namun demikian, tantangan terbesarnya adalah menjaga pamali agar tidak hanya diwarisi sebagai mitos kosong, tetapi juga dimaknai ulang sesuai konteks kekinian. Generasi muda perlu diberi ruang untuk memahami pamali secara kritis tanpa melepas akar budayanya.

Pamali dalam budaya Sunda bukan sekadar larangan tanpa logika. Ia adalah warisan kultural yang berlapis: tradisi lisan, sistem moral, sekaligus bentuk pengendalian sosial.

Ketakutan yang dibentuk dari pamali sejatinya menyimpan rasa hormat terhadap nilai-nilai luhur yang telah dirajut oleh leluhur sejak lama.

Maka, ketika seseorang berkata “itu pamali,” jangan langsung menolaknya. Tanyakan apa maknanya. Cari nilai yang terselip di baliknya. Karena bisa jadi, di situlah tersimpan kearifan yang membuat budaya kita tetap hidup, relevan, dan bermartabat di tengah dunia yang terus berubah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.