pgpr masuk dukuh wanasari mahasiswa ipb ajak petani kenali penyakit tanaman dan solusi alaminya - News | Good News From Indonesia 2025

PGPR Masuk Dukuh Wanasari: Mahasiswa IPB Ajak Petani Kenali Penyakit Tanaman dan Solusi Alaminya

PGPR Masuk Dukuh Wanasari: Mahasiswa IPB Ajak Petani Kenali Penyakit Tanaman dan Solusi Alaminya
images info

PGPR Masuk Dukuh Wanasari: Mahasiswa IPB Ajak Petani Kenali Penyakit Tanaman dan Solusi Alaminya


Mahasiswa KKN dari Institut Pertanian Bogor (IPB) University menggelar kegiatan penyuluhan pertanian bertajuk “Kenali Penyakit Tanaman dan Solusi Ramah Lingkungan melalui PGPR” di Dukuh Wanasari, Desa Leksana, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, pada Rabu (09/07/25).

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan warga terhadap ancaman penyakit tanaman yang kerap menyerang lahan pertanian. Selain itu, mereka juga memperkenalkan pendekatan PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) sebagai solusi alternatif yang lebih alami dan terjangkau.

Penyakit Tanaman yang Perlu Diwaspadai

Dalam sesi penyuluhan, mahasiswa IPB memaparkan beberapa jenis penyakit tanaman yang umum terjadi di daerah dataran tinggi seperti Wanasari, di antaranya:

  1. Layu Fusarium: Menyerang pembuluh tanaman hingga menyebabkan daun menguning dan akhirnya layu. Umumnya menyerang cabai dan tomat.
  2. Akar Gada (Plasmodiophora brassicae): Terlihat dari akar tanaman yang membesar seperti benjolan, umum menyerang tanaman sawi, kol, dan kubis.
  3. Keriting Kuning: Penyakit yang disebabkan oleh virus, ditularkan oleh kutu kebul. Tanaman menjadi kerdil, daun mengeriting dan menguning.
  4. Tumor Albasia: Terjadi pembengkakan seperti tumor pada batang atau akar pohon albasia, yang disebabkan oleh bakteri patogen.

"Beberapa penyakit seperti akar gada dan layu fusarium sangat merugikan karena bisa menyebabkan kegagalan panen. Penyakit ini bisa dicegah sejak dini jika petani tahu ciri-cirinya," jelas mahasiswa dalam penyuluhan.

baca juga

Kenalkan PGPR sebagai Solusi Ramah Lingkungan

Sebagai upaya pencegahan dan penguatan tanaman, mahasiswa juga memperkenalkan PGPR, yaitu bakteri baik yang hidup di sekitar akar dan bermanfaat untuk:

  1. Merangsang pertumbuhan akar dan batang tanaman
  2. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit
  3. Mengurangi ketergantungan terhadap pupuk dan pestisida kimia

Meski tidak dilakukan demonstrasi langsung, mahasiswa KKN memberikan penjelasan langkah-langkah pembuatan PGPR sederhana yang bisa dilakukan di rumah, seperti:

1. Bahan utama: akar bambu muda, air cucian beras, gula merah.
2. Fermentasi: semua bahan dicampur dan didiamkan dalam wadah tertutup selama 5–7 hari.
3. Aplikasi: larutan hasil fermentasi bisa diencerkan dan disiramkan ke akar tanaman atau disemprotkan ke daun.

Warga Dukuh Wanasari menyambut antusias kegiatan ini, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan selama sesi berlangsung.

"Selama ini kami cuma tahu pupuk kimia. Kalau ada cara alami seperti ini, tentu lebih baik untuk tanah dan tanaman kami," ujar Haryanto, petani sayuran setempat.

Peran Pemuda dalam Edukasi Pertanian

Kegiatan penyuluhan ini menjadi salah satu bentuk kontribusi nyata mahasiswa dalam mendukung ketahanan pangan lokal. Dengan pendekatan edukatif dan bahasa yang mudah dipahami, para mahasiswa tidak hanya menyampaikan materi ilmiah. Namun, juga membangun dialog aktif dengan para petani.

Hal ini menciptakan hubungan yang lebih erat antara dunia akademik dan masyarakat desa, terutama dalam menjembatani teknologi dan kearifan lokal.

baca juga

Langkah Kecil untuk Pertanian Berkelanjutan

Melalui kegiatan ini, mahasiswa berharap bisa mendorong petani di Wanasari untuk mulai mencoba metode pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Selain itu, masyarakat juga diajak untuk lebih peka terhadap gejala awal penyakit tanaman agar bisa melakukan tindakan pencegahan sedini mungkin.

"Kami ingin meninggalkan bekal yang bisa terus digunakan warga, tidak hanya selama KKN berlangsung. PGPR adalah salah satu ilmu kecil yang bisa berdampak besar jika terus dikembangkan," tutup salah satu mahasiswa.

Kolaborasi menuju Pertanian Cerdas

Penyuluhan ini menjadi contoh nyata bahwa kolaborasi antara pendidikan tinggi dan masyarakat desa bisa menghasilkan dampak positif yang nyata.

Dengan mengedepankan solusi lokal berbasis sains, kegiatan seperti ini dapat menjadi inspirasi bagi wilayah lain dalam membangun pertanian cerdas dan mandiri.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KB
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.