Raden Mas Panji Sosrokartono merupakan mahasiswa pertama dari suku bangsa Jawa yang disekolahkan di Belanda. Dia bahkan menguasai 26 bahasa (17 bahasa internasional dan 9 bahasa lokal).
Kemampuan kakak kandung RA Kartini ini ternyata tidak hanya sekadar dalam ilmu pengetahuan. Dia juga punya keahlian untuk menyembuhkan seseorang hanya dengan air putih.
Dimuat dari Merdeka, kemampuan Sosrokartono ini sudah dikenal sejak masih tinggal di Belanda. Ketika itu, dirinya tidak tega melihat temannya bersedih karena anaknya yang berusia 12 tahun sakit keras.
Anak itu tak kunjung sembuh meski sudah diobat beberapa dokter di Belanda. Saat menjenguk anak itu, dia langsung meletakkan tangannya di atas dahi anak itu dan terjadilah sebuah keajaiban.
Tiba-tiba si bocah yang sakit itu mulai membaik dengan hitungan detik, dan hari itu juga ia pun sembuh. Hal ini membuat banyak orang heran, termasuk juga dokter-dokter yang telah gagal menyembuhkan penyakit anak itu.
Seorang ahli Psychiatrie dan Hypnose lalu menjelaskan bahwa sebenarnya pria itu mempunyai daya persoonalijke magneetisme yang besar sekali yang tak disadari olehnya. Karena itu, Sosrokartono memilih untuk pergi ke Paris agar bisa belajar Psychometrie dan Psychotecniek di sebuah perguruan tinggi di kota itu.
Membuka praktik di Hindia Belanda
Setelah melalang buana di Eropa, Sosrokartono akhirnya pulang ke tanah air tahun 1925. Tidak ke Jepara, dirinya lebih memilih menetap di Bandung.
Di Tanah Priangan ini, Sosrokartono mengontrak rumah yang kemudian rumah tersebut dikenal dengan “Dar Oes Salam”, di Jalan Pungkur nomor 19, Bandung. Di tempat itu, Sosrokartono mengabdikan hidupnya untuk berbagai kegiatan pendidikan hingga kesehatan.
“Di rumah Jalan Pungkur inilah, selama 25 tahun beliau memberi pertolongan penyembuhan kepada segala lapisan masyarakat Bandung yang mengalami sakit maupun mereka yang lagi dalam kesulitan,” tulis Haryoto Kunto, dikutip dari buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.
Sejak didirikan, pasien yang membutuhkan pertolongannya tak pernah sepi. Dirinya membuka pengobatan bagi semua kalangan, tanpa membedakan kelas ekonomi.
Dalam membantu orang sakit, Sosrokartono menggunakan metode pengobatan dan pertolongan dengan air putih. Saban hari ia melakukan pertolongan tanpa membedakan bangsa, suku-bangsa, agama, kepercayaan, dan kedudukan.
“Ia dengan rela hati memberikan pengobatan tersebut kepada siapa saja,” tulisnya.
Tidak mau dipublikasikan
Punya nama tenar dengan kemampuan di atas rata-rata, Sosrokartono sebenarnya banyak ditawarkan jabatan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Namun tawaran jabatan itu ditolak Sosrokartono.
Dirinya lebih memilih menjadi Kepala Sekolah di Perguruan Taman Siswa, nationale Middlebare School yang baru didirikan di Bandung. Rumahnya juga jadi tempat berkumpul pejuang-pejuang muda di Bandung, salah satunya adalah Bung Karno.
Haroyoto Kunto menyebut Sosrokartono sebagai “sumber semangat” karena memang menjadi penopang moril kaum pergerakan di Bandung, seperti Bung Karno dan kawan-kawannya.
Sosok yang dikenal jenius yang rendah hati ini wafat 8 Februari 1952 atau tepat hari ini 70 tahun lalu. Pada sebuah wawancara, Sosrokartono menolak untuk dipublikasikan.
“Aku jangan ditenar-tenarkan/dibesar-besarkan…biar masyarakat tahu dengan sendirinya,” tutur Sosrokartono.
Dalam hasil sebuah wawancara yang dilakukan oleh Muhammad Muhibbuddin pada Senin, 26 November 2018, ia memperoleh informasi dari juru kunci ke-10 makam Sosrokartono bahwa Sosrokartono berpesan tidak ingin dipopulerkan.
Sumber:
- BANDUNG HARI INI: Akhir Perjalanan Sang Filsuf Jawa di Bandung, R.M.P. Sosrokartono
- Kisah Sosrokartono sembuhkan penyakit dengan segelas air putih
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News