Desa Pasirpeuteuy yang terletak di Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu desa wisata yang masih memiliki kawasan hutan alami dan kekayaan alam yang melimpah.
Kondisi ini menjadikan Pasirpeuteuy tidak hanya sebagai tempat yang indah untuk dikunjungi, tetapi juga sebagai ruang belajar penting tentang bagaimana manusia hidup berdampingan dengan alam. Namun, kekayaan alam yang dimiliki desa ini tidak akan bertahan lama tanpa kesadaran dan kepedulian dari generasi penerus.
Oleh sebab itu, diperlukan upaya konservasi yang dimulai sejak dini agar anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang mencintai lingkungannya.
Konservasi adalah usaha untuk melindungi, menjaga, dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijak agar tetap lestari untuk generasi mendatang. Upaya ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga lingkungan, melainkan juga masyarakat di sekitar hutan, sungai, dan lahan desa.
Di sinilah pentingnya menanamkan nilai konservasi sejak masa kanak-kanak. Anak-anak sebagai generasi penerus perlu diperkenalkan pada gagasan bahwa menjaga alam adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Dengan kesadaran yang tumbuh sejak kecil, mereka berpotensi menjadi konservasionis muda yang akan melanjutkan estafet pelestarian alam di masa depan.
Melihat pentingnya konservasi, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang ditempatkan di Desa Pasirpeuteuy menginisiasi program Edukasi Konservasi di SDN Pasirpeuteuy.
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Juli 2025 dengan melibatkan siswa-siswi kelas 2 sekolah dasar. Tujuan utama dari program ini adalah mengenalkan nilai-nilai konservasi melalui cara-cara yang sederhana, menyenangkan, dan mudah dipahami oleh anak-anak.
Metode Edukasi Belajar Konservasi Lewat Drama dan Permainan
Materi yang dibawakan berfokus pada pengenalan hewan-hewan langka Indonesia seperti orangutan, harimau sumatera, dan badak jawa. Hewan-hewan tersebut dipilih karena selain ikonik, mereka juga menghadapi ancaman kepunahan akibat perburuan maupun kerusakan habitat.
Dengan memahami kondisi satwa langka, anak-anak diharapkan mampu menghubungkan pentingnya menjaga hutan dan lingkungan dengan kelangsungan hidup satwa tersebut.
Metode penyampaian materi dirancang agar sesuai dengan dunia anak-anak. Salah satunya adalah melalui drama edukatif. Dalam drama tersebut, mahasiswa berperan sebagai tokoh dan pendamping kelompok yang menghias drama tersebut agar menjadi menyenangkan.
Lewat drama, anak-anak tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga dilibatkan secara langsung untuk merasakan perasaan satwa yang terancam punah. Hal ini memicu empati sekaligus memberikan pemahaman yang lebih mendalam.
Selain drama, kegiatan juga diisi dengan permainan interaktif yang menguji pengetahuan anak-anak tentang lingkungan. Melalui permainan, suasana belajar menjadi jauh lebih menyenangkan.
Anak-anak berlari, tertawa, sekaligus belajar tentang konsep sederhana seperti mencari dan menuliskan satwa favorit dan menggambar satwa yang hampir punah. Cara ini terbukti efektif, karena pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman langsung cenderung lebih melekat dibanding sekadar mendengar penjelasan di kelas.
Hasilnya sungguh menggembirakan. Anak-anak terlihat sangat antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Mereka berebut untuk ikut serta dalam permainan, aktif bertanya tentang hewan-hewan langka, bahkan mencoba mengulang kembali cerita dari drama yang telah dipentaskan.
Antusiasme ini menunjukkan bahwa edukasi konservasi dapat diterima dengan baik oleh siswa sekolah dasar, terutama bila disampaikan melalui metode kreatif dan interaktif.
Harapan untuk Konservasionis Muda Pasirpeuteuy
Lebih jauh, kegiatan ini memberikan harapan baru bagi masa depan konservasi di Desa Pasirpeuteuy. Dengan pengenalan sejak dini, anak-anak diharapkan tidak hanya menjadi penikmat alam, tetapi juga penjaga alam di desa mereka sendiri.
Konservasi tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang jauh dan abstrak, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari yang bisa dimulai dari hal kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya, menanam pohon, dan tidak merusak lingkungan sekitar.
Seperti yang disampaikan salah satu mahasiswa pelaksana program kepada pihak sekolah, “Menjaga alam merupakan kesadaran akan pentingnya ekosistem yang sehat, dampak positif terhadap lingkungan, serta manfaat yang diperoleh generasi mendatang. Anak-anak di Pasirpeuteuy menunjukkan bahwa mereka bisa belajar, peduli, dan menjadi bagian dari upaya konservasi sejak dini.”
Kegiatan sederhana ini membuktikan bahwa konservasi bisa dimulai dari ruang kelas sekolah. Dari tawa anak-anak SDN Pasirpeuteuy, lahir optimisme bahwa Indonesia memiliki generasi muda yang siap menjaga kekayaan alamnya.
Semoga langkah kecil ini menjadi awal dari gerakan yang lebih besar untuk melestarikan alam, tidak hanya di Pasirpeuteuy, tetapi juga di seluruh pelosok negeri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News