sejarah gelar bangsawan kesultanan palembang darussalam - News | Good News From Indonesia 2025

Sejarah Gelar Bangsawan Kesultanan Palembang Darussalam

Sejarah Gelar Bangsawan Kesultanan Palembang Darussalam
images info

Sejarah Gelar Bangsawan Kesultanan Palembang Darussalam


Tidak banyak yang tahu bahwa Palembang, selain terkenal dengan pempek dan Jembatan Ampera, juga memiliki tradisi gelar kebangsawanan.

Gelar ini diwariskan sejak masa Kesultanan Palembang Darussalam dan hingga kini masih dikenal dalam masyarakat.

Sayangnya, tradisi ini sering terlewat dari perhatian, padahal ia menyimpan jejak sejarah, status sosial, dan identitas budaya yang kaya.

Palembang sendiri punya sejarah panjang, mulai dari masa kejayaan kerajaan Sriwijaya hingga berdirinya kesultanan.

Dari perjalanan inilah lahir beragam gelar yang menunjukkan kedudukan seseorang di masyarakat, lengkap dengan makna dan tanggung jawab di baliknya.

Mengenal Gelar Kebangsawanan Palembang

Gelar kebangsawanan di Palembang memiliki akar yang kuat dari masa Kesultanan Palembang Darussalam pada abad ke-17. Kesultanan ini memadukan pengaruh budaya Melayu, Islam, dan adat lokal.

Gelar tidak hanya diberikan kepada keluarga Sultan, tetapi juga kepada orang-orang yang berjasa bagi kerajaan, pejabat, maupun keturunan darah biru.

Penggunaan gelar-gelar ini sangat erat kaitannya dengan adat istiadat kesultanan. Gelar bangsawan biasanya diwariskan melalui garis keturunan laki-laki. 

Fungsinya tidak sebatas simbol, tetapi juga mencerminkan tugas serta kedudukan dalam struktur pemerintahan istana.

Namun, pada masa penjajahan Belanda, makna gelar kebangsawanan mulai dipelintir. Penjajah bersama sebagian kelompok tertentu menciptakan pengertian baru yang menimbulkan perpecahan dan rasa curiga antar-keluarga bangsawan. 

Hal ini dimaksudkan untuk melemahkan solidaritas zuriat Kesultanan Palembang Darussalam, sehingga ikatan persatuan mereka kian terkikis.

baca juga

Jenis dan Struktur Gelar Kebangsawanan

Gelar kebangsawanan Palembang cukup beragam, biasanya disematkan di depan nama seseorang. Berikut beberapa gelar yang paling dikenal:

1. Sultan

Gelar tertinggi yang hanya digunakan oleh pemimpin Kesultanan Palembang. Seorang Sultan bukan hanya pemimpin politik, tetapi juga pemimpin agama sekaligus simbol persatuan rakyat.

Contoh: Sultan Mahmud Badaruddin II, tokoh penting dalam perlawanan terhadap kolonial Belanda, kini ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.

2. Pangeran / Raden

Gelar untuk keturunan langsung Sultan, khususnya putra mahkota atau bangsawan luar istana yang dihormati. Sementara “Raden” dan “Raden Ayu” lebih umum digunakan sebagai gelar keturunan bangsawan.

3. Masagus dan Masayu

Gelar ini diwariskan secara turun-temurun melalui garis keturunan laki-laki untuk Masagus (laki-laki) dan Masayu (perempuan). Biasanya diberikan pada keturunan dari Sultan Mahmud Badaruddin II.

Contoh: Masagus Abdul Hamid (ulama di Palembang) dan Masayu Clara (aktris dan model Indonesia).

4. Kemas dan Nyimas

Gelar ini berasal dari garis keturunan awal Palembang, seperti Ki Gede Ing Suro. Kata “Mas” berarti “Yang Mulia”. “Kemas” diberikan kepada laki-laki, sedangkan “Nyimas” untuk perempuan.

Contoh: Kemas Hindi, pendiri Kesultanan Palembang Darussalam; serta aktris Indonesia Nyimas Khodijah Nasthiti Adinda atau lebih dikenal dengan Dinda Hauw.

5. Kiagus dan Nyayu

Berasal dari istilah “Kyai Bagus” (Kiagus) dan “Nyai Ayu” (Nyayu). Gelar ini diberikan kepada ulama serta tokoh bangsawan, termasuk keturunan luar keraton seperti para ulama Arab.

Contoh: Kiagus Abdurrahman Bodrowongso, panglima perang Kesultanan Palembang; dan Nyayu Khodijah, Rektor UIN Raden Fatah Palembang.

baca juga

Setiap gelar membawa makna dan strata sosial tersendiri. Penggunaan gelar ini juga menjadi pembeda antara bangsawan dengan masyarakat biasa.

Gelar kebangsawanan Palembang adalah bagian penting dari mozaik sejarah Nusantara. Ia bukan sekadar rangkaian kata di depan nama, melainkan simbol perjalanan panjang dari sebuah peradaban, pengingat akan kejayaan Kesultanan Palembang, dan identitas kultural yang masih hidup hingga sekarang.

Di tengah arus modernisasi, menjaga keberadaan gelar kebangsawanan berarti menjaga ingatan kolektif masyarakat Palembang atas siapa mereka dan dari mana mereka berasal. 

Warisan ini, sama seperti songket, rumah limas, dan tradisi lainnya, adalah kebanggaan yang patut terus dilestarikan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mona Lestari Utami lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mona Lestari Utami.

ML
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.