Di lereng Gunung Mandalagiri dan sepanjang aliran Sungai Cimanuk, aroma kopi yang harum berpadu dengan semangat konservasi.
Lingkungan yang tidak bersahabat, kerusakan lingkunan, pencamaran sungai, dan ancaman tanah longsor merupakan hal yang lumrah di Kawasan Cikajang.
Namun dengan kondisi tersebut, masyarakat memilih untuk melakukan upaya pencegahan kerusakan lingkungan yang makin parah, melalui menanam, merawat hutan, dan membangun kekuatan melalui solidaritas antar warga.
Di sinilah DSA Kopi Cikajang menumbuhkan gerakan hijau berbasis komunitas. Apa yang dimulai dari secangkir kopi kini menjelma menjadi aksi nyata menjaga bumi.
Bagi petani di Cikajang, kopi bukan hanya sumber penghasilan. Ia adalah pengikat hubungan antara manusia dan alam.
Apa yang dilakukan DSA Cikajang sesungguhnya selaras dengan tiga pilar penting dalam Sustainable Development Goals (SDGs).
Melalui aksi reboisasi dan penerapan pertanian ramah lingkungan, mereka mengambil peran dalam SDGs 13, yakni terkait dengan Climate Action. Sebagai upaya untuk menghadapi dampak perubahan iklim bukan dengan keluhan, melainkan dengan penanaman pohon dan perawatan lahan.
Di saat yang sama, mereka mewujudkan SDGs 15, Life on Land dengan menjaga keanekaragaman hayati dan memulihkan ekosistem hutan yang sebelumnya mulai terdegradasi. Semua itu tidak dilakukan sendirian.
Dukungan dari para petani, Astra, pemerintah desa, hingga berbagai pemangku kepentingan lainnya menjadikan gerakan ini representasi nyata dari SDGs 17, Partnerships for the Goals, yang menjelaskan bahwa kolaborasi adalah kunci.
Hadirnya Koperasi Mandalagiri
Melalui Koperasi Produsen Kopi Mandalagiri, DSA Cikajang mengembangkan pertanian kopi yang tidak hanya menghasilkan produk berkualitas, tetapi juga merawat hutan tempat kopi itu tumbuh.
Setiap melaksanakan panen, aksi tanam pohon, peremajaan lahan, dan penyuluhan lingkungan juga dilakukan. Hal ini merupakan salah satu strategi edukasi sekaligus merehabilitasi tanaman setelah dipanen.
Oleh karena itu, kopi di DSA Cikajang bukan hanya berperan sebagai komoditas, tetapi juga sebagai media dalam memangun tanggung jawab sosial dan ekologis setiap individu.
Koperasi Mandalagiri berdiri atas prinsip "Lestarikan Lingkungan, Wariskan Keberlanjutan," artinya selain menjual kopi membentuk ekosistem bisnis yang adil dan lestari juga perlu diwujudkan.
Kedepannya koperasi ini diharapkan mampu menjadi model koperasi hijau di industri kopi dari hulu ke hilir.
Dampak Hadirnya DSA di Cikajang
Keberhasilan kopi Cikajang bukanlah kisah yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari rangkaian panjang kontribusi nyata Astra dalam mendampingi desa-desa di Indonesia.
Melalui program Desa Sejahtera Astra (DSA), perusahaan ini telah hadir di 53 desa di Jawa Barat, membina beragam komoditas, mulai dari pertanian hingga usaha mikro dengan pendekatan partisipatif.
Pendampingan yang diberikan tidak hanya sebatas pelatihan, tetapi mencakup pemasaran, penerapan teknologi, hingga penguatan kelembagaan masyarakat.
Semua dilakukan untuk memastikan bahwa setiap inisiatif tidak berhenti sebagai proyek sementara, melainkan tumbuh menjadi ekosistem ekonomi yang berkelanjutan.
Bagi warga Cikajang, kehadiran DSA Astra menjadi bahan bakar semangat baru. Kopi dijadikan bukan hanya sebagai sumber penghidupan, tetapi juga sebagai simbol kebangkitan dan kepedulian.
Melalui biji-biji kopi yang mereka rawat, tumbuh kesadaran kolektif bahwa keberlanjutan ekonomi harus berjalan seiring dengan kelestarian alam.
Cerita Cikajang membuktikan bahwa perubahan tidak lahir dari satu pihak saja. Di sana, petani tidak berjalan sendiri.
Ada DSA Astra yang mendampingi dari sisi kelembagaan dan pemasaran, serta akademisi yang turun tangan memberi pendampingan dan transfer knowledge, dan ada warga yang setiap hari menjaga lahan dengan tangan mereka sendiri. #KabarBaikSatuIndonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News