Dibalik pagar tinggi yang hampir selalu tertutup, disanalah anak-anak panti asuhan dijanjikan pendidikan dan kehidupan yang terpenuhi oleh si pemilik panti. Siapa yang mengira harapan mendapatkan pengasuhan yang baik berubah menjadi mimpi buruk yang tenggelam 18 tahun lamanya. Lebih dari 40 anak panti asuhan menjadi korban kekerasan seksual oleh orang yang mereka percaya selama bertahun-tahun. Bukan hanya karena enggan dan takut untuk melapor, namun hidup mereka pun dipertaruhkan. Akan kemana mereka setelah ini?
Ini hanya satu dari sekian banyak kasus kekerasan seksual yang tidak terekspos oleh media. Satu dari ratusan anak yang memiliki ketakutan yang sama untuk melapor, dan tidak semua laporan mereka ditanggapi dengan serius. Bahkan mungkin ketidaktahuan mereka bahwa perilaku yang mereka terima adalah sebuah kesalahan.
Inilah yang menjadi kekhawatiran Kakak Aman Indonesia dan membawa mereka untuk menyelaraskan pandangan kepada khalayak ramai.
Interaksi Anak-anak dengan Kakak Pembimbing
Sudah tak terhitung berapa banyak sekolah dan komunitas yang mengadaptasi modul pencegahan kekerasan seksual dari Kakak Aman Indonesia sebagai media pembelajaran di dalam kelas. Mereka bernyanyi, bermain, mendongeng, mewarnai, hingga bercengkrama dengan anak-anak agar mereka merasa senang dan menerima dengan baik apa yang disampaikan oleh kakak pembimbing.
Anak-anak tidak lagi tertarik dengan media teknologi yang sudah seringkali mereka jumpai. Mereka lebih menginginkan aktivitas fisik yang menggugah rasa penasaran dan mau berinteraksi dengan kakak pembimbing.
“Kita disini juga menemukan pengetahuan baru, bahwa ketika anak-anak terlihat sudah besar mungkin ya, kan saat ini banyak anak-anak yang kelihatan lebih tua daripada usianya, katanya. Tapi ketika dibawakan sesuatu yang menyenangkan sebagaimana layaknya anak-anak, mereka masih mau dan excited.” tutur Hana Maulida, Pembina Perlindungan Anak Kabupaten Serang.
Kekhawatiran Bersama
Ketika muncul di kanal berita terkait kekerasan dan pelecehan seksual pada anak, kita seringkali melihat hanya dari sudut pandang si pelaku dan menyalahkan kebejatan mereka. Sangat jarang kita mempertanyakan tentang anak-anak yang menjadi korban nafsu liar tersebut. Menilik daruratnya isu ini ditengah anak-anak Indonesia, Hana Maulida dan kawan-kawan yang memiliki kekhawatiran yang sama tergerak untuk memberikan pendidikan kekerasan seksual pada anak melalui Kakak Aman Indonesia.
“Setelah lihat kanan-kiri, ke sekitar, kayaknya nggak ada komunitas atau pihak yang melakukan pencegahan seksual pada anak dengan serius dan masif gitu.” jelas Hana, founder Kakak Aman Indonesia ketika diwawancarai pada Sabtu (20/9).
Hingga saat ini, mereka berhasil menyelaraskan pemahaman kepada lebih dari 250 guru dan orangtua di 17 daerah di seluruh Indonesia.
Tidak Ingin Kecolongan Saat Rekrutmen
Hampir genap 3 tahun sejak tahun 2023, Kakak Aman Indonesia berjalan ditopang oleh 10 orang yang tergabung dalam tim. Meski begitu, Kakak Aman Indonesia tidak berambisi untuk meningkatkan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM), namun fokus bagaimana modul pembelajaran mereka dapat diadaptasi dan diaplikasikan oleh sebanyak-banyaknya sekolah maupun komunitas.
“Jangan sampai para relawan kita justru melakukan kekerasan seksual. Kita nggak mau kecolongan gitu ya dalam tanda kutip.” tegas Hana.
Seluruh Anak Indonesia Adalah Berharga
Orang-orang dibalik Kakak Aman Indonesia tidak hanya peduli dan menyayangi anak kandung mereka, namun juga seluruh anak-anak di Indonesia. Semakin banyaknya sekolah dan komunitas yang mengadaptasi modul mereka, maka seharusnya semakin banyak pula yang paham dan setuju bahwa pencegahan kekerasan seksual penting untuk disampaikan.
“Misi kami untuk menyampaikan sesuatu dalam tanda kutip rumit maupun tabu ternyata bisa diterapkan dimana saja dan kapan saja,” ujar Hana.
Ia berharap kesadaran bersama ini mampu mendorong orang tua dan guru dalam menciptakan ruang nyaman dan aman untuk anak tumbuh dan berkembang. Menjadi manusia yang berhak dimanusiakan dan menemukan potensi terbaik mereka.
“Makin banyak, atau seluruh anak Indonesia bisa paham bahwa dirinya itu berharga.” lanjut Hana.
Kakak Aman Indonesia berhasil mengedukasi anak-anak, guru, dan orangtua. Mereka tentu saja tak berharap gerakan ini hanya berhenti pada interaksi di dalam kelas maupun ruang diskusi guru dan orangtua.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News