Satu Nusa Satu Bangsa merupakan salah satu lagu wajib nasional Indonesia yang melodinya sederhana, namun sarat dengan makna persatuan dan cinta tanah air yang mendalam. Lagu ini seringkali dinyanyikan dalam perayaan hari-hari besar, terutama saat memperingati Hari Sumpah Pemuda, karena esensinya yang merangkum ikrar pemersatu bangsa.
Lagu monumental ini diciptakan oleh komponis besar Indonesia, Dr. Liberty Manik (dikenal sebagai L. Manik), pada tahun 1947. Lagu ini pertama kali diperdengarkan kepada publik melalui siaran Radio Republik Indonesia (RRI) di Yogyakarta pada tahun yang sama. Penciptaan lagu ini hanya dua tahun setelah proklamasi kemerdekaan, sehingga menjadikannya seruan moral yang kuat di tengah gejolak upaya mempertahankan kedaulatan dari ancaman pihak asing.
Lirik Lagu Satu Nusa Satu Bangsa
Lirik lagu "Satu Nusa Satu Bangsa" sangat ringkas, namun setiap barisnya mengandung kekuatan puitis yang menyentuh semangat kebangsaan:
Satu nusaSatu bangsaSatu bahasa kita
Tanah AirPasti jayaUntuk s’lama-lamanya
Indonesia pusakaIndonesia tercintaNusa bangsaDan bahasaKita bela bersama
Makna dan Pesan Moral Lagu Satu Nusa Satu Bangsa
Lagu "Satu Nusa Satu Bangsa" lahir dari gejolak perjuangan pascakemerdekaan dan terinspirasi dari semangat Sumpah Pemuda tahun 1928, yang jauh sebelumnya telah menegaskan tiga ikrar fundamental: satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa persatuan. Melalui melodi dan liriknya yang kuat, lagu ini memiliki makna dan pesan moral yang sangat mendalam:
1. Penegasan Ikrar Persatuan dan Kesatuan
Lirik di awal lagu, "Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita," adalah inti dari semangat Sumpah Pemuda.
Satu Nusa: Mengacu pada satu wilayah geografis, yakni seluruh Kepulauan Indonesia yang terbentang luas, dari Sabang hingga Merauke, sebagai satu kesatuan tanah air yang tidak terpisahkan.
Satu Bangsa: Menegaskan bahwa meskipun terdiri dari beragam suku, ras, dan budaya, seluruh penduduk Indonesia adalah satu entitas kolektif, yaitu Bangsa Indonesia.
Satu Bahasa: Menyoroti pentingnya Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu utama, melintasi ribuan bahasa daerah yang ada.
Pesan ini sangat relevan pada tahun 1947, di mana persatuan adalah kunci untuk melawan upaya disintegrasi dan mempertahankan kemerdekaan.
2. Semangat Optimisme akan Kejayaan Abadi
Penggalan lirik "Tanah Air, pasti jaya, untuk s’lama-lamanya," mencerminkan optimisme dan harapan yang teguh dari para pejuang dan seluruh rakyat Indonesia terhadap masa depan negara. Walaupun negara saat itu masih berada di bawah ancaman dan kesulitan ekonomi, lagu ini menanamkan keyakinan bahwa Indonesia akan bertahan, tegak berdiri, dan mencapai kejayaan yang abadi. Ini adalah janji sekaligus doa yang diucapkan oleh generasi pencipta lagu untuk generasi penerus.
3. Komitmen Bela Negara dan Cinta Tanah Air
Bagian penutup lirik: "Indonesia pusaka, Indonesia tercinta, nusa bangsa, dan bahasa, kita bela bersama," adalah seruan aksi yang kuat.
Pusaka dan Tercinta: Menempatkan Indonesia sebagai warisan berharga yang wajib dijaga (pusaka) dan sebagai satu-satunya yang patut dicintai.
Bela Bersama: Ini merupakan komitmen moral bagi setiap individu untuk berjuang dan melindungi segala aspek keindonesiaan—wilayah, identitas bangsa, dan bahasa—dari segala ancaman, baik dari luar maupun dari dalam.
Lagu "Satu Nusa Satu Bangsa" berfungsi sebagai pengingat abadi bahwa kemerdekaan dan persatuan adalah hasil perjuangan kolektif dan bahwa tanggung jawab untuk menjaga keutuhan negara ini terletak di pundak setiap warga negara, tanpa memandang perbedaan latar belakang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News