dari jalur pendakian ke etika kebangsaan mengamalkan nilai pancasila di alam bebas - News | Good News From Indonesia 2025

Dari Jalur Pendakian ke Etika Kebangsaan, Amalkan Nilai Pancasila di Alam Bebas

Dari Jalur Pendakian ke Etika Kebangsaan, Amalkan Nilai Pancasila di Alam Bebas
images info

Dari Jalur Pendakian ke Etika Kebangsaan, Amalkan Nilai Pancasila di Alam Bebas


Tahukah Kawan GNFI? Dalam beberapa tahun terakhir, olahraga hiking menjadi sebuah tren. 

Ya, aktivitas hiking yang dulunya termasuk kegiatan ekstrem dan hanya dilakukan oleh beberapa orang yang disebut “pecinta alam” atau “mapala”. Kini telah bertransformasi menjadi sebuah tren gaya hidup (lifestyle) di kalangan Milenial dan Gen Z.

‎Motivasi pendaki pun telah bergeser, puncak bukan lagi sekedar simbol penaklukan fisik di atas ketinggian, tetapi menjadi ruang yang dicari untuk kebutuhan kesehatan mental, self-healing, dan sebuah ketenangan di tengah hiruk-pikuk kehidupan. Gunung kini menjadi sebuah destinasi self-care massal.

‎Alam bebas dengan segala tantangan, keindahan, dan tuntutan untuk menjaga kebersamaan. Di jalur pendakian karakter seseorang, etika sosialnya, dan kepedulianya terhadap lingkungan dan sesama pendaki akan teruji secara jujur.

baca juga

‎Aktivitas di alam bebas, jika dilakukan dengan kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi, merupakan media praktis yang paling efektif untuk menginternalisasi dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila. Di mana pada gilirannya akan membentuk dan memperkuat etika kebangsaan yang autentik.

‎Etika kebangsaan adalah nilai moral luhur dan panduan perilaku kolektif yang menjadi pedoman fundamental dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

‎Etika kebangsaan bisa diwujudkan melalui tanggung jawab untuk menjaga keutuhan alam, mempraktikkan solidaritas dan menghormati hak-hak alam.

Hiking adalah sebuah aktivitas yang menguji karakter seorang pendaki secara menyeluruh melalui tiga dimensi ujian yang saling berhubungan. Bisa ujian fisik, meliputi melawan kelelahan, beradaptasi dengan suhu dingin dan perubahan cuaca, dan medan trek yang ekstrem.

Kemudian ujian mental seperti melawan rasa ingin menyerah, ketakutan, dan mempertahankan fokus juga masuk dalam dimensinya. Terakhir, ujian moral, yang mana di tengah keterbatasan (stamina dan logistik), karakter moral sangat diuji, seperti tanggung jawab, solidaritas, dan kejujuran.

‎Pendakian bukan sekadar perjalanan menuju puncak, tetapi juga perjalanan spiritual dan kebangsaan yang merefleksikan nilai-nilai Pancasila. Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, mengajarkan pendaki untuk berdoa sebelum melakukan pendakian dan menikmati keagungan ciptaan, seperti sunrise atau sunset dan lautan awan, dan memperluas rasa syukur.

Kewajiban menjaga kelestarian alam (tidak membuang sampah, tidak merusak alam) menjadi wujud dari iman dan ketaatan terhadap Sang Pencipta yang telah menganugerahkan alam yang sangat indah.

Sila Kedua, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, bersikap santun terhadap alam contohnya dengan berjalan di jalur yang sudah ditentukan dan tidak merusak trek, tidak membuat api sembarangan karena alam memiliki hak untuk dilestarikan.

baca juga

Selain itu dalam kondisi darurat entah itu kehabisan logistik, hipotermia, cedera, aksi saling tolong menolong terjadi secara spontan, tanpa memandang latar belakang suku, agama, atau status sosial pendaki ini termasuk dan praktik kemanusiaan.

Sila Ketiga, Persatuan Indonesia, hidup dalam semangat kebersamaan di antara pendaki yang berbeda suku, daerah, dan status. Semangat kebersamaan diwujudkan melalui gotong royong membawa beban logistik, mendirikan tenda dan saling menyemangati demi mencapai puncak bersama dan kembali dengan selamat.

Persatuan di gunung bukan sekedar ideologi melainkan kebutuhan survival. Retaknya persatuan di dalam tim dapat berakibat fatal, karena keselamatan bergantung pada kekuatan ikatan persatuan.

Sila Keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, tercermin melalui musyawarah melakukan musyawarah untuk menentukan titik istirahat, melanjutkan perjalanan di tengah cuaca buruk. Ini adalah praktik demokrasi pragmatis di mana suara semua anggota didengarkan, tetapi keputusan akhir diambil oleh ketua tim berdasarkan data, pengalaman, dan prioritas keselamatan.

Sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, diwujudkan lewat tanggung jawab menjaga keindahan dan kelestarian alam agar keadilan lingkungan dirasakan lintas generasi. Sila ini mengajarkan bahwa alam adalah milik bersama, bukan milik yang paling kuat mendaki, tetapi sikap yang adil mencegah eksploitasi dan perusakan keindahan alam.

Dengan demikian, setiap langkah pendakian sejatinya adalah praktik hidup Pancasila menghubungkan manusia, alam, dan nilai kebangsaan dalam harmoni.

‎Pengalaman di gunung, yang penuh dengan berbagai ujian dan tanggung jawab, adalah modal penting yang harus kita bawa turun dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita terbiasa bergotong royong membangun lingkungan kota atau saat Kawan GNFI beradab terhadap pohon dan air, Kawan GNFI akan lebih beradab dalam menghadapi perbedaan pendapat di masyarakat.

baca juga

‎Transformasi hiking menjadi tren lifestyle seharusnya bukan hanya untuk capaian fisik atau keindahan konten media sosial. Hiking bukan sekedar hobi, tetapi sebagai pendidikan karakter yang langsung berkontribusi pada Pembangunan Etika Kebangsaan Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Setiap pendaki adalah duta Pancasila di alam terbuka, dan setiap jejak kaki.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LW
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.