akhir perjalanan paku buwono xiii kembali ke haribaan mataram di bukit - News | Good News From Indonesia 2025

Akhir Perjalanan Paku Buwono XIII, Kembali ke Haribaan Mataram di Bukit Merak yang Penuh Sejarah

Akhir Perjalanan Paku Buwono XIII, Kembali ke Haribaan Mataram di Bukit Merak yang Penuh Sejarah
images info

Akhir Perjalanan Paku Buwono XIII, Kembali ke Haribaan Mataram di Bukit Merak yang Penuh Sejarah


Raja Keraton Solo, Paku Buwono (PB) XIII meninggal dunia pada Minggu 2 November 2025 di Rumah Sakit Indriyati. Sesuai dengan tradisi, jenazah raja yang naik tahta pada 2004 ini dikebumikan di Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

Dinukil dari Jurnal Berkala Arkeologi berjudul 'Peran Kearifan Lokal terhadap Upaya Pelestarian Situs Makam Imogiri' oleh Mimi Savitri, sejak dulu makam Imogiri sudah dipergunakan sebagai tempat peristirahatan terakhir raja-raja Mataram. Makam legendaris yang dibangun dari bata merah ikonik ini didirikan oleh Sultan Agung.

Makam ini selesai dibangun pada tahun 1632 Masehi atau 1567 Dal silam. Imogiri dirancang dengan perpaduan arsitektur Hindu dan Islam, lengkap dengan susunan halaman bertingkat serta gapura candi bentar yang memancarkan aura sakral.

Pada awalnya Sultan Agung berkeinginan untuk dimakamkan di Mekkah yang memiliki tanah yang harum. Tetapi hal ini diurungkan karena pertimbangan para ulama dengan alasan rakyat akan susah berziarah.

Karena itu, ulama tersebut menyarankan Sultan Agung untuk membawa segenggam tanah yang harum itu untuk dibawa ke Mataram. Setibanya di Mataram, Sultan Agung mempertimbangkan daerah Giriloyo sebagai sebagai tempat pemakaman raja.

Paman Sultan Agung yaitu Gusti Juminah ikut membantu mengawasi pembangunan makam, namun kemudian ia jatuh sakit hingga meninggal dan lalu dimakamkan di kompleks tersebut. Karena pamannya sudah dimakannya di Giriloyo, Sultan Agung pun merasa kompleks makam tersebut tidak akan cukup untuk keluarga dan keturunannya.

Karena itu, Sultan Agung mengambil sisa tanah yang berbau harum kemudian melemparnya ke selatan dan jatuh di Bukit Merak. Pembangunan kompleks pemakaman raja di Bukit Merak ini dimulai pada tahun 1554 Saka atau 1632 Masehi.

Di tempat inilah kompleks makam akhirnya dibangun dan dibagi menjadi beberapa bagian yang dimaksudkan tidak hanya untuk dirinya sendiri, namun juga untuk keluarganya. Hingga akhirnya pada tahun 1645 Sultan Agung wafat dan sesuai keinginannya maka jasadnya pun dimakamkan di tempat tersebut.

Makam Sultan Agung menjadi makam pertama sekaligus makam induk yang disebut Kasultanagungan. Setelah itu barulah kompleks makam ini digunakan sebagai makam untuk raja-raja setelahnya.

Makam raja-raja Mataram

Kompleks pemakaman Imogiri ini terletak di sebuah bukit yang bernama Merak dengan ketinggian sekitar 100 meter di atas permukaan laut. Asal nama Pajimatan Imogiri yang disematkan pada Makam Raja Imogiri berasal dari gabungan dua suku kata ‘pajimatan’ dan ‘imogiri’.

Pajimatan berasal dari kata ‘jimat’ yang mendapat awalan pa- dan akhiran –an, untuk menunjukkan tempat, sehingga bermakna sebagai tempat untuk jimat atau tempat pusaka. Sedangkan Imogiri atau Imagiri berasal dari kata ‘ima’ atau ‘hima’ yang berarti berawan atau awan yang meliputi gunung, dan giri yang berarti gunung.

Karena itu nama Pajimatan Imagiri bermakna sebagai gunung berawan/gunung tinggi yang merupakan tempat bersemayamnya jimat/pusaka bagi kerajaan Mataram Islam.

Pemilihan bukit Merak sebagai lokasi pemakaman tidak dapat dilepaskan dari konsep masyarakat Jawa yang memandang gunung dan bukit atau dataran yang lebih tinggi sebagai suatu tempat yang sakral dan menjadi penghubung manusia kepada tuhan.

Bukit Merak dipercaya memiliki kekuatan magis dan sakral. Hal tersebut sebagai konstruksi intelektual yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap hal-hal yang bersifat religius.

Raja yang dimakamkan di Imogiri

Pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang membagi Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta, maka raja, keluarga dan kerabatnya dimakamkan di Astana Pajimatan Himagiri. Di sisi barat menjadi lokasi pemakaman raja-raja dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, sedangkan di sisi timur menjadi lokasi pemakaman raja-raja dari Keraton Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat.

Di kompleks makam raja-raja Mataram Islam terdapat dua bagian yaitu : Astana Kasultanagungan, dan Astana Pakubuwanan. Di kompleks makam raja-raja Surakarta terdapat tiga bagian yaitu Astana Kaswargan, Astana Kapingsangandan Astana Girimulya. Di kompleks makam raja-raja Yogyakarta terdapat tiga bagian yaitu Kedhaton Kasuwargan, Kedhaton Besiyaran, dan Kedhaton Saptarengga.

Kompleks Makam Raja Imogiri dibagi menjadi delapan kelompok makam yang masing-masing disebut dengan kedaton.

Berikut ini adalah nama kedelapan kedaton beserta raja-raja yang dimakamkan di setiap kedaton tersebut.

  1. Kedaton Sultan Agungan : Sultan Agung, Sunan Amangkurat II, Sunan Amangkurat III.
  2. Kedaton Pakubuwanan : Sunan Paku Buwana I, Sunan Amangkurat IV, Sunan Paku Buwana II.
  3. Kedaton Bagusan/Kasuwargan : Sunan Paku Buwana III, Sunan Paku Buwana IV, Sunan Paku Buwana V
  4. Kedaton Astana Luhur : Sunan Paku Buwana VI, Sunan Paku Buwana VII, Sunan Paku Buwana VIII, Sunan Paku Buwana IX
  5. Kedaton Girimulyo : Sunan Paku Buwana X, Sunan Paku Buwana XI
  6. Kedaton Kasuwargan Yogyakarta : Sultan Hamengku Buwana I dan III
  7. Kedaton Besiyaran: Sultan Hamengku Buwana IV, Sultan Hamengku Buwana V, Sultan Hamengku Buwana VI
  8. Kedaton Saptarengga : Sultan Hamengku Buwana VII, Sultan Hamengku Buwana VIII, Sultan Hamengku Buwana IX

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.